Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Shinpa

Shinpa (新派) (atau shimpa) adalah suatu bentuk modern dari teater di Jepang yang biasanya menampilkan cerita melodramatis, kontras dengan gaya kabuki yang lebih tradisional. Berawal tahun 1880-an, bentuk teater ini kemudian menyebar ke perfilman.

Bentuk seni

Para sejarawan teater telah menggolongkan shinpa sebagai suatu gerakan transisi, yang berkaitan erat dengan restorasi Meiji, yang pemikiran utamanya adalah penolakan terhadap nilai-nilai "lama" untuk mendukung materi yang menarik bagi masyarakat kelas menengah yang mulai kebarat-baratan, tapi masih mempertahankan beberapa kebiasaan berpikir tradisional.[1] Beberapa inovasi terkait dengan shinpa, antara lain pengurangan durasi pertunjukan, mengangkat kembali penampil perempuan, penghapusan peran kedai-kedai teh yang sebelumnya mengendalikan penjualan tiket, dan seringnya adaptasi karya-karya klasik barat, seperti drama-drama Shakespeare dan Pangeran Monte Cristo.[1] Bentuk seni ini akhirnya diberi nama shinpa (secara harfiah berarti "aliran baru") untuk membedakannya dari kyūha ("aliran lama" atau kabuki) karena cerita-ceritanya lebih kontemporer dan realistis.[2] Perjuangan sosial dan politis menjadi subjek baru,[3] begitu pula hal-hal patriotik.[1] Secara estetika, pertunjukan shinpa berbeda terlihat dariauditorium yang gelap, area dan perubahan tata orkestra, serta tata cahaya panggung yang berkembang.[3]

Sejarah

Awal shinpa dapat ditelusuri pada bentuk teater propaganda agitasi pada tahun 1880-an yang dikenalkan oleh anggota Partai Liberal, yaitu Sadanori Sudō dan Otojirō Kawakami.[2] Setelah Partai Liberal dibubarkan tahun 1884, Sudō menjadi anggota pendiri Dainippon geigeki kyōfūkai ("Perhimpunan Jepang Raya untuk reformasi teater") sebagai sarana oposisi melawan pemerintahan konservatif, tapi dampaknya kecil.[3] Kawakami membentuk grup teater sendiri tahun 1891 dan memperoleh kesuksesan terbesarnya dengan drama patriotik Kawakami Otojirō semchi kenbunki ("Kawakami Otojirō melaporkan dari medan perang"), yang bertemakan kemenangan Jepang dalam Perang Tiongkok-Jepang Pertama.[3] Dimulai tahun 1903, Kawakami dan istrinya, Yakko Sada, keduanya pernah tampil di panggung di Eropa, memperkenalkan drama-drama karya Shakespeare, Maurice Maeterlinck, dan Victorien Sardou pada khalayak Jepang.[3][4]

Sebagai suatu bentuk teatrikal, shinpa meraih keberhasilan terbesarnya pada awal tahun 1900-an ketika karya-karya novelis, seperti Kyōka Izumi, Kōyō Ozaki, dan Roka Tokutomi diadaptasi ke panggung.[2] Kelompok Seibikan, Seibidan, Isamiengeki, dan Hongōza, serta para pemeran, seperti Yōhō Ii, Minoru Takada, dan Rokurō Kitamura menjadi terkenal dan membentuk gerakan baru ini.[3] Meskipun hanya berumur pendek,[3] kelompok Seibidan sukses dengan bentuk yang lebih konservatif yang lebih mendekati kabuki daripada shingeki ("drama baru") karena kontinuitasnya menggunakan onnagata dan musik di luar panggung.[2][5]

Di dunia panggung, shinpa mulai pudar kesuksesannya setelah era Taishō, tetapi penulis drama, seperti Matsutarō Kawaguchi, aktris, seperti Yaeko Mizutani, dan aktor, seperti Kitamura dan Shōtarō Hanayagi, menjaga eksistensi shinpa.[2] Shinpa juga berpengaruh pada teater Korea modern melalui genre shinp’a (신파).[6]

Penyebaran ke film

Dengan diperkenalkannya film di Jepang, shinpa menjadi salah satu genre film pertama yang berlawanan dengan film-film kyūha karena banyak film didasarkan pada drama-drama shinpa.[7] Beberapa pemain panggung shinpa, seperti Masao Inoue sering dilibatkan dalam film, dan muncul suatu format yang disebut rensageki ("drama berantai") yang menggabungkan film (untuk adegan-adegan luar ruangan) dan teater di panggung.[8] Dengan munculnya reformis gerakan film murni pada tahun 1910-an, yang mengkritik keras film-film shinpa atas kisah-kisah melodramatisnya tentang perempuan yang menderita akibat pembatasan kelas dan prasangka sosial, film-film dengan subjek kontemporer akhirnya disebut gendageki yang berlawanan dengan jidaigeki sebelum tahun 1920-an. Meskipun demikian, cerita-cerita shinpa terus dijadikan film selama beberapa dekade kemudian.[7]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c Brenham, Martin (1995). The Cambridge Guide to Theatre. Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 565. ISBN 0521434378. Diakses tanggal 12-05-2015. 
  2. ^ a b c d e Poulton, M. Cody (2007). "Shinpa". Dalam Gabrielle H. Cody and Evert Sprinchorn. Columbia Encyclopedia of Modern Drama. Columbia University Press. hlm. 1241–1242. ISBN 978-0-231-14032-4. 
  3. ^ a b c d e f g Ortolani, Benito (1995). The Japanese Theatre: From Shamanistic Ritual to Contemporary Pluralism. Princeton University Press. hlm. 236. ISBN 9780691043333. 
  4. ^ "Japanese performing arts: Meiji period". Encyclopaedia Britannica. Diakses tanggal 26 Juli 2023. 
  5. ^ Inouye, Charles Shirō (1998). The Similitude of Blossoms: A Critical Biography of Izumi Kyōka (1873–1939), Japanese Novelist and Playwright. Harvard University Asia Center. hlm. 253. ISBN 9780674808164. 
  6. ^ Cho, Oh-kon (1995). "Korea". Dalam Martin Banham. The Cambridge Guide to TheatrePerlu mendaftar (gratis). Cambridge University Press. hlm. 610. ISBN 0-521-43437-8. ISBN0521434378 shinp'a. 
  7. ^ a b Bernardi, Joanne (2001). Writing in Light: The Silent Scenario and the Japanese Pure Film Movement. Wayne State University Press. hlm. 39. ISBN 0-8143-2926-8. 
  8. ^ Powell, Brian (2002). Japan's Modern Theatre: A Century of Change and Continuity. 

Pranala luar

Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia

Kembali kehalaman sebelumnya