Budi Pekerti (film)
Budi Pekerti (bahasa Inggris: Andragogy) adalah film drama Indonesia tahun 2023 yang disutradarai dan ditulis oleh Wregas Bhanuteja. Film produksi Rekata Studio serta Kaninga Pictures ini dibintangi oleh Sha Ine Febriyanti, Dwi Sasono, dan Angga Yunanda.[1] Budi Pekerti tayang perdana di Festival Film Internasional Toronto pada 9 September 2023.[2] Selain itu, film ini juga terpilih sebagai official selection di SXSW Sydney 2023 Screen Festival yang akan berlangsung pada 15—22 Oktober 2023 di Sydney, Australia serta terpilih menjadi film pembuka di Jakarta Film Week (JFW) 2023 pada 25—29 Oktober 2023.[3][4] SinopsisBu Prani, seorang guru BK terlibat perselisihan dengan pengunjung di pasar. Sayangnya, kejadian tersebut berhasil direkam oleh seseorang dan diunggah ke media sosial. Karena sikap Bu Prani yang dinilai tidak mencerminkan layaknya seorang guru, ia mendapatkan kecaman dan komentar negatif dari netizen. Tidak hanya Bu Prani yang terkena bullying, keluarganya pun ikut dikecam oleh masyarakat. Segala tindakan dan perlakuan masing-masing anggota keluarganya pun ikut dinilai dari dicari kesalahannya. Sehingga hidup mereka menjadi tidak tenang dan apa pun yang mereka lakukan akan dipandang salah. Selain kehilangan keharmonisan keluarga, hingga Bu Prani terancam kehilangan pekerjaannya.[5] Pemeran
ProduksiPengembangan ceritaKetika lakukan riset mencari ide cerita untuk film panjang kedua, Wregas menemukan banyak fenomena cyber bullying. Dari situlah Wregas sebagai penulis cerita dan skenario film Budi Pekerti menuangkan kisah Bu Prani, seorang guru BK (Bimbingan Konseling), yang dihujat oleh netizen sampai kehidupannya terancam.[6] Wregas mengaku terinspirasi dari banyaknya kasus cyber bullying terhadap seseorang setelah video yang menampilkan seseorang tersebut viral di dunia maya. Cerita dalam film ini ingin mengajak para penonton untuk merefleksikan dan mendiskusikan lagi tentang tindakan merundung seseorang di media sosial.[7] SyutingProses pengambilan gambar (syuting) film Budi Pekerti dilakukan seluruhnya di Yogyakarta sejak November 2022 hingga Desember 2022, sesuai dengan cerita film yang memang berlatar di kota tersebut.[8] Pemilihan latar cerita di Yogyakarta tak lepas dari asal-usul Wregas yang memang tumbuh besar dan punya kampung halaman di kota tersebut. Ia menggarap film ini sebagai penghormatan sekaligus menggambarkan lingkungan tempatnya tumbuh pada masa lalu. Dengan berlatar di Yogyakarta, maka dialog dalam film Budi Pekerti menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia secara imbang, karena kisah film ini memperlihatkan kehidupan sehari-hari serta aktivitas di lingkungan formal di Yogyakarta.[9] Dengan lokasi syuting berada di Yogyakarta, maka alokasi bujet produksi paling besar dalam penggarapan film ini adalah kebutuhan logistik dan akomodasi. Sebab, semua pemeran inti film Budi Pekerti dan hampir seluruh kru berdomisili di Jakarta. Adapun untuk pendanaan produksi film ini, produser Adi Ekatama menyatakan tidak ada kendala.[10] Sejak merilis film Penyalin Cahaya pada 13 Januari 2022 di Netflix dan film tersebut disambut baik penonton, bahkan menduduki daftar Netflix Top 10 di 26 negara selama periode 17-23 Januari 2022,[11] Adi mengatakan dapatkan dukungan penuh dari para investor terkait pendanaan untuk produksi film Budi Pekerti.[10] Pendanaan produksi film ini juga didukung oleh KG Media, Masih Belajar Project, Hwallywood Academy of Media & Arts Singapore, dan Momo Film.[12] Dalam proses syuting Budi Pekerti ini, Wregas sebagai sutradara cenderung meminimalisasi eksplorasi dari segi teknis dan lebih memfokuskan pada performa akting serta pengembangan penokohan setiap karakternya. Hal ini berbeda dengan yang ia lakukan dalam film-film sebelumnya, yakni selalu mengeksplorasi berbagai macam kemungkinan teknik produksi film, seperti sinematografi, pengarahan artistik, dan editing. Namun, kini Wregas menyadari bahwa ada satu hal penting yang menjadi perhatian audiens ketika menonton film, yaitu gestur para aktor-aktris yang memerankan karakter-karakter dalam film.[13] AktingUntuk menguatkan aktingnya, para pemain film Budi Pekerti harus belajar dan latihan berbahasa Jawa secara intens selama sekitar tiga bulan, karena banyak dialog dalam skenario yang memakai bahasa Jawa. Proses belajar bahasa Jawa ini dimulai dari aspek paling dasar, yakni mengenal aksara Jawa, lalu secara bertahap mempelajari bahasa Jawa dengan aksen sesuai yang diarahkan sutradara.[14] Selain belajar bahasa Jawa, Sha Ine Febriyanti mendalami karakter Bu Prani dengan cara menyambangi Yogyakarta selama empat hari untuk observasi langsung dan memahami masyarakat di sana, mulai dari gestur, gaya bicara, dialek, hingga budayanya. Sha Ine menghabiskan total waktu persiapan hingga tiga bulan untuk mengulik semua adegan film Budi Pekerti secara detail agar aktingnya saat syuting menjadi optimal, salah satunya memahami ekspresi dan cara orang Jawa bersikap.[15] Prilly Latuconsina mengaku terkejut saat pertama kali diberitahu Wregas bahwa karakter Tita yang akan diperankannya adalah musisi band independen sekaligus aktivis. Sebab, karakter Tita amat berbeda dari kepribadian asli Prilly, terutama soal profesi karakter sebagai musisi. Selain tidak bisa banyak memainkan alat musik, Prilly mengaku tidak tahu cara karakternya berinteraksi dengan rekan sesama personel band. Namun, selama proses reading (pembacaan skenario), ia bersama Wregas mulai mempelajari karakter Tita secara teliti, mulai dari cara berbicara, gestur, cara mengolah perasaan, memendam tangisan, lirikan mata, hingga menelan ludah.[16] [17] Untuk berakting dalam film Budi Pekerti, Angga Aldi Yunanda melakukan transformasi brutal demi menemukan penampilan baru dan masuk ke dalam karakter Muklas yang berprofesi sebagai content creator. Angga harus menaikkan berat badannya sekitar 10 kilogram dan mengecat rambutnya dengan warna pirang.[18] Pewarnaan rambutnya ini dilakukan dua hari sebelum syuting supaya bisa mengejutkan orang-orang. Selama proses pembacaan skenario atau reading selama tiga bulan, sutradara Wregas Bhanuteja juga memberikan Angga sebuah anting untuk dipakai di telinganya agar bisa semakin memahami karakter Muklas.[19] Angga mengaku senang bisa memerankan karakter Muklas yang punya tampilan nyentrik, karena selama ini dalam film-film lain ia kerap memerankan karakter pria ganteng ataupun soft boy. Di film Budi Pekerti ini, Angga juga merasa dapat banyak pembelajaran berarti soal pembentukan karakter, karena bisa berkesempatan lakukan proses reading dalam waktu yang panjang.[20] Sementara itu, dalam film Budi Pekerti, Dwi Sasono memerankan karakter pria yang alami depresi, yakni Pak Didit. Ia adalah suami dari Bu Prani dan ayah dari Muklas dan Tita. Dwi mengaku tak sulit berakting sebagai pria depresi karena mempunyai pengalaman nyata alami depresi. Ia hanya perlu mengatur seberapa besar kadar depresi karakter Pak Didit agar tetap sesuai dengan cerita film. Dalam proses reading bersama sutradara Wregas, Dwi melakukan persiapan khusus dengan membedah karakter Pak Didit, seperti mencari latar belakang Pak Didit, serta sebab dan akibat dari depresinya.[21] PenayanganFestival filmBudi Pekerti tayang perdana secara internasional (world premiere) di Toronto International Film Festival (TIFF) 2023 pada 9 September 2023. Di TIFF, film ini masuk dalam program Discovery yang khusus memperkenalkan dan mengapresiasi karya pertama atau kedua dari para sutradara visioner terkenal. Program Discovery TIFF tahun ini menampilkan 26 film dari 25 negara, termasuk Budi Pekerti.[22] Ada sekitar 200 orang yang menonton Budi Pekerti saat world premiere di TIFF. Mereka antusias mengikuti sesi tanya jawab setelah pemutaran dengan para pemain, sutradara, dan produser, meski waktu sudah hampir tengah malam.[23] Setelah TIFF, film Budi Pekerti juga tayang dan berkompetisi di SXSW Sydney 2023 Screen Festival pada 15—22 Oktober 2023 di Sydney, Australia.[24] Di festival film ini, Budi Pekerti masuk dalam program utama Visions. Tercatat ada 46 film panjang (fiksi, dokumenter, hingga animasi) dalam program Visions.[25] Adapun untuk penayangan perdana Budi Pekerti di Indonesia berlangsung dalam gelaran Jakarta Film Week (JFW) 2023 yang dihelat pada 25—29 Oktober 2023. Di JFW, Budi Pekerti terpilih menjadi film pembuka festival.[26] Film Budi Pekerti terpilih menjadi Official Selection di salah festival film paling bergengsi di Asia yang hadir sejak tahun 1962, Taipei Golden Horse International Film Festival yang diselenggarakan pada 9—26 November 2023 di Taiwan. Selanjutnya Budi Pekerti kembali terpilih untuk tayang dan berkompetensi di The International Film Festival of India (IFFI) yang dilangsungkan pada 20—28 November 2023 di India. Dari total pendaftar 2926 film yang berasal dari 105 negara, Budi Pekerti menjadi satu-satunya Film dari Asia Tenggara yang terpilih dikategori utama, International Competition. Budi Pekerti berkompetensi dengan 15 film internasional lainnya untuk memperebutkan Best Film Awards. Melanjutkan perjalanannya tayang di berbagai festival film dunia, Budi Pekerti kembali terpilih sebagai Official selection di The 39th Santa Barbara International Film Festival yang berlangsung pada 7-17 Februari 2024 di Santa Barbara, California, Amerika Serikat. Selain menjadi US Premiere, Budi Pekerti juga masuk dalam nominasi Jeffrey C Barbakow Award - Best International Feature Film. Selanjutnya, Budi Pekerti terpilih untuk tayang dan berkompetensi di CinemAsia Film Festival 2024 yang berlangsung pada tanggal 5-10 Maret 2024 di Belanda.
BioskopSetelah tayang di TIFF, SXSW Sydney 2023 Screen Festival, dan Jakarta Film Week, Budi Pekerti akhirnya tayang secara reguler di seluruh bioskop Indonesia pada 2 November 2023, dan berhasil memperoleh sebanyak 579.478 penonton selama 43 hari penayangan. PenerimaanTanggapan kritisJune Kim selaku Associate International Programmer Southeast Asia di TIFF mengatakan film Andragogy merupakan sebuah studi karakter yang penuh warna dan penyelidikan yang kerap kali menakutkan tentang dampak negatif media sosial dan cancel culture terhadap kehidupan masyarakat. "Dengan palet warna yang unik dan kuat, serta musik yang terkesan mengolok-olok, Andragogy mengingatkan kita bahwa kejutan-kejutan dan ketidakharmonisan ada di sekitar kita."[27] Dalam catatan programmer SXSW Sydney 2023 Screen Festival tertulis bahwa Andragogy adalah sebuah drama unik yang semakin memperluas minat sutradara Wregas Bhanuteja terhadap mentalitas massa dan dinamika media sosial Indonesia. Hal yang membedakan cerita Budi Pekerti dengan cerita-cerita tentang online bullying lainnya adalah sentuhan ringan dan unik dari Wregas dalam menghadirkan versi arena sosial yang lebih bergaya dan intens. Efek ini dicapai melalui tata artistik yang inventif dan desain kostum yang penuh semangat, menekankan warna kuning jernih dan biru cerah pada seragam sekolah dan helm skuter: "the grammar of an auteur in the making."[28] Dalam ulasannya di Digital Journey, kritikus film Sarah Gopaul menulis "Andragogy memperlihatkan bahwa melakukan hal yang benar hanya akan menyebabkan lebih banyak masalah, terutama di era media sosial." Pergeseran budaya memiliki konsekuensi yang mengerikan, sering kali mengeskalasi situasi yang tidak penting menjadi bencana besar, seperti yang ditunjukkan dalam Andragogy. Sarah menyatakan, "This film is a thoughtful commentary on viral videos and cancel culture.[29] Penghargaan dan nominasi
Penghargaan lainnyaBudi Pekerti menerima penghargaan "Year in Search 2023" dari Google Indonesia sebagai salah satu film dengan penelusuran trending teratas sepanjang tahun 2023 dalam kategori Serial/Film. Referensi
Pranala luar
|