Pengaruh Korea terhadap budaya JepangPengaruh Korea terhadap budaya Jepang merujuk pada dampak pengaruh Asia kontinental yang ditularkan melalui atau berasal dari Semenanjung Korea terhadap kelembagaan, budaya, bahasa dan masyarakat Jepang. Karena Semenanjung Korea adalah jembatan kebudayaan antara Jepang dan Tiongkok sepanjang sebagian besar sejarah Asia Timur, pengaruh ini dapat ditemukan dalam beragam aspek budaya Jepang, antara lain dalam teknologi, filsafat, seni, dan teknik artistik.[1] Contoh terkenal dari pengaruh Korea terhadap budaya Jepang adalah migrasi prasejarah orang-orang semenanjung Korea ke Jepang menjelang akhir periode Jōmon Jepang dan pengenalan agama Buddha ke Jepang melalui Kerajaan Baekje pada tahun 538. Dari pertengahan abad ke-5 hingga akhir abad ke-7, Jepang diuntungkan dengan migrasi orang-orang dari Baekje dan Gaya yang membawa pengetahuan tentang metalurgi besi, tembikar dari batu, hukum, dan aksara Tionghoa. Orang-orang ini dikenal sebagai Toraijin.[2][3] Modulasi gaya seni kontinental di Korea juga dapat dilihat dalam lukisan dan arsitektur Jepang, mulai dari desain kuil-kuil Buddha hingga objek lebih kecil seperti patung, tekstil dan keramik. Pada akhir abad ke-16, invasi Korea oleh Jepang menghasilkan kontak antar budaya yang besar. Pengrajin Korea yang datang ke Jepang pada masa itu bertanggung jawab atas perubahan pembuatan tembikar Jepang. Banyak pengaruh Korea terhadap Jepang ternyata berasal dari Tiongkok, tetapi telah disesuaikan dan mengalami perubahan di Korea sebelum mencapai Jepang. Peran negara-negara kuno Korea dalam penularan peradaban kontinental telah lama diabaikan, dan semakin menjadi objek studi akademis. Namun, nasionalisme Korea dan Jepang telah mempersulit penafsiran mengenai pengaruh-pengaruh ini. Pengaruh semenanjung Korea prasejarah terhadap kepulauan JepangDari tahun 800 hingga 600 SM, teknologi dan objek kebudayaan baru mulai bermunculan di Jepang, dimulai di Kyushu.[4] Perlahan-lahan budaya Jōmon digantikan di seluruh Jepang oleh budaya Yayoi yang mempraktikkan pertanian padi sawah.[5] Menurut sejarawan Gina Barnes dan Satoru Nakazono, ini mencerminkan aliran kebudayaan dari Korea bagian selatan ke Kyushu.[4][5] Sebaliknya, Charles T. Keally berpendapat bahwa pertanian padi sawah, yang awalnya dipraktikkan di Tiongkok, bisa saja datang ke Kyushu secara langsung dari Tiongkok.[6] Hasilnya adalah pertumbuhan pesat populasi Jepang selama periode Yayoi dan periode Kofun.[7] Orang Jepang juga mulai menggunakan perkakas logam, mata panah, bentuk tembikar baru, parit, gundukan kuburan, dan gaya perumahan yang berasal dari semenanjung.[4][8] Salah satu penyebab utama perubahan yang dramatis ini dalam masyarakat Jepang kemungkinan adalah masuknya imigran dari Korea bagian selatan.[9] Sejarawan Hiroshi Tsude memperkirakan bahwa sebanyak 1,8 juta penghuni Korea bermigrasi ke Jepang selama periode Yayoi.[10] Menurut Satoru Nakazono, periode ini "dicirikan dengan pengenalan sistematis budaya semenanjung Korea".[5] Menurut sejarawan asal Jepang, Tadashi Nishitani, situs Yoshinogari, sebuah situs arkeologis di Kyushu yang berasal dari akhir periode Yayoi, tampak serupa dengan desa-desa di semenanjung Korea pada era yang sama.[11] Sebaliknya, berbagai gundukan kuburan di Yoshinogari menunjukkan tanda-tanda pengaruh dari Lelang Jun Tiongkok.[12] Selama periode ini Jepang mendatangkan cermin dan belati dari semenanjung dalam jumlah besar, yang merupakan simbol kekuasaan di Korea. Dikombinasikan dengan permata melengkung yang disebut magatama, "tiga harta karun" Korea segera menjadi barang berharga bagi elit Jepang seperti halnya bagi elit Korea, dan di Jepang tiga barang ini kemudian menjadi Regalia Kekaisaran.[11] Pengaruh kebudayaan pada masa kiniKorea kembali memberikan pengaruh kebudayaan terhadap Jepang dalam beberapa bidang semisal makanan.[13] Yakiniku dianggap berasal dari Korea dan menjadi populer pada abad ke-20.[14][15][16][17][18][19] Gelombang Korea yang terdiri dari K-pop dan K-drama telah mempengaruhi musik dan acara televisi di Jepang.[20] Meskipun secara tradisional Jepang dianggap lebih berpengaruh terhadap budaya pop Korea dan sebagai peletak dasar terciptanya K-pop,[21] kejayaan dan kesuksesan K-pop telah semakin balik mempengaruhi J-pop dalam banyak hal semisal koreografi.[22] Lihat juga
Catatan
Pranala luar
|