Renovasi Haussmann di Paris merupakan proyek renovasi kota secara masif di bawah Kekaisaran Napoleon III dan Kepala Daerah Seine, George-Eugène Haussmann, yang ditugaskan sebagai tokoh utama dalam proyek ini mulai 1853 hingga 1870. Pembongkaran lingkungan yang dinilai terlalu padat dan terlihat kumuh dari abad pertengahan dan pembangunan kembali gedung-gedung, taman, jalanan lebar termasuk sistem saluran pembuangan, penampungan air bersih dan jaringan pipa bawah tanah untuk menghidupkan lampu jalan dan gedung-gedung. Proyek ini mendapatkan banyak kritikan pada zamannya disebabkan pengeluaran anggaran yang dinilai terlalu besar, hingga pada 1870 Haussmann diberhentikan dari tugas besar ini, namun proyeknya terus dikerjakan hingga akhir dekade 1920.[1]
Latar Belakang
Pada pertengahan abad ke-19, pusat kota Paris penuh sesak, kotor, kumuh, dan berpenyakit. Wabah kolera dan tipus tercatat menewaskan puluhan ribu orang setiap tahunnya. Bahkan pada 1832 wabah ini tercatat menewaskan hingga 20,000 warga di Paris.[2] Akan tetapi, hal itu tidak berpengaruh pada jumlah populasi Paris yang justru meledak dari 759.000 jiwa pada 1831 menjadi lebih dari satu juta orang pada 1846.
Dibawah kepemimpinan Kaisar Napoleon III, menteri dalam negeri Prancis, Victor de Persigny, memilih George-Eugène Haussmann sebagai Gubernur Seine untuk menggantikan Berger. Sebelumnya, Haussman merupakan seorang administrator pemerintahan. Ia mulai ditugaskan sebagai gubernur Seine pada 22 Juni 1853. Seminggu setelah pelantikannya, Kaisar Napoleon III menjelaskan kepadanya rencana untuk merenovasi Paris. Napoleon III menunjukkan peta kota Paris yang terpisah dalam tiga bagian, dan Haussmann ditugaskan untuk menyatukan bagian kota yang terpisah dan membuatnya menjadi lebih indah.[1] Tercatat sebanyak 19,730 gedung-gedung tua dan bersejarah dihancurkan, digantikan oleh lebih dari 34,000 gedung baru.[3]
Meskipun kerja kerasnya ini berbuah manis pada saat ini, dimana Paris dinobatkan sebagai salah satu kota terindah, proyek ini menuai banyak kritikan pada zamannya disebabkan pemborosan anggaran termasuk hancurnya nilai sejarah yang melekat pada gedung-gedung tua di Paris. Seorang politikus terkenal, Jules Ferry (1832–1893) menuliskan bentuk protesnya ketika gedung-gedung baru dengan arsitektur yang vulgar serta materialisme buruk akan diwariskan kepada generasi selanjutnya serta Paris yang jauh dibayangkan oleh Voltaire.[3]
Referensi