Naskah-naskah ElefantinNaskah-naskah Elefantin adalah kumpulan naskah berupa akta, kontrak, dan surat yang ditemukan di Elefantin pada akhir abad ke-5.[1] Elefantin merupakan tempat pemukiman bangsa Yahudi yang ada di satu pulau kecil di Sungai Nil.[1] Letaknya di perbatasan sebelah selatan Mesir.[1] Naskah-naskah ini dituliskan di atas papirus dengan memakai bahasa Aram.[1][2] Bahasa Aram pada waktu itu adalah bahasa yang lazim dipakai di Persia, termasuk Mesir.[1] Naskah-naskah Elefantin memberikan banyak informasi yang dapat membantu memahami konteks pekerjaan Nehemia dan Ezra.[1] Kedua tokoh ini telah menunjukkan pengabdian yang tinggi dalam menjaga agar agama dan budaya Yahudi tetap murni meskipun ada banyak pengaruh asing yang datang dan pada naskah-naskah Elefantin inilah terdapat contoh-contoh pengaruh asing yang ada.[1] Adanya naskah-naskah ini juga memperlihatkan bahwa orang-orang Yahudi yang tinggal di Elefantin menganut agama yang bersifat sinkretis sama halnya dengan orang-orang Yahudi di Palestina pada masa pra-pembuangan.[1] Rupanya ada banyak dari antara mereka yang memberi persembahan kepada ilah-ilah lain selain Allah (YHWH).[1] Sinkretisme seperti itulah yang dikecam Ezra dan Nehemia.[1] TeksMeskipun sejumlah fragmen naskah papirus ini jauh lebih tua, sebagian terbesar naskah-naskah ini ditulis dalam bahasa Aram, bahasa internasional (lingua franca) Kekaisaran Persia waktu itu, dan memberikan catatan mengenai komunitas Yahudi yang diam di antara tentara-tentara yang ditempatkan di kota Elefantin dalam pemerintahan Persia, sekitar tahun 495-399 SM. Naskah-naskah Elefantin meliputi surat-surat dan kontrak-kontrak hukum dari keluarga serta arsip-arsip lainnya: surat-surat cerai, pembebasan budak, dan urusan lain, yang secara keseluruhan merupakan sumber pengetahuan bagi sejarah hukum, komunitas, agama, bahasa serta cara-cara pemberian nama. Surat Paskah dari tahun 419 SM (ditemukan pada tahun 1907), yang menuliskan instruksi detail tatacara pelaksanaan Paskah Yahudi sekarang disimpan di Egyptian Museum of Berlin, Jerman. Naskah-naskah Elefantin lain disimpan di Brooklyn Museum, Amerika Serikat. Penemuan Brooklyn papyri ini merupakan cerita yang menakjubkan. Pertama kali diperoleh pada tahun 1893 oleh wartawan New York, Charles Edwin Wilbour. Setelah dibiarkan di gudang selama lebih dari 50 tahun, naskah-naskah itu dikirimkan ke bagian Mesir (Egyptian Department) Brooklyn Museum. Di sanalah para pakar akhirnya menyadari bahwa "Wilbour telah mendapatkan naskah-naskah Elefantin pertama". Rumah Ibadah Yahudi di ElefantinOrang-orang Yahudi pernah memiliki rumah ibadah untuk Yahweh[3] yang disembah bersama-sama dewa lokal berkepala kambing jantan, Khnum.[4] "Petisi kepada Bagoas" ("Petition to Bagoas"; sekarang bagian dari koleksi Sayce-Cowley) adalah sebuah surat yang ditulis pada tahun 407 SM kepada Bagoas, kepala daerah Persia untuk Yudea, meminta bantuan dalam pembangunan kembali rumah ibadah Yahudi di Elefantin, yang tidak lama berselang dirusak parah oleh serangan orang-orang anti-Semit (anti Yahudi) di antara komunitas Elefantin.[5] Dalam rangka permohonan ini, penduduk Yahudi di Elefantin menyebutkan usia rumah ibadah rusak yang lama:
Komunitas tersebut juga meminta bantuan kepada "Sanbalat", seorang pejabat tinggi Samaria dan putra-putranya "Delaiah" dan "Shelemiah", serta kepada "Yohanan bin Elyasib". Nama "Sanbalat" maupun "Yohanan bin Elyasib" tercatat dalam Kitab Nehemia, yaitu antara lain Nehemia 2:19, dan 12:23.[6] Ada jawaban dari kedua pemimpin (Bagoas dan Delaiah) yang memberi izin pembangunan kembali rumah ibadah tersebut secara tertulis dalam bentuk memorandum: "1Memorandum apa yang dikatakan oleh Bagohi dan Delaiah 2kepadaku, katanya: Memorandum: Engkau dapat berkata di Mesir ...8untuk membangun (kembali) pada tempat asalnya...".[7] Pada pertengahan abad ke-4 SM, rumah ibadah di Elefantin tidak lagi berfungsi. Terdapat bukti dari penggalian arkeologi bahwa pembangunan kembali dan perluasan kuil Khnum yang dibangun oleh Nectanebo II (360-343) mengambil tempat bekas rumah ibadah untuk YHWH. Lihat pula
Referensi
Pustaka tambahan
Pranala luar
|