Pekan Paralimpiade Nasional 2021 adalah ajang olahraga nasional utama untuk penyandang disabilitas di Jayapura, Papua. Ajang olahraga bagi para disabilitas ini dilaksanakan pada tanggal 5-12 November 2021. Provinsi Papua menjadi juara umum pada ajang Peparnas 2021 ini, dengan torehan medali sebanyak 297 medali, yang terdiri dari 126 medali emas, 85 medali perak, dan 86 medali perunggu.
Pemerintah Provinsi Papua melalui Panitia Besar Pekan Paralimpiade Nasional (PB Peparnas) XVI, akan segera melaunching logo/maskot dan jingle Peparnas 2021.
Sekretaris Umum PB Peparnas XVI Papua, Rivo Manangsang menjelaskan, launching logo/maskot dan jingle Peparnas 2021 akan berlansgung pada hari Jumat, 27 November di halaman Kantor Gubernur Dok II Jayapura.
Rivo menjelaskan, makna logo Honai melambangkan tempat berlindung keluarga, tempat berkumpul masyarakat untuk merencanakan segala kegiatan serta tempat menyelesaikan masalah masyarakat.
Untuk warna yang melekat pada logo honai Rivo mencertiatakan, warna biru sebagai kuatan mental spiritual, hijah kesuburan tanah Papua serta kuning emas kemakmuran dan kekayaan.
Sementara untuk tiga buah tifa yang melekat di logo, kata Rivo 3 tifa tersebut melambangkan 3 (tiga) tungku kekuatan, yakni pemerintah, masyarakat dan adat.
Sementara untuk Maskot Peparnas XVI dengan sepasang burung Kasuari (Hara dan Wara) penetapan burung Kasuari (Casuarius) sebagai maskot didasari pada keunikan satwa pegunungan di pulau Papua, termasuk yang terdapat di hutan tropis dan salah satu dari dua jenis burung di dalam suku Casuariidae.
Kasuari sebagai maskot yang mengenakan noken tradisional chiri khas budaya orang Papua memiliki nilai ekonomi dan social kemasyarakatan. Tali noken yang menjuntai dileher kasuari dengan lambang International Paralympic Committee (IPC), terlihat menarik dan menawan, sebab Kasuari jantan menggunakan baju warna hitam, abu-abu kecokelatan.
diambil dari filosofi Honai yang merupakan rumah adat Papua yang berbentuk melingkar atau bulat mempunyai pengertian menjaga kesatuan dan persatuan yang merupakan kekuatan paling tinggi sesama suku serta mempertahankan budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur untuk keberlangsungan hidup.[4]