Pasifisme KristenPasifisme Kristen adalah posisi teologis dan etis yang menurutnya pasifisme dan non-kekerasan yang memiliki dasar alkitabiah dan rasional bagi orang Kristen, dan menegaskan bahwa segala bentuk kekerasan tidaklah sesuai dengan iman Kristen.[1] Para pasifis kristen menyatakan bahwa Yesus sendiri adalah seorang pasifis yang mengajar dan mempraktikkan pasifisme dan bahwa para pengikutnya harus melakukan hal yang sama.[2] Para pasifisme terkemuka termasuk Martin Luther King Jr. , Leo Tolstoy,[3] Adin Ballou, dan Hennacy percaya bahwa kepatuhan kepada agama kristen tidak hanya membutuhkan pasifisme, tetapi karena pemerintah pasti mengancam atau menggunakan kekuatan untuk menyelesaikan konflik, anarkisme. Namun, sebagian besar pasifis Kristen, termasuk Gereja Perdamaian, Tim Perdamaian Kristen, dan individu seperti John Howard Yoder, tidak mengklaim sebagai anarkis. Asal-usulPerjanjian LamaAkar pasifisme Kristen dapat ditemukan dalam kitab suci Perjanjian Lama menurut profesor agama Baylor University, John A. Wood.[4]Millard C. Lind menjelaskan teologi peperangan di Israel kuno bahwa Allah mengarahkan umat Israel untuk percaya kepada-Nya, bukan cara bangsa-bangsa lainya berperang, dan untuk mencari perdamaian bukan kekuatan paksaan. Stephen B. Chapman mengungkapkan bahwa Perjanjian Lama menggambarkan intervensi ilahi Allah, bukan politik kekuasaan manusia, atau raja yang berperang, sebagai kunci untuk pelestarian Israel.[5]Lind menegaskan Perjanjian Lama mencerminkan bahwa Tuhan kadang-kadang menjatuhkan sanksi, bahkan memerintahkan perang sampai-sampai Tuhan benar-benar berperang menggunakan kekuatan alam, tindakan ajaib, atau bangsa lain.[6]Selanjutnya Lind berpendapat bahwa Tuhan berperang agar Israel tidak berperang seperti bangsa lain karena tuhan membebaskan mereka.[7]Tuhan berjanji untuk berperang bagi Israel. menjadi musuh bagi musuh-musuh mereka dan menentang semuan yang menentang mereka (Keluaran 23:22).[8] Perjanjian Lama menegaskan bahwa Tuhan adalah satu-satunya pemberi kehidupan dan Tuhan berdaulat atas kehidupan manusia. Peran manusia adalah menjadi penatalayan yang harus menjaga semua ciptaan tuhan, dan itu termasuk melindungi kehidupan manusia. Craige menjelaskan bahwa perwahyuan diri Tuhan melalui partisipasinya dalam sejarah manusia sebagai Sejarah Keselamatan.[9]Tujuan utama partisipasi Tuhan adalah keselamatan manusia. Pelayanan YesusYesus muncul mengajarkan pasifisme selama pelayanannya ketika dia memberi tahu murid-muridnya.[10] Ada yang mendengar bahwa dikatakan, mata diganti mata, gigi ganti gigi, tapi saya katakan jangan lawan orang jahat. jika seseorang memukul pipi kanan anda, berikan pipi yang lain kepadanya.[11]Cintailah musuhmu, berbuat baiklah kepada mereka yang membencimu, berkatilah mereka yang mengutukmu, doakan mereka yang menghaniayamu.[12][13]Kembalikanlah pedangmu ketempatnya, karena semua yang menghunus pedang akan mati oleh pedang.[14] Gereja AwalBeberapa Bapa gereja menafsirkan ajaran Yesus sebagai mengannjurkan non-kekerasan.[15] Konvensi Kekaisaran RomawiSetelah Kaisar Romawi Konstantius bertobat pada tahun 312 M dan mulai menaklukan "dalam nama Kristus" Kekristenan mulai trjerat dengan negara, dan perperangan dan kekerasan makin dibenarkan oleh orang-orang Kristen yang berpengaruh. Misalnya, Agustinus dari Hippo menganjurkan penganiayaan negara kepada kaum Donatis.[16] Abad PertengahanMenurut hagiografi Bonifacia, Bonifasius, pada tahun 754, berangkat dengan rombongan ke Frisia, dengan harapan membuat Fricia tobat. Ia membaptis sebagian besar orang mengadakan rapat umum untuk pengukuhan disuatu tempat yang tidak jauh dari Dokkum. antara Franeker dan Gronigen. Namun, alih-alih para petobatnya, sekelompok bersenjata muncul membunuh uskup agung tua itu. Hagiografi menyebutkan bahwa Bonifasius membujuk rekan-rekannya (bersenjata) untuk melettakkan senjata mereka. "Hentikan pertempuran. Letakkan senjatamu, karena kita diberitahu dalam kitab suci untuk tidak membalas kejahatan tetapi untuk mengatasi kejahatan dengan kebaikan.[17] Aksi Pasifisme KristenAbolisionis dan Anarkis Kristen abad ke-19 Adin Ballou dan William Lloyd Garrison kritis terhadap sifat kekerasan dan konserfatif dari semua pemerinahan manusia. Ballou dan Garrison menganjurkan non-perlawanan terhadap institusi perbudakan dan imperialisme, karena mereka melihat Alkitab sebagai perwujudan dari "non-perlawanan pasif" dan satu satunya cara mencapai mellenim baru di Bumi. Alih-alih kekerasan, mereka menganjurkan bujukan moral atau teguran yang konsisten terhadap institusi perbuuudakan sehingga untuk membujuk orang selatan yang rasis dan orang utara yang acuh terhadap tujuan Abolisionis. Garrison, dan Ballou, bersama dengan Amos Bronson Alcott, Maria Weston Chapman, Stephen Symonds Foster, Abby Kelly, Samuel May, dan Henry C. Wright.[18] Referensi
|