Bahasa prokemBahasa prokem adalah ragam bahasa Indonesia tak baku yang lazim digunakan di wilayah Jakarta pada tahun 1970-an. Seiring berjalannya waktu, bahasa prokem yang berasal dari Jakarta ini mulai menyebar dan digunakan di banyak daerah lain di seluruh Indonesia. Pada tahun 1990-an, bahasa informal ini mulai melebur dan tergantikan dengan ragam baru yang saat ini lebih dikenal sebagai bahasa gaul.[1][2] Salah satu fitur paling terkenal dari bahasa prokem adalah penggunaan sisipan -ok- untuk memproduksi kata-kata baru. Hal ini ditandai dengan kata-kata bahasa Indonesia atau bahasa Betawi yang diambil suku kata pertama plus konsonan pertama suku kata berikutnya, lalu suku kata ini disisipi dengan sisipan -ok- setelah fonem pertama. Misalnya, kata bapak dipotong menjadi bap, kemudian disisipi -ok- sehingga menjadi bokap. Nama bahasa ini, prokem, juga diambil menggunakan teknik yang sama, yaitu kata preman yang diubah menjadi kata prokem. Seperti bahasa gaul, sintaksis dan morfologi ragam ini memanfaatkan sintaksis dan morfologi bahasa Indonesia dan dialek Betawi. SejarahAsal mula bahasa prokem dapat dilacak hingga dasawarsa 1950-an tatkala banyak penjahat dan kriminal menggunakan bahasa sandi untuk melindungi informasi di kalangan sendiri. Bahasa ini kemudian mulai diadopsi kalangan pemuda pada dasawarsa berikutnya. Puncaknya terjadi pada tahun 1970-an ketika Teguh Esha, seorang pengarang dan wartawan, menerbitkan novelnya Ali Topan Detektip Partikelir yang digandrungi kalangan muda waktu itu. Dalam novel tersebut, Teguh Esha melampirkan senarai kosakata bahasa prokem yang dapat digunakan selayaknya kamus.[1][3] Ciri kebahasaanBahasa prokem memiliki sejumlah ciri kebahasaan yang unik, umumnya merupakan cara mengolah kosakata yang bersumber dari bahasa Indonesia atau bahasa Betawi menjadi sebuah kata baru. Sisipan -ok-Salah satu ciri paling ikonik dari bahasa prokem adalah penggunaan sisipan -ok- untuk memproduksi kata baru. Produksi kata baru ini dilakukan dengan mengambil suku kata pertama plus konsonan pertama suku kata berikutnya dan memberi sisipan -ok- setelah huruf pertama. Contohnya sebagai berikut:
Meski produksi kata ini cukup konsisten, rumus tadi tidak berlaku untuk semua kata. Beberapa kata diproduksi dengan penyesuaian-penyesuaian hingga dianggap enak didengar.
Kata yang dihasilkan dengan cara ini dapat ditambah dengan imbuhan sebagaimana kata biasa.
MetatesisMetatesis atau mengubah posisi huruf atau suku kata untuk memproduksi kata baru dengan makna yang sama.[5][6]
LakuranDalam bahasa prokem juga dikenal lakuran-lakuran yang diambil dari dua kata atau lebih.[5]
Lain-lainBeberapa kata dalam bahasa prokem mungkin dibuat tanpa adanya pakem dan sepenuhnya manasuka.
Contoh
PencatatanPada 1990, Prathama Rahardja dan Henri Chambert-Loir mendokumentasikan kata-kata bahasa Prokem ke dalam Kamus Bahasa Prokem.[7] Catatan kaki
|