Kaisar Xuande
Kehidupan awalZhu Zhanji seorang yang menggemari puisi dan literatur. Dia mendapat gelar putra mahkotanya begitu ayahnya naik tahta. Ketika berada di Nanjing untuk menangani bencana gempa bumi, tiba-tiba datang laporan darurat dari Beijing yang mengabarkan kematian ayahnya yang mendadak dan menyuruhnya segera kembali ke ibu kota. Dalam perjalanannya pulang ke Beijing, tersebar isu bahwa pamannya, Zhu Gaoxu berencana menjebaknya di perjalanan, tetapi dia tetap meneruskan perjalanan ke utara tanpa rasa takut dan memang benar itu hanya kabar burung belaka. Begitu tiba di istana, dia segera mengambil alih tahta dan menamai rezimnya Xuande pada tahun berikutnya. PemerintahanSetelah naik tahta, sebagian besar pejabat pada masa ayahnya tetap dipekerjakan dan hubungannya dengan mereka sangat kompak. Dia selalu menjaga jarak dari pejabat-pejabat yang korup dan mempercayai mereka yang kompeten. Kuang Zhong, gubernur Suzhou, seorang pejabat yang terkenal akan kejujuran dan keterusterangannya adalah salah satu orang kepercayaannya. Tahun 1428, Liu Guan, juru sensor yang bereputasi buruk dipecat dan dihukum kerja paksa, kedudukannya digantikan oleh Gu Zuo yang anti korupsi. Gu memecat 43 anggota badan sensor di Beijing dan Nanjing karena ketidakbecusan mereka, beberapa orang diturunkan pangkatnya, dipenjara, dan diasingkan, tetapi tidak ada yang dihukum mati. Badan sensor menginsvestigasi seluruh adminstrasi Ming termasuk militer. Pada tahun itu juga Xuande mereformasi peraturan mengenai wajib militer dan perlakuan terhadap desertir. Ketidakadilan dalam pajak telah mengakibatkan terbengkalainya beberapa daerah selama kurang lebih empatpuluh tahun. Menanggapi hal ini Xuande membuat kebijakan untuk meringankan beban rakyat kecil dengan pembebasan pajak dan bantuan bagi daerah yang dilanda kesusahan dan bencana alam. Mengirim utusan untuk mengkoordinasi administrasi provinsi dan menjalankan kontrol sipil diatas militer. Petugas ini juga untuk membasmi pungutan liar dan korupsi di kalangan pemungut pajak. Xuande juga sering memerintahkan pengadilan ulang sehingga ribuan orang yang tidak bersalah memperoleh kebebasan. Dia memberi teladan untuk hidup sederhana, jumlah staff dan pejabatnya dikurangi untuk mengurangi beban pajak rakyat. Dengan demikian selama rezimnya kondisi sosial demikian stabil dan damai. Namun yang menjadi kekurangannya adalah pada zamannya para kasim memperkuat kedudukan mereka dengan mengendalikan polisi rahasia dan kekuasaan mereka akan terus bertumbuh pada masa-masa berikutnya. Pemberontakan Zhu GaoxuAgustus 1426, pamannya, Zhu Gaoxu melakukan makar di kota tua Yue’an (sekarang kecamatan Guangrao, Guangdong). Zhu Gaoxu adalah salah satu anak kesayangan Kaisar Yongle dan pernah berjasa dalam ekspedisi militer ayahnya itu. Namun karena melanggar perintah dia diasingkan ke sebuah wilayah kecil di Shandong tahun 1417. Pemberontakan ini segera ditindas oleh Xuande. Para bawahannya menyarankan agar Zhu Gaoxu dihukum mati, tetapi Xuande menolaknya karena masih memandangnya sebagai paman, sebagai gantinya Zhu Gaoxu hanya dikenai tahanan rumah dan statusnya diturunkan menjadi rakyat biasa. Sementara itu 600 pejabat yang terlibat pemberontakan dihukum mati dan 2200 diasingkan. Beberapa tahun kemudian, ketika Xuande datang mengunjunginya, Zhu Gaoxu menolak memberi hormat. Xuande masih bersabar dan hanya menegurnya, tetapi ketika dia hendak pulang, Zhu Gaoxu dengan kurang ajar menjulurkan kakinya sehingga Xuande jatuh tersandung. Kali ini Xuande sudah kehilangan kesabarannya, dia memerintahkan Zhu Gaoxu dipanggang hingga tewas. Politik luar negeriXuande berencana menarik mundur pasukannya dari Annam (Vietnam) yang menjadi negara vassal Tiongkok, tetapi usul ini tidak disetujui oleh beberapa penasehatnya. Setelah terjadi konflik di sana, dia mengirim pasukan yang dipimpin oleh Liu Sheng tetapi pasukan ini menderita kekalahan besar dengan korban jiwa 70.000 orang pada tahun 1427. Hal ini memaksa pasukan Tiongkok mundur dan akhirnya Xuande pun mengakui kemerdekaan Annam. Tahun 1428, Xuande mengadakan inspeksi di perbatasan utara dan berhasil melakukan ekspedisi hukuman atas serangan suku Uriyangkhad Mongol. Tiongkok membiarkan konflik antara suku-suku Mongolia timur di bawah pimpinan Arughtai dengan suku Oirat di bagian barat yang dipimpin Toghon terus berlanjut. Setiap tahunnya Beijing menerima upeti kuda dari Arughtai. Setelah Arughtai dikalahkan tahun 1431 dan terbunuh tahun berikutnya, Toghon mencaplok bagian timur Mongolia, tetapi Tiongkok masih menjalin hubungan baik dengan Mongol yang sekarang dipimpin oleh Toghon. Hubungan diplomatik dengan Jepang berkembang tahun 1432. Hubungan dengan Korea juga cukup baik walaupun mereka tidak senang dengan kewajiban untuk mengirimkan upeti tahunan berupa gadis-gadis perawan untuk mengisi istana belakang Ming. Xuande mengutus Zheng He untuk mengadakan ekspedisi keliling dunianya sekali lagi, tetapi ini adalah yang terakhir kalinya karena setelah ekspedisi ini berakhir tahun 1434 tidak pernah ada lagi ekspedisi sejenis. Kaisar jangkrikXuande adalah penggila permainan adu jangkrik yang telah menjadi tradisi panjang dalam sejarah Tiongkok. Pada tahun kesembilan pemerintahannya, dia memerintahkan pejabatnya di Suzhou untuk menyediakan apa saja yang dibutuhkan kedua kasim utusannya untuk mencari jangkrik-jangkrik dengan kualitas unggul. Karena kegemarannya pada jangkrik inilah dia mendapat nama julukan "kaisar jangkrik" Demam memburu dan memelihara jangkrik menjadi fenomena umum pada saat itu, karena untuk satu spesies yang unggul akan mendapat bayaran tinggi dari istana. Adalah lumrah orang mencari keberuntungan dengan berburu jangkrik pada zaman itu. Contoh yang ekstrem adalah dalam kisah berikut ini: Seorang pedagang gandum di Fengqiao, Suzhou mendapatkan seekor jangkrik varietas unggul. Binatang itu dipeliharanya baik-baik untuk dipersembahkan pada kaisar dan mendapatkan imbalan. Suatu saat ketika dia sedang bekerja di luar, istrinya penasaran untuk melihat serangga berharga itu. Ketika dia membuka tutup tabung tempat menyimpannya, jangkrik itu tiba-tiba meloncat keluar dan langsung dicaplok oleh seekor ayam yang melintas disitu. Takut suaminya akan murka, wanita itu menggantung diri. Ketika pria itu pulang dan menemukan istrinya tergantung dan tabung yang kosong, diapun turut gantung diri. Xuande dicintai rakyatnya sehingga kegemarannya ini juga ditiru oleh mereka, hampir seluruh negri tergila-gila dengan permainan adu jangkrik, bahkan ada suatu pantun berbunyi, “Jangkrik-jangkrik menderik di seantero negri karena Kaisar Xuande menyukai mereka” Desas-desus suksesiXuande belum mendapatkan putra untuk meneruskan tahtanya hingga usianya yang ke-30. Menurut sebuah kabar, salah satu selirnya yang bermarga Sun memberitahu pada kaisar bahwa dirinya hamil. Delapan bulan kemudian dia menculik seorang bayi laki-laki pelayan istana dan mengakui pada kaisar bahwa bayi itu adalah hasil hubungan mereka. Xuande sangat senang dan tidak sadar telah ditipu. Empat bulan kemudian dia memberikan status putra mahkota pada bayi itu dan selir Sun diangkat sebagai permaisuri. Bayi hasil rampasan inilah yang kelak akan menjadi Kaisar Zhengtong. Xuande wafat karena sakit pada 31 Januari 1435 setelah sepuluh tahun berkuasa Penggambaran dalam seniKaisar Xuande digambarkan dalam lukisan kontemporer, juga dalam karya-karya seni lainnya. Sebagai contoh, dalam lukisan di bawah ini, Kaisar Xuande dapat dilihat di sisi kanan sedang menunggangi kuda hitam dan mengenakan helm berbulu. Dia dapat dibedakan dari rombongan pengawalnya sebagai sosok yang sangat tinggi. Lihat pulaPranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Xuande Emperor. Cheng Qinhua, Tales of the Forbidden City, Bejing: Foreign Languages Press, 1997.
|