Desa Balapulang Kulon terletak di suatu lembah dekat dengan kaki Gunung Slamet pada ketinggian ± 90 dpl. Berjarak ± 26 km ke arah selatan dari Kota Tegal dan bisa dicapai dengan bus antar kota dalam provinsi jurusan TegalPurwokerto.
Sebelah utara berbatasan dengan desa Semboja Kecamatan Pagerbarang, sebelah timur dengan Desa Balapulang Wetan, sebelah selatan dengan desa Banjaranyar dan sebelah barat dengan desa Cibunar.
Sebagian wilayahnya merupakan daerah pemukiman yang padat, Kawasan Ekonomi berupa pasar tradisional dan ruko, dan dikelilingi oleh persawahan dengan irigasi teknis yang subur dan hutan jati milik Perum Perhutani KPH Balapulang.
ada dua kampung/ dukuh yang terpisah dari desa induk yaitu:
Dukuh Mangir yang terletak disebelah barat dan dipisahkan oleh hutan jati dan persawahan dari kampung induk sejauh ± 2500 m.
Dukuh Lapang yang terletak di sebelah barat laut dan dipisahkan oleh rel kereta api dan persawahan dari kampung induk sejauh ± 500 m.
Transportasi
Balapulang Kulon terletak di jalur jalan raya Tegal - Purwokerto dan dilewati oleh bus jurusan Jakarta - Purwokerto, Bandung - Purwokerto, Tegal - Purwokerto - Cilacap. Jalur jalan ini merupakan urat nadi penghubung antara Pantai Utara (Pantura) dan Pantai Selatan Jawa Tengah bagian barat.
Balapulang juga dilewati oleh rel kereta api lintas cabang Tegal - Prupuk Dan masih digunakan untuk mengangkut Bahan Bakar Minyak sperti Solar, HSD & Premium dari Maos Cilacap menuju Depo Pertamina UPPDN IV Jawa di Tegal. Stasiun kereta api Balapulang didirikan oleh Javasche Spoorweg Mij Belanda pada tahun 1885 - 1886. Jalur rel kereta api ini juga merupakan jalur alternatif jika pada jalur kereta api CirebonBrebes - Tegal mengalami banjir. Maka semua kereta api lintas utara dialihkan melalui Cirebon - Prupuk - Tegal melewati Stasiun Balapulang.
Demografi
Masyarakat Balapulang merupakan masyarakat multi etnis yang terdiri dari suku Jawa, keturanan Arab, keturunan Tionghoa, Indo / Eurasia / campuran Jawa dan Belanda, serta berbagai suku pendatang lainnya. Kehidupan sosial di daerah ini sangat rukun dan harmonis sangat jarang sekali terjadi bentrokan antar etnis disini.
Sebagian besar penduduk Balapulang beragama Islam dan mayoritas tetap mempertahankan tradisi kejawen yang dikenal dengan istilah abangan.
Agama lain yang dianut adalah Protestan, Katolik, Hindu, Budha, Kong Hu Chu, dan aliran kepercayaan.
Dalam kehidupan sehari hari masyarakat Balapulang menggunakan Bahasa JawaBanyumasan dengan Dialek Tegal dengan sedikit pengaruh Dialek Bumiayu.
Perekonomian
Masyarakat Balapulang berprofesi sebagai petani, peternak, pengrajin furniture kayu jati, pedagang, pegawai negeri / TNI / Polisi / swasta dan sebagian merantau ke kota besar lainnya di Indonesia.
Dengan melambungnya harga kayu jati sebagai bahan mentah untuk furniture banyak home industri di bidang ini yang mati suri, karena harga jual produk tidak dapat menutup biaya produksi. Sehinggan banyak warga yang berprofesi dibidang ini pergi merantau kedaerah lain seperti Jakarta, Bandung dan lain lain.
Penggerak roda ekonomi lainnya adalah perdagangan di pasar tradisional yang cukup ramai terutama pada hari pasaranManis / Legi menurut sistem Kalender Jawa .
Pada hari itu pasar tradisional buka lebih lama dari waktu biasanya.
Di Balapulang banyak bangunan yang berfungsi sebagai gedung peternakan burungwalet yang menghasilkan sarang walet yang mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi. Sarang walet tersebut adalah air liur burung walet yang setelah dibersihkan dapat diolah menjadi sup sarang burung yang enak dan mahal serta menjadi hidangan yang eksotik. Menu makanan ini sangat disukai oleh masyarat keturunan Tionghoa baik di dalam maupun di luar negeri.
Komplek TPK (Tempat Penimbunan Kayu) dan pabrik gondorukem milik Perhutani kini menjadi pemukiman.
Bangunan tua disebelah bekas bioskop omega dan masih satu komplek dengan ex pabrik gula merupakan bangunan dengan arsitektur yang unik sekarang berubah menjadi rumah tinggal dan gereja Bethel Indonesia.
Sangat disayangkan kondisi gedung gedung tua yang telah banyak berubah dan tidak terawat, padahal jika dilakukan revitalisasi pada gedung gedung itu dapat menjadi potensi wisata yang unik dan eksotis.