Leenawaty Limantara
Leenawaty Limantara (nama dan gelar: Dra. Leenawaty Limantara, M.Sc., Ph.D; nama panggilan: Shinta; lahir 24 Juni 1965) merupakan ilmuwan perempuan Indonesia dan pemimpin perempuan institusi pendidikan tinggi Indonesia. Sebagai ilmuwan ia dikenal di masyarakat fotosintesis dunia sebagai ahli pigmen klorofil dan aplikasinya dalam fotodinamika terapi.[1] Dr. Limantara adalah rektor pendiri Universitas Ma Chung, Malang dan memimpin universitas tersebut hingga dua (2) periode (2007 – 2015), membawa Universitas Ma Chung berhasil diakui sebagai lima universitas swasta terbaik di Jawa Timur. Ia kemudian menjadi rektor di Universitas Pembangunan Jaya (UPJ), Bintaro, Tangerang Selatan sejak tahun 2015. Berbagai penghargaan prestisius baik sebagai ilmuwan maupun sebagai pendidik telah ia dapatkan antara lain Dosen Berprestasi Peringkat 1 Provinsi Jawa Tengah tahun 2004, Dosen Berprestasi Nasional Peringkat ke-2 tahun 2004, Science and Technology Award tahun 2005[1] dari Indonesia Toray Science Foundation (2005), dan the Humboldt Alumni Award tahun 2018[2] dari the Alexander von Humboldt Foundation, Jerman.[3] Riwayat HidupLeenawaty Limantara lahir di Teluk Betung, Lampung pada tanggal 24 Juni 1965. Ayahnya bernama Indra Gunawan Limantara dan ibunya bernama Susy L. Lena. Ia adalah bungsu dari 6 bersaudara, 4 kakak laki-laki dan yang bersangkutan adalah kembar identik. Leenawaty Limantara menikah dengan Tatas Brotosudarmo. PendidikanLeenawaty Limantara menyelesaikan sarjana tingkat satunya di fakultas biologi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga tahun 1990, lalu menyelesaikan pendidikan S-2 (1994) dan S-3 (1998) di bidang kimia di Kwansei Gakuin University,[4] Jepang. Ia lulus pendidikan S-2 dari Universitas Kwansei Gakuin sebagai lulusan terbaik tahun 1994. Ia melakukan Postdoctoral di Departemen Biologi I, Universitas Ludwig Maximillians München tahun 2001 melalui program Bioscience Special Programme dari Lembaga Pertukaran Akademik Jerman (DAAD), dan tahun 2004 melalui program Georg Foster Fellowship dari Alexander von Humboldt Foundation. Kiprah PenelitianLeenawaty Limantara dikenal oleh masyarakat fotosintesis dunia sebagai penemu pertama kation radikal molekul bakterioklorofil a di dalam kompleks antena penangkap cahaya dari bakteri mutan Rhodobacter sphaeroides.[5] Selain itu ia menemukan beberapa konsep dan teori, antara lain teori resonansi struktur baktrioklorofil a berdasarkan pendekatan simetri D2h dari kondisi keadaan pada keempat atom nitrogennya dengan menggunakan spektroskopi Resonansi Magnet Inti.[6] Ia penemu teori aturan ikatan pada gugus makrosiklik bakterioklorofil a sehingga mempengaruhi keadaan tereksitasi dari molekul tersebut dengan pengamatannya melalui spektroskopi resonansi Raman.[7] Dari kedua temuan tersebut struktur resonansi dan keadaan eksitasi dari molekul bakterioklorofil a ditetapkan. Ketika Postdoctoral di Universitas Ludwig Maximillians München, ia bekerja bersama Professor Hugo Scheer menggunakan molekul bakterioklorofil a dan derivatifnya sebagai sensitizer dalam terapi tumor dengan metode fotodinamika.[8] Di Indonesia dikenal sebagai "ibu klorofil Indonesia" yang mengangkat riset di bidang pigmen klorofil untuk kesehatan, nutrasetikal, dan sebagai sensitizer untuk terapi kanker.[9] Hasil riset-risetnya telah menghantarnya memperoleh penghargaan prestisius dari Indonesia Toray Science Foundation berupa Science and Technology Award.[1][10][11] Bersama dengan suaminya, Tatas Brotosudarmo, pada tahun 2011 ia mendirikan Ma Chung Research Center for Photosynthetic Pigments (MRCPP) di Universitas Ma Chung. Suatu pusat penelitian yang fokus di bidang pigmen fotosintesis, dimana Dr. Limantara menjadi peneliti utama bidang pigmen klorofil dan aplikasinya bagi kesehatan.[12] Pemimpin Perempuan di Institusi Pendidikan TinggiKarier sebagai pemimpin perempuan di institusi pendidikan tinggi di Indonesia, Leenawaty Limantara awali dari Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga dimana ia menjadi Kepala Program Studi Magister Biologi tahun 2004 – 2007. Keberhasilan dia memimpin dan juga kepakaran dia sebagai ibu klorofil Indonesia menghantarnya bertemu dengan Bapak Mochtar Riady, yang saat itu bersama para Alumni Ma Chung akan mendirikan Universitas Ma Chung. Di sana, Leenawaty Limantara turut mendirikan Universitas Ma Chung dan menjadi Rektor Pertama, dan berkarya selama dua periode dari tahun 2007 – 2015. Universitas Ma Chung dipimpin mulai dari lahan kosong, hingga berdiri dan menjadi 5 besar universitas swasta terbaik di Jawa Timur. Universitas Ma Chung dikenal dengan universitas berbasis riset, kemampuan triligual dari alumninya, serta pendidikan karakter. Pada tahun 2015, Leenawaty Limantara kemudian pindah ke Bintaro, Tangerang Selatan bergabung dan memimpin Universitas Pembangunan Jaya. Ia menjadi rektor di Universitas Pembangunan Jaya dua periode. Sebagai pemimpin perempuan di bidang pendidikan tinggi, Leenawaty Limantara pernah dipercaya sebagai pembicara dalam acara European Higher Education Area (EHEA), Ministerial Conference and the Fourth Bologna Policy Forum (BPF) di Yerevan, Armenia. Trainer Pengembangan Kapasitas Pendidikan TinggiSejak tahun 2013, Leenawaty Limantara terjun sebagai trainer tingkat internasional untuk pengembangan kapasitas peneliti muda di ASEAN, khususnya dalam program ProGRANT.[13] ProGRANT, Proposal Writing for Research Grants, yaitu program DIES (Dialogue on Innovative Higher Education Strategies) yang didukung oleh DAAD dan the German Rectors’ Conference (HRK).[14] Program ProGRANT tersebut memberi pelatihan bagi para peneliti dan pemegang PhD yang masih muda (hingga 40 tahun) dari negara-negara Amerika Latin, Afrika, Timur Tengah dan Asia Tenggara untuk mengembangkan keterampilan menulis proposal sesuai dengan standar internasional dan untuk merancang, menulis dan menganggarkan proposal yang menjanjikan untuk pendanaan penelitian nasional dan internasional. Duta Besar Ilmuwan Humboldt untuk IndonesiaDalam tugasnya sebagai duta besar ilmuwan Alexander von Humboldt untuk Indonesia, Leenawaty Limantara menyelenggarakan tiga Humboldt Kolleg tahun 2011, 2014, dan 2017 yang menghimpun peneliti-peneliti dari Indonesia dan Asia Tenggara. Tujuan dari Humboldt Kolleg adalah membangun jejaring ilmuwan berprestasi khususnya di Indonesia untuk mempersiapkan mereka menjadi Humboldt Fellow. Dalam perannya, ia banyak menjadi nara hubung menyampaikan berbagai program dari Alexander von Humboldt Foundation bersama dengan Kedutaan Besar Jerman, DAAD, dan aktivitas pameran bersama universitas dan lembaga terkait dari Uni Eropa. Humboldt Kolleg 2011, Leenawaty Limantara menggagas adanya tindaklanjut Malang Humboldt Resolution[15] yang kemudian dicanangkan tahun 2011 oleh Ketua Divisi Asia Alexander von Humboldt, Dr Klaus Manderla, yang dilanjutkan dengan pembentukan konsorsium dan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antar peneliti Humboldt Fellows di Asia. Salah satu tindak lanjut dari Malang Humboldt Resolution adalah ditemukannya para ilmuwan dari 15 negara pada pertemuan “International Conference on Natural Sciences” di Kota Batu tahun 2014.[16] Karier Sampai 2019Berikut karier Leenawaty Limantara sampai dengan 2019:
Penghargaan TerpilihPenghargaan yang ia peroleh sampai dengan tahun 2019 antara lain:
Organisasi
Pranala luar
Referensi
|