Liga SchmalkaldenLiga Schmalkalden (bahasa Jerman: Schmalkaldischer Bund; bahasa Latin: Foedus Smalcaldicum atau Liga Smalcaldica) adalah aliansi pertahanan militer dari pasukan-pasukan para Pangeran Lutheran yang masuk dalam Kekaisaran Romawi Suci selama pertengahan abad ke-16. Liga ini dinamai dari kota Schmalkalden, di provinsi Jerman Thuringia. Meskipun awalnya dibentuk karena motif agama, yakni setelah Reformasi Protestan dicanangkan. Liga ini beralih fungsi untuk menghimpun usaha untuk menggantikan Kekaisaran Romawi Suci sebagai sumber aliran politik.[1] Sementara aliansi ini bukan hal yang baru, Liga Schmalkalden tidak seperti aliansi-aliansi sejenisnya, seperti Liga Torgau. Liga Schmalkalden memiliki kekuatan militer yang cukup besar untuk membela kepentingan-kepentingan politik dan agamanya. Namun, sejak tahun 1542, terjadi perselisihan internal antaranggota yang meningkat, yang semakin melumpuhkan Liga Schmalkalden. Akibatnya, Karl V berhasil memimpin serangan balik dalam Perang Schmalkalden tahun 1546–1547 dan menghancurkan aliansi tersebut. PermulaanLiga ini secara resmi dibentuk pada tanggal 27 Februaro[2] 1531 oleh Philipp I, Landgraf Hessen, dan Johann Friedrich I, Elektor Sachsen, dua penguasa Protestan yang paling berkuasa di Kekaisaran Romawi Suci pada saat itu.[3] Liga ini bermula sebagai aliansi keagamaan yang bersifat defensif, dengan setiap anggota bersumpah untuk saling mempertahankan wilayah jika wilayah mereka diserang oleh Karl V, sang Kaisar Romawi Suci. Atas desakan Elektor Sachsen, keanggotaan dari Liga bersyarat pada persetujuan terhadap Pengakuan Iman Augsburg Lutheran atau Pengakuan Iman Tetrapolitan Reformed.[4] Perdamaian beragama NürnbergPembentukan Liga Schmalkalden pada tahun 1531 dan sikap yang mengancam dari Sultan Suleiman yang Luar Biasa, yang, pada bulan April 1532, melakukan serangan dengan pasukan yang terdiri atas 300.000 orang, membuat Ferdinand dari Austria memberikan perdamaian beragama. Ferdinand telah membuat tawaran-tawaran yang memalukan kepada Suleiman dan selama ia mengharapkan tanggapan yang menguntungkan, tidak bersedia untuk memberikan perdamaian, yang dituntut kaum Protestan di Diet Regensburg pada bulan April 1532. Namun, ketika pasukan Suleiman semakin dekat, ia mengalah, dan pada tanggal 23 Juli 1532 perdamaian tersebut disimpulkan di Nürnberg, tempat musyawarah terakhir dilakukan.[5] Mereka yang mendukung Reformasi memperoleh kebebasan beragama hingga pertemuan sebuah dewan dan dalam perjanjian terpisah semua proses dalam hal keagamaan yang menunggu di pengadilan kamar kekaisaran diberhentikan sementara.[6] PertumbuhanPada bulan Desember 1535, Liga Schmalkalden menerima semua yang mau menyetujui Pengakuan Iman Augsburg, dan Anhalt, Württemberg, Pomerania, serta juga kota-kota kekaisaran merdeka Augsburg, Frankfurt am Main, dan Kempten bergabung dengan aliansi ini.[7] Pada tahun 1538, Liga Schmalkalden bersekutu dengan Denmark-Norwegia yang baru saja direformasi. Pada tahun 1545, Liga ini mendapatkan kesetiaan dari Pfalz Elektoral, di bawah pemerintahan Friedrich III, Elektor Pfalz.[8] Pada tahun 1544, Denmark-Norwegia dan Kekaisaran Romawi Suci menandatangani Perjanjian Speyer, yang menyatakan bahwa selama pemerintahan Christian III, Denmark-Norwegia akan mempertahankan kebijakan luar negeri yang damai terhadap Kekaisaran Romawi Suci. Liga Schamalkalden juga akan mendapatkan dukungan terbatas dari Brandenburg di bawah pemerintahan Joachim II Hector, tetapi selama Perang Schmalkalden ia akan mengirimkan dukungan kavaleri kepada Kaisar melawan liga.[9] AktivitasAnggota-anggota Liga sepakat untuk menyediakan 10.000 infanteri dan 2.000 kavaleri[10] untuk perlindungan bersama. Mereka jarang sekali secara langsung memprovokasi Karl, tetapi mereka menyita tanah gereja, mengusir uskup-uskup dan pangeran-pangeran Katolik, serta membantu menyebarkan Lutheranisme di seluruh Jerman utara. Martin Luther berencana untuk mengajukan Pasal-Pasal Schmalkalden kepada Liga, sebuah pengakuan iman Protestan yang lebih ketat, dalam sebuah pertemuan di tahun 1537.[11] Luther menghadiri pertemuan yang penting pada tahun 1537 tetapi menghabiskan sebagian besar waktunya menderita batu ginjal. Para penguasa dan pangeran bahkan bertemu di rumah tempat Luther singgah. Meskipun Luther diminta untuk menyiapkan pengakuan iman yang kemudian dikenal sebagai Pasal-Pasal Schmalkalden, pengakuan iman ini tidak diadopsi secara resmi pada waktu pertemuan. Namun, pada tahun 1580, mereka dimasukkan ke dalam Buku Concord.[butuh rujukan] Lingkungan politik
Selama 15 tahun, Liga ada tanpa oposisi karena Karl sibuk berperang dengan Prancis dan Kesultanan Utsmaniyah. Secara keseluruhan, Peperangan Utsmaniyah-Habsburg berlangsung sejak 1526 hingga 1571. Pada tahun 1535, François I dari Prancis, meskipun dengan semangat menganiaya orang-orang Protestan di dalam negeri, mendukung para pangeran Protestan dalam perjuangan mereka melawan musuh bersama mereka, Karl. Dukungan taktis berakhir pada tahun 1544 dengan penandatanganan Perjanjian Crépy di mana raja Prancis, yang berperang dengan Kaisar di Italia, berjanji untuk berhenti mendukung para pangeran Protestan dan Liga di Jerman. Pada tahun 1535, Karl memimpin Penaklukan Tunis. François, dalam sebuah usaha untuk membatasi kekuatan Habsburg, bersekutu dengan Suleiman yang Luar Biasa dari Kesultanan Utsmaniyah dan membentuk persekutuan Prancis-Utsmaniyah. Perang Italia 1536–38 antara Prancis dan Kekaisaran Romawi Suci berakhir pada tahun 1538 dengan Gencatan Senjata Nice. Perang terakhir selama masa Karl melawan Prancis, Perang Italia 1542–46, berakhir dengan hasil yang tidak konklusif dan Perjanjian Crépy.[11] Setelah perdamaian dengan Prancis, Karl menandatangani Gencatan Senjata Adrianopel pada tahun 1547 dengan Kesultanan Utsmaniyah, yang bersekutu dengan François, untuk membebaskan lebih banyak sumber daya Habsburg untuk konfrontasi terakhir dengan Liga. Perang SchmalkaldenSetelah Karl berdamai dengan François, ia memusatkan perhatiannya untuk menekan perlawanan Protestan di dalam kekaisarannya. Dari tahun 1546 hingga 1547, dalam Perang Schmalkalden, Karl dan sekutunya berperang melawan Liga memperebutkan wilayah-wilayah Sachsen Albertine dan Ernestine. Meskipun kekuatan militer Liga mungkin lebih unggul, para pemimpinnya tidak kompeten dan tidak dapat sepakat atas rencana pertempuran apa pun.[12] Meskipun Paus Paulus III menarik pasukannya dari pasukan Kekaisaran dan mengurangi separuh subsidinya, pada tanggal 24 April 1547, pasukan kekaisaran yang dikumpulkan Karl mengalahkan pasukan Liga dalam Pertempuran Mühlberg, menangkap banyak pemimpinnya, termasuk, paling terkenal, Johann Friedrich sang Pemurah Hati. Philipp dari Hessem berusaha untuk bernegosiasi, tetapi kaisar menolak, dan Philipp menyerah pada bulan Mei.[13] Secara teori, hal ini berarti penduduk di tiga puluh kota yang berbeda akan dikembalikan ke agama Katolik, namun kenyataannya tidak demikian.[1] Pertempuran tersebut secara efektif memenangkan perang bagi Karl; hanya dua kota yanh terus melakukan perlawanan. Banyak pangeran-pangeran dan reformator kunci, seperti Martin Bucer, melarikan diri ke Inggris, di mana mereka secara langsung mempengaruhi Reformasi Inggris. AkibatPada tahun 1548, Karl yang memenangkan pertempuran memaksa Liga Schmalkalden untuk menyetujui persyaratan yang ditetapkan dalam Interim Augsburg. Namun, pada tahun 1550-an, Protestanisme telah telah menjadi terlalu kuat di Eropa Tengah untuk diakhiri dengan kekerasan. Sebuah kemenangan kecil Protestan pada tahun 1552 memaksa Karl untuk melarikan diri melintasi Pegunungan Alpen untuk menghindari penangkapan; ahli waris Ferdinand (Raja orang Romawi) menandatangani Perdamaian Passau, yang memberikan beberapa kebebasan kepada kaum Protestan dan mengakhiri semua harapan Karl untuk mewujudkan kesatuan beragama di dalam kekaisarannya. Tiga tahun kemudian, Perdamaian Augsburg memberikan Lutheranisme status resmi di dalam Kekaisaran Romawi Suci dan membiarkan para pangeran memilih agama resmi di dalam wilayah-wilayah yang mereka kuasai, berdasarkan prinsip Cuius regio, eius religio. Lihat pula
Referensi
Daftar pustaka
Pranala luar
|