Ploso, Jombang
Ploso adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Jombang yang terletak di utara Sungai Brantas. Ploso adalah daerah ramai yang berkembang pesat dan didukung infrastruktur seperti pasar, terminal bus, hingga rumah sakit. Ploso terhubung dengan wilayah Jombang di selatan sungai dengan adanya dua jembatan yaitu jembatan lama yang diresmikan tahun 1980-an dan Jembatan Ploso Baru yang diresmikan tahun 2022. Ploso dilalui jalan alternatif menuju Mojokerto serta dilintasi jalan provinsi yang menghubungkan Kecamatan Jombang dengan Babat Lamongan.[1][2] Lokasi strategis tersebut mampu menarik perusahaan besar seperti CJ Group dan Orang Tua Group untuk membangun pabrik disini. Pada masa Hindia Belanda hingga awal kemerdekaan, Ploso merupakan pusat dari Kawedanan Ploso yang mencakup seluruh kecamatan di Jombang yang berada di utara Sungai Brantas. Kecamatan tersebut terdiri dari Ploso, Plandaan, Kabuh, Kudu, dan Ngusikan.[3][4] Saat ini, Ploso memiliki luas 25,96 km² sehingga menjadi kecamatan dengan luas terkecil di Jombang.[5] Ploso dikenal sebagai lokasi lahirnya Tarekat Shiddiqiyah, tepatnya di Desa Losari pada tahun 1958. Tarekat Shiddiqiyah adalah aliran tasawuf lokal yang tidak ditemukan di negara lain dengan pengikut yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Aliran ini disebarkan oleh Pondok Pesantren Majma'Al Bahroin Hubbul Wathon Minal Iman Shiddiqiyyah yang merupakan salah satu pondok pesantren terkenal di Jombang.[6] GeografiSecara geografis, Ploso berada tepat di utara Sungai Brantas dengan geografi dataran rendah yang dominan lahan persawahan. Seperti daerah lainnya di utara Brantas, Ploso adalah salah satu penghasil tembakau terbesar di Kabupaten Jombang. Batas wilayah Ploso yakni sebagai berikut:[5]
Daftar desa dan dusunKecamatan Ploso terdiri dari 13 desa. Desa-desa tersebut dibagi menjadi beberapa dusun atau dukuh, yakni sebagai berikut:[7]
Tempat terkenal
Pabrik
Referensi
|