Museum Keraton Sumenep
๊ง๐๐ฐ๐ฎ๐ฐ๐ณ ๐๐ ๐ข๐ฅ๐ฎ๐ช๐ฏ 0852.1193.3871๊งMuseum Keraton Sumenep adalah sebuah museum umum yang beralamat di Jalan Dr. Sutomo Nomor 6, Lingkungan Delama, Pajagalan, Kota sumenep, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Museum Keraton Sumenep pada awalnya merupakan pusat pemerintahan pada masa Gusti Ayu Tirtonegoro R. Rasmana & Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro (Bindara Saod) yang dibangun tahun 1750 hingga 1762. Koleksi Museum Keraton Sumenep memiliki ukuran yang beragam mulai dari yang kecil hingga yang besar. Koleksi berukuran kecil berupa keramik dan senjata. Sedangkan koleksi berukuran besar berupa kereta kuda dari Kerajaan Inggris. Koleksi utama di dalam Museum Keraton Sumenep adalah kereta kencana yang pernah dinaiki Arya Wiraraja. Sebagian besar koleksi merupakan peninggalan Sultan Abdurrahman. Keraton Sumenep yang dijadikan sebagai museum dibangun oleh seorang arsitek berkebangsaan Tiongkok yang bernama Louw Phia Ngo. Gaya arsitektur yang dihasilkan merupakan perpaduan antara arsitektur Islam, arsitektur Eropa, Arsitektur Tiongkok, dan arsitektur Jawa. Kepemilikan museum diserahkan kepada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Sumenep. Pengelolaannya diberikan kepada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Keraton Sumenep. Titik koordinatnya di 7ยฐ00โ31.7โ Lintang Selatan dan 113ยฐ51โ45.5โ Bujur Timur. Museum dapat diakses dari Terminal Bus Sumenep dengan jarak tempuh sejauh 3,2 kilometer.[1] Tata ruangMuseum Keraton Sumenep dibagi menjadi 3 bangunan. Museum IDisebut juga Museum Kencana Keraton. Menyimpan dua buah kereta kencana, kursi pertemuan, tempat tidur raja serta ukiran lambang perdamaian antara masyarakat Madura dengan Eropa, Cina dan Arab. Museum IIDahulu merupakan kantor raja yang bernama kantor Koneng. Dalam bahasa Madura, koneng berarti kuning. Menggambarkan warna kulit para anggota keluarga Keraton yang kuning langsat, serta dinding keraton yang juga di cat kuning. Di museum II, terpajang berbagai foto lama yang menggambarkan adat dan tradisi seperti pernikahan dan syukuran. Foto ini juga menggambarkan masa-masa masuknya budaya dari Solo, ketika salah satu putri Sultan Abdurrahman menikah dengan mengenakan pakaian khas Kraton Surakarta. Salah satu istri Sultan Abdurrahman sendiri merupakan putri dari Kraton Surakarta. Beberapa arca juga tersimpan di museum ini, yang menggambarkan adanya pengaruh budaya Hindu. Museum IIIDahulu kala digunakan sebagai gedung untuk meditasi raja. Di dalam gedung ini tersimpan Al-Qur'an yang ditulis oleh Sultan Abdurrahman. Selain itu, ada beberapa daun lontar kering yang diikat menjadi satu. Daun lontar ini ditulisi dengan ajaran-ajaran agama Islam dan tradisi suku Jawa dalam aksara Jawa.[2] Koleksi
Referensi
|