Kepribadian Big Five
Kepribadian Big Five adalah lima dimensi besar kepribadian berdasarkan Allport dan Cattell. Allport dan Cattell beranggapan bahwa manusia tersusun dalam lima trait, tetapi hanya ada satu dimensi yang mendominasi. Definisi kepribadian Big Five
Aspek kepribadian Big FiveKepribadian lima besar terbagi atas lima dimensi, yaitu extraversion, neuroticism, openness to experience, agreeableness, dan conscientiousness. OpennessMenurut Friedman (2006), openness adalah orang yang imajinatif, kreatif, dan artistik. Kata openness mengacu pada kemampuan untuk bertoleransi, kapasitas untuk menyerap informasi, fokus. Seseorang dengan openness yang tinggi memiliki pemikiran yang imajinatif. Sementara orang dengan openness yang rendah juga menggambarkan orang yang cupet, konservatif, dan tidak suka perubahan (Goldberg, 1990). ConscientiousnessBerkaitan dengan kemampuannya untuk fokus pada tujuan dan meraih tujuan tersebut. Orang dengan conscientiousness umumnya berhati-hati, dapat diandalkan, teratur, dan bertanggung jawab. Seseorang dengan conscientiousness memiliki nilai kebersihan dan ambisi. Selain itu mereka punya kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir sebelum bertindak, menunda kesenangan, taat aturan, terencana, terorganisir, dan memprioritaskan tugas. Orang-orang ini well-organize, tepat waktu, dan ambisius. Orang yang conscientiousness rendah biasanya ceroboh, berantakan, tidak terarah, mudah teralih perhatiannya, dan tidak dapat diandalkan (Friedman, 2006). ExtraversionAtau disebut juga faktor dominan-patuh. Merupakan trait berkaitan dengan karakter yang mudah diperlihatkan atau tidak. Individu yang tinggi pada dimensi ini cenderung penuh semangat, antusias, dominan, ramah, dan komunikatif. Ia juga akan mengingat semua interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih banyak orang, serta memegang kendali dalam hubungan dan peer group. Extraversion adalah orang yang ambisius, pekerja keras, dan lebih cepat berteman, mudah termotivasi, mudah tertantang, sekaligus mudah bosan (Friedman, 2006). AgreeablenessBerkaitan dengan altruisme. Menurut Friedman (2006) orang yang tinggi pada dimensi agreeableness cenderung ramah, kooperatif, mudah percaya, dan hangat. Trait yang disebut juga dengan adaptability ini mengindikasikan seseorang yang ramah, mudah mengalah, menghindari konflik, dan cenderung suka ikut-ikutan. Selain itu, seseorang dengan agreeableness tinggi berkarakter suka membantu, pemaaf, dan penyayang. NeuroticismNeuroticism adalah tentang pengaruh dan pengendalian emosi (Friedman, 2006). Individu dengan neuroticism tinggi memiliki sifat mudah gugup, sensitif, tegang, dan mudah cemas. Individu dengan neuroticism tinggi cenderung memiliki ide yang kurang rasional, mudah cemas, mudah marah, impulsif, dan rentan dalam menghadapi tekanan. Walaupun memiliki neuroticism tinggi, seseorang belum tentu tergolong memiliki kondisi psikolopatologi. Faktor yang mempengaruhiTemperamenPara peneliti memperdebatkan hal ini. Sebagian peneliti berpendapat bahwa temperamen adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepribadian (berada di luar kepribadian), sebagian lain berpendapat bahwa temperamen adalah bagian dari kepribadian. Perbedaan pendapat ini disebabkan karena organisme yang belum belajar (binatang dan balita) telah memiliki temperamen, sebelum kepribadian mereka terbentuk (Rothbart dan Evans, 2000). Peneliti lain berpendapat bahwa temperamen dan trait kepribadian adalah manifestasi yang satu paket, dan memiliki laten yang sama (Shiner dan Caspi, 2003). Ada juga yang berpendapat bahwa temperamen bisa saja menjadi trait kepribadian mereka, selama temperamen tersebut berinteraksi terhadap lingkungan sekitar (Shiner dan Caspi, 2003) (McCrae dkk, 2000) (Markey dkk, 2004). WarisanStudi pada sejumlah anak kembar menduga faktor keturunan dan lingkungan mempengaruhi kepribadian. Pada penelitian oleh Bouchard dan McGue (2003), rata-rata pada tiap kepribadian mendapat pengaruh dari faktor warisan genetis orang tua. Pada trait openness to experience ada pengaruh 57%, extraversion 54%, conscientiousnes 49%, neuroticism 48%, dan agreeableness 42%. Perkembangan masa kecil dan remajaSecara umum, penelitian big five berfokus pada kepribadian seseorang di masa dewasa, alih-alih pada masa kecil dan remaja. Namun, penelitian dari Caspi dan Shiner (2003), Rothbart dan kawan-kawan (2000), dan Markey dkk (2004) mulai menemukan benih trait big five pada anak dan remaja. Tidak seperti peneliti lain yang beranggapan bahwa anak cenderung stabil, polos, dan mudah ditebak, peneliti ini menduga bahwa cikal bakal trait big five sudah ada sejak lahir. Seperti yang kita tahu, ada bayi yang lebih sering menangis dibanding yang lain. Ada pula yang lebih toleran terhadap sentuhan selain dari orang tua (Caspi dan Shiner, 2003). Pengaruh pada masa dewasaCobb-Clark dan Schurer (2012) menyebutkan bahwa kepribadian pada dewasa akan menjadi stabil setelah empat tahun masuk dalam dunia kerja. Selain dari itu, tak banyak bukti yang menyatakan pengaruh besar pada kepribadian individu. Sejumlah penelitian dan meta-analisis mengindikasikan bahwa kepribadian dapat berubah pada tiap fase-fase tertentu sepanjang hidup. Secara rata-rata, tingkat agreeableness, conscientiousness meningkat seiring waktu, sementara tingkat extraversion, neuroticism, dan openness cenderung berkurang (Srivastava, 2003). Penelitian lain menyebutkan bahwa perubahan masing-masing trait big five bergantung pada fase perkembangan seseorang. Misalnya, tingkat agreeableness dan conscientiousness mengalami tren negatif selama fase kanak-kanak dan remaja awal. Agreeableness dan conscientiousness baru mengalami perkembangan pada fase remaja akhir dan dewasa awal (Gosling, dkk, 2011). Pengaruh kepribadianGangguan kepribadianBig five dikatakan mampu memprediksi 10 gejala gangguan kepribadian, dan mampu memprediksi gangguan kepribadian borderline, avoidant, dan gangguan kepribadian dependen (Bagby dkk, 2008). KesehatanMemiliki trait conscientiousness yang tinggi, meningkatkan harapan hidup seseorang hingga lima tahun lebih lama (Caspi dkk, 2007). Big five juga mampu memprediksi kesehatan tubuh yang lebih baik. Penelitian oleh Iwasa dkk (2007) menyebutkan bahwa conscientiousness, extraversion, dan openness berhubungan dengan berkurangnya risiko kematian pada lansia di Jepang. Gaya belajarBanyak yang menduga bahwa trait big five punya pengaruh terhadap proses berpikir (Zhang, 2001). Smeck, Ribicj, dan Ramanaih (1997) membagi gaya belajar menjadi empat:
Openness cocok dengan proses belajar synthesis analysis dan methodical study. Sebenarnya conscientiousness dan openness mampu beradaptasi dengan semua gaya belajar sih (Komarraju, 2011). Sebaliknya, neuroticism tidak mampu beradaptasi dengan empat gaya belajar di atas. Extraversion paling cocok dengan gaya elaboratif (Komarraju dkk, 2011). Prestasi akademikKepribadian juga mempunyai pengaruh penting pada pencapaian akademis. Sebuah penelitian dengan membandingkan hasil FFIP dengan nilai di sekolah pada 308 siswa, menyebutkan bahwa kepribadian mempengaruhi nilai di rapor. Dalam penelitian itu, ditemukan bahwa conscientiousness dan agreeableness mampu mengikuti semua gaya belajar, sementara neuroticism tidak mampu mengikuti. Hubungan asmaraBig five juga punya kaitan dengan hubungan asmara. Penelitian dari Holland dan Roisman (2008) menyebutkan bahwa big five bisa memprediksi kualitas hubungan asmara pada orang yang berpacaran, tunangan, dan menikah. Referensi
|