JetBlue Airways
JetBlue Airways Corporation (Nasdaq: JBLU), berbisnis dengan merek jetBlue, adalah sebuah maskapai penerbangan bertarif rendah asal Amerika dan merupakan maskapai penerbangan terbesar kelima di Amerika Serikat. JetBlue berkantor pusat di Long Island, dengan pusat operasinya berada di Bandara John F. Kennedy. JetBlue juga memiliki sebuah kantor perwakilan di Cottonwood Heights, Utah.[5][6] JetBlue melayani penerbangan ke seluruh penjuru Amerika Serikat, dan juga melayani penerbangan internasional ke Bahama, Bermuda, Barbados, Kolombia, Kosta Rika, Republik Dominika, Grenada, Jamaika, Meksiko, Peru, Puerto Riko, Trinidad dan Tobago, dan masih banyak lagi. Hingga bulan Maret 2016, JetBlue melayani penerbangan ke 97 destinasi berbeda yang tersebar di Amerika Serikat, Meksiko, Karibia, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Hingga tahun 2016, JetBlue juga merupakan salah satu dari hanya dua maskapai asal Amerika Serikat yang mendapatkan penilaian bintang empat dari Skytrax, bersama dengan Virgin America.[7] SejarahPendirianJetBlue didirikan oleh David Neeleman di Delaware pada bulan Agustus 1998,[1] dengan nama NewAir.[8] Beberapa pimpinan JetBlue, termasuk Neeleman, adalah bekas pegawai Southwest Airlines.[9] JetBlue pun mengikuti model bisnis Southwest, yakni dengan menawarkan penerbangan berbiaya murah, namun untuk membedakan mereka dengan Southwest, JetBlue tetap menyediakan beberapa fasilitas tambahan, termasuk TV di setiap kursi dan juga radio satelit Sirius XM. Pada bulan September 1999, JetBlue berhasil mendapatkan 75 pasang slot terbang di Bandara John F. Kennedy, dan juga izin terbang dari pemerintah Amerika Serikat pada bulan Februari 2000. Sehingga JetBlue pun mulai beroperasi pada tanggal 11 Februari 2000, dengan melayani penerbangan ke Buffalo dan Ft. Lauderdale.[10] Awalnya, Neeleman ingin menjadikan maskapainya sebagai "taksi", dengan livery berwarna kuning yang identik dengan warna taksi di New York. Namun keinginannya ini dibatalkan karena beberapa alasan, antara lain konotasi negatif yang menempel pada taksi-taksi di New York City dan juga ancaman penarikan sebagian investasi, senilai $20 juta dari JP Morgan, jika Neeleman tetap menggunakan nama tersebut.[11] 2000anJetBlue adalah salah satu dari sedikit maskapai yang berhasil mencatatkan keuntungan pasca terjadinya Serangan 11 September 2001.[12] Maskapai lain pun mencoba untuk menyaingi JetBlue, seperti Delta Air Lines dengan mendirikan Song, dan juga United Airlines dengan mendirikan Ted. Tetapi kedua maskapai ini tidaklah terlalu sukses dan akhirnya pun ditutup.[13] Pada bulan Oktober 2005, laba kuartalan JetBlue turun dari yang sebelumnya US$8,1 juta ke hanya $2,7 juta. Penurunan laba ini sebagian besar dikarenakan adanya kenaikan bahan bakar dan kenaikan biaya operasi. Walaupun begitu, JetBlue tetap berencana untuk mengembangkan usahanya, antara lain dengan memesan 36 unit pesawat baru yang akan selesai pada tahun 2006. JetBlue mencatatkan kerugian kuartalan pertamanya pada kuartal keempat 2005, di mana mereka merugi $42,4 juta. Kerugian ini adalah kerugian pertama JetBlue sejak melepas sahamnya ke publik pada tahun 2002. JetBlue pun kembali mencatatkan kerugian pada kuartal pertama 2006, dikarenakan tingginya harga bahan bakar, inefisiensi dalam operasi, dan juga mahalnya biaya perawatan armada. Pimpinan JetBlue pun mengumumkan rencananya untuk membuat JetBlue kembali untung dengan memotong biaya operasi sebesar $50 juta tiap tahunnya, dan juga dengan mendorong pendapatan hingga $30 juta. Hasilnya, JetBlue pun berhasil kembali untung pada kuartal kedua 2006, dengan keuntungan sebesar $14 juta, dua kali lipat lebih banyak daripada perkiraan analis Wall Street. Pada kuartal ketiga 2006, JetBlue kembali merugi $500.000, sehingga mereka berencana untuk menjual 5 unit pesawat Airbus A320nya, dan juga menunda pengiriman pesawat E190 barunya. Pada bulan Desember 2006, JetBlue melepas sebaris kursi pada seluruh pesawat A320nya untuk meringankan bobot pesawat hingga 410 kg, dan juga mengurangi jumlah pramugari dari empat orang menjadi hanya tiga orang, sehingga konsumsi bahan bakar dapat dihemat, untuk memaksimalkan pendapatan yang didapat dari tiap penerbangan.[14] Pada kuartal keempat 2006, JetBlue pun kembali untung. Sehingga pada tahun 2006, total kerugian JetBlue hanyalah $1 juta, jika dibandingkan dengan total kerugian tahun 2005 yang mencapai $20 juta. Saat kondisi finansialnya mulai membaik, pada bulan Februari 2007, JetBlue kembali mengalami krisis saat badai salju menyerang wilayah Timur Laut dan Barat Amerika Serikat. Karena JetBlue berprinsip tidak akan membatalkan penerbangannya, beberapa pesawat pun tetap berada di bandara untuk mengangkut penumpang. Sehingga penumpang harus tetap naik ke pesawat, walaupun pesawat tidak mungkin diberangkatkan. Walaupun begitu, cuaca yang makin buruk, membuat JetBlue harus membatalkan 1.700 penerbangannya saat itu.[15] Kejadian ini dilaporkan telah merugikan JetBlue sebesar $30 juta.[16] Pada tahun 2007, JetBlue juga mengalami masalah kehandalan pada armada Embraer 190 miliknya. Sehingga selama dua unit Embraer 190 miliknya diperbaiki di fasilitas perawatan Embraer di Nashville, JetBlue pun menyewa empat unit Embraer 145 milik ExpressJet untuk melayani rute regional miliknya.[17][18] Akibat kejadian ini juga, dewan direksi JetBlue sepakat untuk menunjuk Dave Barger sebagai CEO baru, menggantikan David Neeleman.[19][20] Barger pun resmi menjadi CEO JetBlue pada tanggal 10 Mei 2007.[21] Neeleman, pendiri dan juga investor terbesar JetBlue pun turun menjadi direktur noneksekutif, akibat pergantian ini.[22] Pada tanggal 24 Juli 2007, JetBlue melaporkan bahwa pendapatannya pada kuartal kedua 2007, naik menjadi $730 juta, dari $612 juta pada kuartal yang sama tahun 2006. Keuntungannya juga naik menjadi $21 juta, dari $14 juta pada kuartal yang sama tahun lalu. David Barger pun mengatakan bahwa JetBlue akan membeli tiga pesawat baru, dan akan menjual tiga pesawatnya saat ini, untuk memperlambat pertumbuhan kapasitas, guna memperkuat fondasi finansialnya dan juga memfasilitasi pertumbuhan pendapatan. Walaupun begitu, JetBlue akan tetap menambah dua hingga empat rute baru tiap tahunnya.[23] Pada bulan Agustus 2007, JetBlue menambahkan konten berita dari NYTimes.com untuk dapat dibaca di tengah penerbangan.[24] Pada tanggal 8 November 2007, JetBlue menunjuk Ed Barnes sebagai CFO sementara, sebagai pengganti John Harvey yang mengundurkan diri.[25] Pada tanggal 13 Desember 2007, JetBlue dan Lufthansa mengumumkan rencana Lufthansa untuk membeli 19% saham di JetBlue. Lufthansa menyatakan bahwa mereka akan melakukan kerja sama operasional.[26] Lufthansa juga mengatakan bahwa mereka akan menawarkan penerbangan lanjutan dengan menggunakan JetBlue kepada penumpangnya, dengan titik transit di Boston dan New York (JFK).[27] Mulai tanggal 10 Januari 2008, JetBlue juga membuka penerbangan ke St. Maarten dan Puerto Plata. Sehingga secara keseluruhan, JetBlue telah melayani penerbangan ke dua belas destinasi di Karibia/Atlantik, termasuk ke Aruba, Barbados, Bermuda, Cancún, Nassau, Aguadilla, Ponce, Puerto Riko, Santiago, dan Republik Dominika. Pada edisi bulan Maret Airways Magazine, diumumkan bahwa JetBlue telah bermitra dengan Yahoo! dan produsen BlackBerry, Research in Motion, sehingga JetBlue dapat menyediakan layanan Wi-Fi gratis bernama BetaBlue di satu armada Airbus A320-200 miliknya, berkode registrasi N651JB. Dengan Wi-Fi ini, penumpang hanya dapat mengakses Yahoo Mail melalui perangkat Blackberry, ataupun laptop, di tengah penerbangan. BetaBlue menggunakan bandwidth dan infrastruktur milik Airfone, yang telah tutup.[28] Pada tanggal 19 Maret 2008, JetBlue resmi menambahkan Orlando, Florida sebagai kota fokusnya untuk penerbangan ke Karibia, Meksiko, dan Amerika Selatan. Rute baru pun dibuka dari Bandara Orlando ke Cancún, Meksiko, Bridgetown, Barbados, Bogotá, Kolombia, Nassau, Bahama, San José, Kosta Rika, dan Santo Domingo, Republik Dominika. Bersamaan dengan ini, JetBlue juga bertekad untuk terus mengembangkan operasinya di bandara ini, termasuk dengan membangun sebuah asrama berkapasitas 292 kamar, sebagai tempat tinggal sementara bagi peserta latihan di fasilitas pelatihan JetBlue University, yang rencananya dibuka pada tahun 2015.[29] Pada tanggal 8 April 2008, JetBlue meluncurkan promosi berjudul Happy Jetting. Promosi yang dikembangkan bersama JWT New York ini menekankan harga tiket JetBlue yang kompetitif, namun tetap menyediakan berbagai fasilitas yang tidak ada di maskapai berbiaya rendah lain, seperti televisi satelit dan radio, camilan, serta kursi berbalut kulit.[30][31] Pada tanggal 21 Mei 2008, JetBlue menunjuk Joel Peterson sebagai chairman baru dan Frank Sica sebagai wakilnya.[32] Pada tanggal 4 Agustus 2008, Associated Press melaporkan bahwa JetBlue akan mengganti bantal dan selimutnya yang digunakan berkali-kali dalam penerbangan yang berbeda (setelah dicuci), menjadi lebih "ramah lingkungan" dengan cara menjual bantal dan selimutnya, sehingga hanya dapat digunakan oleh penumpang yang membelinya. Tiap bantal dan selimut akan dijual seharga $7, dimana penumpang juga akan mendapatkan kupon senilai $5 dari Bed, Bath and Beyond. Hal ini dimaksudkan juga untuk meningkatkan pendapatan mereka. JetBlue juga berharap dapat meraup pendapatan hingga $40 juta dari penumpang yang memilih kursi berjarak lebar dan $20 juta dari penumpang yang membawa lebih dari satu tas..[33] Pada bulan September 2008, JetBlue juga mengoperasikan sebuah pesawat E190 sebagai pesawat promosi untuk kandidat Wakil Presiden Amerika Serikat, Sarah Palin.[34][35] Pada tanggal 13 Oktober 2009, JetBlue memperkenalkan livery baru, hasil modifikasi dari livery lamanya, untuk memperingati hari jadinya ke-10 yang jatuh pada bulan Februari 2010. Selain desain ekornya yang baru, logo JetBlue juga ditampilkan lebih besar, hingga melewati jendela penumpang. Logo 'jetBlue' juga tidak lagi berwarna perak dan biru, namun menjadi biru laut gelap.[36]
Pada tanggal 22 Oktober 2008, JetBlue membuka penghubung barunya di Bandara John F. Kennedy (JFK), bernama Terminal 5, atau lebih sering disebut T5. Terminal yang membutuhkan biaya hampir $800 juta ini,[37] mengelilingi sebagian TWA Flight Center yang historis, yang didesain oleh Eero Saarinen, yang hingga saat ini tidak lagi terpakai. Sesuai rencana, penumpang dapat check in di TWA Flight Center, dan lalu berpindah ke bangunan baru T5 melalui lorong asli yang didesain oleh Saarinen, dan juga tambahannya yang dikerjakan pada tahun 1969 oleh Roche-Dinkeloo.[38] Penerbangan pertama yang tiba di T5 adalah penerbangan JetBlue dari Bandara Bob Hope (B6 #358) pada jam 5:06 waktu setempat.[39][40] Sementara itu, penerbangan terakhir JetBlue dari T6 adalah penerbangannya ke Bandara Rafael Hernández di Aguadilla, Puerto Riko, pada jam 23:59 pada hari sebelumnya. 2010anPada tanggal 16 Juni 2010, JetBlue mulai menjual camilan pada penerbangan Airbus A320 yang memakan waktu lebih dari 3 jam 45 menit. Tersedia 5 macam camilan dengan harga masing-masing $6.[41] Pada tanggal 22 Maret 2010, JetBlue menolak tawaran dari Orlando untuk memindahkan kantor pusatnya kesana dan mengumumkan bahwa mereka akan tetap menempati kantornya di Forest Hills,[42][43][44][45] sembari juga menyewa kantor baru di Brewster Building di Long Island City, New York,[46][47] yang lalu pada pertengahan tahun 2012, dijadikan kantor pusatnya.[48] JetBlue juga mulai bekerja sama dengan Pemerintah New York, untuk dapat menggunakan logo I Love NY yang sangat ikonik.[45] Pada tanggal 14 Okober 2010, Komisi Tunanetra California bersama tiga orang tunanetra melaporkan JetBlue Airways ke Mahkamah Federal, dengan laporan bahwa situs web JetBlue dan gerainya di bandara tidak dapat melayani penumpang berkebutuhan khusus.[49] Pada tanggal 18 Oktober 2011, Ed Barnes mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CFO, sehingga bendahara JetBlue, Mark Powers, pun ditunjuk untuk menjadi CFO sementara hingga JetBlue menemukan pengganti Barnes.[50] Pada tanggal 13 Juni 2012, JetBlue kembali dinobatkan menjadi "Peringkat Pertama dalam Tingkat Kepuasan Penumpang Maskapai Berbiaya Rendah" oleh J.D. Power and Associates, setelah selama enam tahun berturut-turut juga mendapat predikat ini.[51] Pada bulan Oktober 2013, JetBlue memperkenalkan Mint, sebuah kelas premium baru untuk penerbangan antar benua dan beberapa penerbangan ke Karibia. Kelas ini mulai dapat digunakan oleh penumpang pada tahun 2014, dengan menggunakan pesawat Airbus A321-200. Kelas baru ini menawarkan kursi yang dapat direbahkan sepenuhnya dan juga partisi untuk membatasi kursi satu dengan yang lainnya.[52] Konfigurasi pesawat inipun diubah dari hanya memiliki 190 kursi penumpang kelas ekonomi, menjadi memiliki 16 kursi kelas Mint dan 143 kursi kelas ekonomi.[53] Pada tanggal 22 April 2014, penerbang-penerbang JetBlue menginginkan agar mereka dapat bergabung ke ALPA. Ini adalah pertama kalinya penerbang JetBlue bergabung ke sebuah serikat, sejak maskapai ini didirikan.[54] Pada tanggal 18 September 2014, Dave Barger mengumumkan pengunduran dirinya dari JetBlue mulai tanggal 16 Februari 2015, setalah menerima beberapa laporan bahwa investor dan dewan direksi JetBlue tidak puas dengan kinerjanya.[55][56] Ia pun lalu digantikan oleh Robin Hayes.[57] Pada akhir bulan Juni 2015, JetBlue mulai menarik biaya dari bagasi yang dibawa oleh penumpang di kelas tertentu, sehingga hanya tersisa Southwest Airlines, maskapai besar Amerika Serikat yang tidak menarik biaya dari bagasi penumpang. JetBlue menarik biaya $20 untuk tas pertama yang dibawa penumpang, dan lalu $35 untuk tas kedua yang dibawa. Bersama dengan Frontier Airlines yang juga menawarkan biaya bagasi serupa, ini merupakan biaya bagasi termurah di Amerika Serikat.[58] KemitraanPada tanggal 6 Februari 2007, USA Today melaporkan bahwa JetBlue berencana untuk bekerja sama dengan Aer Lingus. Kerja sama ini diharapkan dapat memudahkan transit penumpang dari kedua maskapai, namun tidak sampai ke perjanjian codeshare.[59] Pada tanggal 1 Februari 2008, JetBlue akhirnya mengumumkan detail dari kerja sama ini. JetBlue menyatakan bahwa penumpang akan tetap dapat memesan tiket di situs web Aer Lingus (atau JetBlue), yang jika diperlukan transit ke JetBlue (atau ke Aer Lingus), maka penumpang tersebut akan langsung diarahkan untuk memesan tiket transitnya di situs web JetBlue (ataupun di situs web Aer Lingus). Titik transit yang disepakati keduanya adalah di Bandara JFK dan Bandara Logan Boston. David Barger menyatakan jika kerja sama ini berhasil, JetBlue mungkin akan kembali mengadakan kerja sama serupa dengan maskapai internasional lainnya.[60] Pada tanggal 14 Desember 2007, Cranky Flier melaporkan bahwa Lufthansa tengah berencana untuk bekerja sama dengan JetBlue. Lufthansa dan JetBlue juga dilaporkan tengah mendalami kemungkinan untuk mengintegrasikan sistem reservasi dan program penumpang setia mereka. Dengan menjadikan rute JetBlue di Amerika Utara sebagai pengumpan, Lufthansa akan tampak mengoperasikan penghubung semu di dua penghubung JetBlue, yakni di New York-JFK dan Bandara Logan Boston.[61] Pada bulan Februari 2010, JetBlue dilaporkan telah menyelesaikan perpindahannya ke sistem reservasi Sabre (sama seperti sistem reservasi milik Lufthansa). Hal inipun membuat proses transit penumpang antara JetBlue dan Lufthansa dapat berjalan lebih cepat. Hal ini juga memungkinkan JetBlue dan Lufthansa untuk mengadakan perjanjian codeshare.[62] Dave Barger juga mengatakan bahwa JetBlue tengah menjajaki kemungkinan untuk bergabung dengan salah satu aliansi maskapai.[63][64] Kerja SamaJetBlue tidak bergabung dengan aliansi maskapai manapun, namun tetap memiliki perjanjian codeshare dengan beberapa maskapai lain.[65]
ArmadaHingga tanggal 11 Maret 2016, JetBlue Airways memiliki 217 pesawat dengan umur rata-rata 8,8 tahun, dengan rincian sebagai berikut :
Hampir semua pesawat milik JetBlue diberi sebuah nama yang mengandung kata-kata blue. Kecuali untuk armada Airbus A321 yang digunakan untuk rute antar benua, yang diberi sebuah nama yang mengandung kata-kata mint. Satu-satunya pesawat yang tidak diberi nama langsung oleh pegawai JetBlue, adalah N655JB, yang diberi nama Blue 100, untuk menandai bahwa pesawat tersebut adalah pesawat Airbus A320 ke-100 yang dimiliki oleh JetBlue. TrueBlueTrueBlue adalah program penumpang setia JetBlue. Awalnya, penumpang dapat memperoleh sejumlah poin dari setiap penerbangan, yang bernilai dua, empat, atau enam poin, tergantung dari jarak penerbangan. Penumpang dapat melipatgandakan poin yang ia peroleh, jika ia memesan tiket lewat situs web JetBlue.[71] Pada bulan September 2009, JetBlue mengumumkan penggantian mekanisme perolehan poin ini.[72] Di mekanisme baru, penumpang akan mendapatkan tiga poin atas setiap satu dollar yang dihabiskan oleh penumpang tersebut untuk membeli tiket (tidak termasuk pajak dan biaya tambahan lainnya). Penumpang dapat melipatgandakan poin yang ia peroleh, jika ia memesan tiket melalui situs web JetBlue. Mekanisme baru ini resmi diberlakukan pada tanggal 9 November 2009.[73][74] Pada bulan Juni 2013, JetBlue mengumumkan bahwa poin TrueBlue yang diperoleh tidak akan kedaluwarsa untuk alasan apapun.[75][76] Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai JetBlue Airways.
|