Hafidhin Royan (28 September 1976 – 12 Mei 1998) adalah seorang mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Universitas Trisakti yang meninggal karena ditembak saat Tragedi Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998. Selain Royan, tiga mahasiswa Trisakti lainnya yaitu Hendriawan Sie, Elang Mulya Lesmana, dan Heri Hertanto juga menjadi korban tewas saat Tragedi Trisakti.[1][2]
Kehidupan awal
Royan berasal dari Bandung, Jawa Barat, merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Lahir dari pasangan Enus Junus dan Sunarmi Junus yang berprofesi sebagai pegawai. Enus Junus, ayah Royan adalah seorang pegawai negeri di Binamarga Pusat sementara ibunya bekerja di Puslitbang Pengairan, Jawa Barat.[3] Pada 1996, Royan menamatkan sekolahnya di sebuah sekolah menengah atas di Bandung lalu melanjutkan kuliah di Trisakti. Ia tinggal di Jakarta bersama ayahnya di perumahan Cipayung, Jakarta Timur.[3]
Royan sosok yang cukup aktif berorganisasi, serta menyukai kegiatan alam bebas. Ia pernah mendapat kepercayaan sebagai Ketua Tim Pendahulu dalam acara Bakti Sosial tahun 1997. Pada 1998, Royan masih angkatan bawah di Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) yang pada saat itu masih dipimpin oleh angkatan 1994. Namun, nama Royan sudah disebut-sebut masuk dalam bursa pencalonan ketua untuk periode selanjutnya.[4]
Kematian
Kematian Royan membawa duka mendalam bagi keluarga dan memengaruhi kondisi psikis mereka. Enus Junus, ayahnya, bahkan sempat stres berat dan selalu merasa tidak tenang setiap menjelang tanggal 12 Mei.[5] Kondisi ini juga memengaruhi Hayyu Rakhmia, adik Royan yang pada saat kejadian masih duduk di bangku kelas 1 SMA.[5] Selama bertahun-tahun kemudian, kamar Royan yang memiliki banyak koleksi buku dan diktat kuliah masih dipertahankan. Termasuk buku terakhir yang dibawa Royan, sebuah diktat berwarna coklat terkena bercak darah.[5]
Perkembangan kasus
Keluarga menyerahkan pengungkapan kasus kematian Royan kepada Tim Penuntasan Kasus (TPK) 12 Mei 1998 yang dibentuk pada tanggal 13 November 2000. Melalui tim ini, keluarga terus mengikuti perkembangan pengungkapan kasus kematian Royan bersama korban lainnya.
Penghargaan
Peristiwa 12 Mei 1998 menyebabkan turunnya Soeharto dari jabatannya sebagai presiden Republik Indonesia yang telah didudukinya selama lebih dari tiga puluh tahun. Pada 22 Juni 1998, Presiden B.J. Habibie menyatakan di depan keluarga korban bahwa empat mahasiswa yang tewas dalam peristiwa itu sebagai Pahlawan Reformasi.[6] Sementara pada peringatan ke-60 tahun hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahkan Bintang Jasa Pratama kepada Hafidhin Royan dan ketiga rekannya yang ikut terbunuh pada Tragedi Trisakti ini.[7]
Referensi
Buku
- Hamid, Usman (2006). Melawan Pengingkaran. KontraS.