Katedral Bandung
Katedral Bandung, atau yang bernama resmi Katedral Santo Petrus, adalah sebuah gereja katedral Katolik yang terletak di Jalan Merdeka, Babakanciamis, Sumurbandung, Bandung, Indonesia. Bangunan ini dirancang oleh Charles Prosper Wolff Schoemaker dan bergaya arsitektur neo-Gotik akhir. Dilihat dari atas, bentuknya menyerupai salib yang simetris. Katedral Santo Petrus mempunyai luas tanah sebesar 2.385 m² dan luas bangunan sebesar 785 m². Gerejanya sendiri diberi nama St. Franciscus Regis pada tanggal 16 Juni 1895. Setelah Bandung memperoleh status gemeente (setingkat kotamadya) pada tahun 1906, diputuskan untuk membangun bangunan gereja baru. Pembangunan bangunan yang baru dilaksanakan sepanjang tahun 1921. Katedral ini lalu diberkati pada 19 Februari 1922 oleh Edmundus Luypen, S.J., Vikaris Apostolik Batavia. SejarahKisah Gereja Katedral Santo Petrus Bandung dimulai pada tahun 1878, ketika Bandung mulai berkembang sebagai ibu kota Karesidenan Priangan. Saat itu, kebutuhan umat Katolik akan tempat peribadatan formal mulai dirasakan. Dengan semakin banyaknya penduduk Eropa di Bandung, terutama di kawasan sekitar Gedung Balai Kota—yang awalnya merupakan gudang perkebunan—muncul gagasan untuk mendirikan sebuah gereja. Selain Gereja Katedral untuk umat Katolik, dibangun pula Gereja Bethel bagi umat Protestan di seberang Taman Balai Kota. Kedua gereja tersebut hendak dirancang oleh seorang arsitek Belanda, Charles Prosper Wolff Schoemaker. Seiring perkembangan, pada 13 Februari 1907, Bandung secara administratif dipisahkan dari Distrik Cirebon, dan Stasi Bandung ditetapkan sebagai stasi baru di bawah kepemimpinan Pastor J. Timmers, yang sebelumnya telah melayani umat di Bandung selama empat tahun. Dengan bertambahnya jumlah jemaat, gereja sementara yang digunakan tidak lagi mampu menampung umat, yang mencapai 1.800 anggota. Bahkan, dalam satu perayaan Ekaristi, jemaat yang hadir bisa mencapai 280 orang, dengan menempati bangunan sekitar 170 m². Pada tahun 1921, arsitek Wolff Schoemaker ditunjuk untuk mendesain gedung gereja baru di atas lahan bekas peternakan Merpikaweg.[1] Pemilihan Schoemaker dianggap strategis karena keahliannya dalam arsitektur Eropa klasik, meskipun ia bukan arsitek Katolik seperti Maclaine Pont. Schoemaker, yang memiliki latar belakang militer dan pendidikan teknik, dinilai mampu menyelesaikan proyek dengan efisien baik dari segi waktu maupun biaya. Proyek ini melibatkan kolaborasi erat antara Schoemaker sebagai arsitek, Pastor P.J.W. Muller yang mengusulkan gaya arsitektur Gothik, dan M. Kunst sebagai ahli bangunan yang merealisasikan desain tersebut. Pembangunan dimulai pada tahun 1921 dan selesai hanya dalam waktu satu tahun. Gereja Katedral Santo Petrus resmi diberkati oleh Vikaris Apostolik Batavia, Edmundus Luypen, S.J. pada 19 Februari 1922, sekaligus meresmikannya sebagai bagian dari Vikariat Apostolik Batavia. Sebagai bagian dari upaya mewujudkan Bandung sebagai kota modern, pembangunan Gereja Katedral juga menjadi salah satu dari 750 bangunan monumental yang dibangun antara 1918 dan 1925 di bawah Gemeentewerken Bandung yang dipimpin oleh Frans Johan Louwrens Ghijsels.[2] Bangunan gerejaGereja ini dibangun dengan prinsip dasar Neo-Gotik, dengan beberapa sentuhan gaya Timur. Beberapa bagian struktur yang mengadopsi bentuk Gotik mencakup menara lonceng yang menjulang tinggi, rose window (kaca mawar), deretan kaca patri, ribbed vault (rusuk yang berbentuk melengkung), dan bentuk utama gereja yang membentuk salib Latin. Elemen dekoratif bergaya Art Deco turut disertakan untuk menciptakan sebuah kontras. Pada bagian eksterior, digunakan moulding (lekukan pada dinding) yang menghasilkan bayangan dinamis akibat interaksi dengan sinar matahari. Desain ini terinspirasi oleh arsitektur Timur yang menampilkan lekuk-lekuk sebagai salah satu elemen pada permukaan bangunan.[3] EksteriorDi bagian bawah kaca mawar (rose window) terdapat tiga buah kolom yang melambangkan konsep ketidakterbatasan dalam Allah Tritunggal Mahakudus, yakni tidak memiliki awal maupun akhir. Kaca mawar tersebut terdiri dari sebuah lingkaran pusat yang dikelilingi oleh 12 lingkaran kecil. Lingkaran pusat melambangkan Yesus, sedangkan dua belas lingkaran kecil menggambarkan kedua belas rasul-Nya.[3] Menara gereja terletak di sebelah kiri (saat dilihat dari pintu utama). Hal ini berkaitan dengan psikologis manusia yang "merasa lemah pada bagian kiri".[3] Serambi dan panti umatSaat memasuki pintu utama Katedral yang terletak di sisi barat, terdapat sebuah serambi (narthex), yang memiliki pencahayaan yang lebih redup dan langit-langit dibuat lebih rendah. Area ini dapat dimaknai sebagai ruang transisi dari ruang profan menuju ruang sakral, dengan adanya tempat air suci dan bejana pembaptisan. Di panti umat (nave), pencahayaan gereja lebih terang tetapi lembut. Adapun langit-langit di panti umat dibuat tinggi sebagai salah satu bentuk penerapan gaya Gotik. Di sekitar pintu utama juga terdapat sebuah gambar segitiga dengan mata di tengah-tengahnya, sebagai representasi atas Allah yang Mahatahu.[3] Di dinding sisi utara Katedral Bandung, terdapat sebuah kaca patri bertuliskan IHS (Iesus Humanum Salvator). Di panti umat juga terdapat sejumlah patung, termasuk patung Santo Ignatius Loyola dan Santo Petrus. Panti imamPada panti imam terdapat tiga buah kaca lukis yang masing-masing merepresentasikan Perjamuan Terakhir, Penyaliban Yesus, dan juga Penampakan Yesus kepada Santa Teresa dari Avila. Selain altar yang digunakan untuk Perayaan Ekaristi pada masa kini, terdapat juga altar yang didirikan pada saat awal keberadaan Gereja Santo Petrus. Pada altar lama ini, terdapat juga sebuah tabernakel dengan tulisan, Ecce Tabernaculum Dei Cum Hominibus yang berarti "Inilah Kemah Tuhan untuk manusia".[4] Sebagai sebuah katedral, Katedral Bandung juga memiliki katedra, yang digunakan oleh Uskup Bandung saat memimpin perayaan Ekaristi. Di sekitar panti imam terdapat juga Patung Bunda Maria. Di atas altar terdapat kutipan yang merujuk kepada Injil Matius bab 11 ayat 28, yakni "Marilah KepadaKu kamu yang lelah dan menanggung beban".[5][6] Cagar budayaBerdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 19 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Kawasan dan Bangunan Cagar Budaya, Katedral Bandung terdaftar sebagai salah satu cagar budaya di Kota Bandung.[7] ImamPara imam Ordo Salib Suci bertugas di Gereja Katedral Bandung. Saat ini terdapat empat orang imam Ordo Salib Suci yang bertugas di gereja ini.
Sejumlah imam yang pernah menjabat sebagai Pastor Kepala di Gereja Katedral, yakni:[8]
PeribadatanGereja Katedral Bandung melaksanakan misa harian pada pagi hari (06.00 WIB) dan sore hari (17.00 WIB). Pada hari Sabtu, misa harian hanya diselenggarakan pada pagi hari. Misa mingguan dilaksanakan pada Sabtu Sore (17.00 WIB) dan empat kali pada hari Minggu (06.00, 09.00, 12.00, dan 17.00 WIB). Misa Jumat Pertama juga dilaksanakan pada hari Jumat awal bulan, dengan tiga kali misa (06.00, 12.00, dan 17.00 WIB). Liturgi umumnya diselenggarakan dalam Bahasa Indonesia. FasilitasKatedral Bandung juga memiliki sebuah Gua Maria yang terletak di samping bangunan utama gereja. GaleriFoto historis
Eksterior
Interior
Referensi
Lihat jugaPranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Bandung Cathedral.
|