Hubungan Israel dengan Turki
Hubungan Israel–Turki terbentuk pada Maret 1949[1] ketika Turki menjadi negara mayoritas Muslim pertama (sebelum Iran pada tahun 1950[2]) yang mengakui Negara Israel.[3][4] Hubungan kedua negara pada tahun 1958 termasuk pertemuan antara David Ben-Gurion dan Adnan Menderes yang membahas tentang aliansi pinggiran. Sejak itu, Israel menjadi pemasok utama senjata ke Turki. Kerja sama militer, strategis, dan diplomatik antara Turki dan Israel menjadi prioritas utama pemerintah kedua negara, yang turut berbagi pandangan terhadap ketidakstabilan regional di Timur Tengah.[5][6] Hubungan tersebut menegang sejak Konflik Israel-Gaza 2008-2009 dan bentrokan armada Gaza yang menewaskan sembilan warga negara Turki.[7] Konflik Arab–IsraelKonflik diplomatikPadan September 2011, Turki mengusir duta besar Israel setelah Israel menolak meminta maaf atas tewasnya sembilan aktivis Turki dalam bentrokan armada Gaza setelah laporan PBB yang menemukan bahwa pemblokiran Gaza disahkan menurut hukum internasional namun serangan berlebihan digunakan ketika pihak keamanan menaiki kapal.[8] Laporan tersebut juga menyatakan tidak bisa membuat temuan definitif berupa fakta atau hukum. Namun laporan tersebut dapat memberikan pandangannya.[9][10][11] Pejabat Israel menyatakan mereka berharap agar hubungan bilateral dapat pulih namun tetap menegaskan mereka tidak akan meminta maaf.[12][13] Hamas memuji keputusan Turki.[14][15] Kemal Kılıçdaroğlu, pemimpin oposisi Turki, mengecam ketegangan hubungan dengan Israel, dengan menyatakan "Tidak ada gunanya dan kita tidak perlu membuat kepentingan kita terancam dengan hal-hal sepele seperti itu."[16] Amnesty International, pengkritik pedas terhadap pemblokiran[17] dan bentrokan armada tersebut[18] mengatakan Turki jelas marah.[19][20] Pada tanggal 3 September 2011, pada konferensi berita, Menteri Luar Negeri Ahmet Davutoglu mengatakan "Turki akan melakukan pencegahan yang diperlukan demi keamanan pelayaran laut di Mediterania timur."[21] Media Turki melaporkan bahwa Turki sedang mempertimbangkan untuk mengirim kapal perang untuk mengawal kapal-kapal sipil yang berlayar ke Gaza.[22] Turki ingin menantang pemblokiran Gaza oleh Israel melalui kasus pengadilan di ICJ[23] dan Erdogan berencana mengunjungi Gaza.[24] Lihat pula
Bacaan
Catatan kaki
Pranala luar
|