Dampak pandemi Covid-19 terhadap ekonomi di MalaysiaPandemi COVID-19 di Malaysia berdampak signifikan terhadap perekonomian Malaysia, menyebabkan devaluasi ringgit Malaysia (MYR) dan penurunan produk domestik bruto negara tersebut. Pandemi ini juga berdampak buruk pada beberapa sektor utama termasuk hiburan, pasar, ritel, perhotelan, dan pariwisata. Selain kekurangan barang dan jasa, banyak perusahaan harus menghadapi pembatasan sosial dan karantina wilayah, yang berdampak pada operasional dan pendapatan mereka. Pandemi ini juga menarik perhatian pada keselamatan tempat kerja dan eksploitasi pekerja migran yang bekerja di industri Malaysia. Ekonomi
—Menteri Kesehatan Malaysia Dzulkefly Ahmad selama percakapan dengan CNBC tentang situasi wabah di Malaysia, 19 Februari 2020.[1] Saham-saham di Bursa Malaysia anjlok selama wabah ini karena para investor menjual sekuritas karena perkiraan dampak ekonomi yang disebabkan oleh virus tersebut,[2] yang bersama dengan pasar saham negara-negara berkembang lainnya diperkirakan masih akan bertahan hingga Juni 2020.[3] Dengan Tiongkok sebagai mitra dagang terbesar Malaysia, perekonomian negara terkena dampak langsungnya dan para pakar ekonomi telah memperingatkan bahwa wabah virus yang berkepanjangan dapat berdampak buruk pada produk domestik bruto (PDB) negara tersebut.[4] Pada akhir bulan Februari, Aberdeen Standard Investments Malaysia juga memperkirakan bahwa Ringgit Malaysia (MYR) akan semakin melemah akibat wabah lokal dan global, yang berdampak pada krisis politik Malaysia tahun 2020.[5] Pada 11 Februari 2021, produk domestik bruto (PDB) Malaysia dilaporkan menyusut sebesar 3,4% pada kuartal keempat dibandingkan tahun lalu. Selain itu, perekonomian Malaysia mengalami kontraksi sebesar 5,6% sepanjang tahun 2020, yang merupakan kinerja terburuk sejak krisis keuangan Asia tahun 1998.[6] Pada tanggal 3 Agustus 2023, Bank Dunia memuji kinerja pemulihan ekonomi Malaysia pasca-COVID-19. Meskipun COVID-19 mengurangi lapangan kerja dan pendapatan rumah tangga, laporan Bank Dunia menemukan bahwa dukungan keuangan Pemerintah kepada perusahaan, penangguhan pembayaran yang ditargetkan, dan subsidi upah pekerja membantu mengurangi dampak ekonomi dari pandemi ini.[7] Hiburan dan rekreasiPada tanggal 22 Juni, Menteri Senior (Klaster Keamanan) Ismail Sabri Yaakob mengumumkan bahwa bioskop, teater, dan acara langsung lainnya akan diizinkan dibuka kembali mulai tanggal 1 Juli, dengan batasan 250 orang.[8] Pada 10 Juli, Menteri Senior Ismail Sabri Yaakob mengumumkan bahwa pusat hiburan keluarga termasuk arena permainan, pusat karaoke, pasar malam dalam ruangan, pusat edutainment untuk anak-anak, dan gimnasium anak-anak dapat kembali beroperasi mulai 15 Juli. Namun diskotik, pub, dan klub malam belum bisa dibuka kembali.[9] Menyusul gelombang baru wabah pada bulan Oktober 2020, Asosiasi Peserta Pameran Film Malaysia (MAFE) mengumumkan bahwa mereka akan menutup sementara semua bioskop di Malaysia mulai tanggal 2 November untuk membantu membendung penyebaran COVID-19.[10] Referensi
|