Tuhaha, Saparua Timur, Maluku Tengah
Tuhaha adalah salah satu dari 10 negeri yang termasuk ke dalam wilayah kecamatan Saparua Timur, Maluku Tengah, Maluku, Indonesia. Sebelumnya negeri ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Saparua hingga pada tahun 2015 Saparua Timur dimekarkan menjadi kecamatan sendiri berdasarkan Perda Maluku Tengah Nomor 11 Tahun 2015. Berdasarkan catatan BPS, Tuhaha tergolong sebagai negeri swasembada.[4] Sebagai sebuah negeri atau negeri adat, Tuhaha dipimpin oleh seorang raja yang berkedudukan layaknya kepala desa. Apabila raja belum terpilih, tampuk kepemimpinan dijabat oleh pejabat negeri. Pada tahun 2017 Tuhaha dipimpin oleh Bapak Sem Loupatty sebagai pejabat negeri.[5] Jabatan raja di Tuhaha dipangku oleh fam (matarumah parentah) Sasabone dan Tanalepy. Raja Tuhaha saat ini adalah Yance Sasabone. Tuhaha tergolong sebagai negeri pesisir[6] dan terletak di bagian utara Pulau Saparua yang terkenal dengan nama Jazirah Hatawano bersama dengan Kampong Mahu, Ihamahu, Iha, Nolloth, dan Itawaka. Tuhaha sendiri merupakan ibu kota dari Kecamatan Saparua Timur, Maluku Tengah.[7] EtimologiNama Tuhaha kemungkinan berasal dari kata tupapa atau tululauhaha yang lebih kurang berarti turun ke laut atau ke tepi pantai.[8] Perpindahan ke pantai tersebut mungkin disebabkan oleh bencana alam, wabah penyakit, atau peperangan. Dari tepi pantai, masyarakat terawal Tuhaha sampai ke Pulau Saparua dan membentuk amano atau negeri lama di pegunungan. Tuhaha dalam catatan Portugis dikenal sebagai Athua Pequeno atau Hatuhaha Kecil. Sementara Uli Hatuhaha di Pulau Haruku dikenal dengan nama Athua Grande.[9] Negeri LamaMasyarakat Tuhaha pada awalnya tidak mendiami daerah pesisir melainkan membangun permukiman-permukiman di pegunungan yang dikenal sebagai amano. Amano sering diartikan pula sebagai negeri lama. Tuhaha memiliki tujuh negeri lama, yakni sebagai berikut. Negeri HuhuleDidiami oleh fam Aipassa yang memegang tampuk kepemimpinan selama negeri berada di pegunungan. Selain itu, ada pula fam Matakena, Pattilekasapija, Sahanaya, Sasabone, Siwalete, dan Tehusyarana. Setelah kekalahan Kerajaan Iha, salah satu fam dari sana yaitu Sopacua mengungsi dan menjadi bagian dari Negeri Huhule. Selain itu ada pula fam Pattipeiluhu, keturunan dari Kapitan Pattilapa yang berasal dari keluarga Pattipeilohy di Ullath. Pattipeiluhu ikut serta dalam misi Ullath membantu Belanda melawan Kerajaan Iha. Selepas perang, tinggal di Huhule karena berkedudukan sebagai panglima pernah dan bertugas untuk mengawal Kapitan Besar Aipassa. Negeri AmapatalDidiami oleh fam Lopulisa, Matakena, dan Supusepa. Negeri TalehuDidiami oleh fam Paliama dan Sahusilawane. Negeri AmapuanoDidiami oleh fam Louhenapessy, Polhaupessy, dan Tanalepy. Negeri ApaliliDidiami oleh fam Malakouseja, Sahetapy, dan Taberima. Negeri TahapauDidiami oleh fam Loupatty, Makailipessy, dan Tatipikalawan. Negeri MataleteNegeri lama Matalete adalah salah satu tanah milik Kerajaan Iha yang dibagi-bagikan Belanda kepada pihak yang membantunya dalam menaklukkan Kerajaan Iha dalam Perang Iha. Tanah Matalete dihadihkan kepada Tuhaha. Kemudian Tanah Hatala yang berdekatan diberikan kepada Negeri Saparua yang ditolak oleh negeri tersebut dan akhirnya diberikan kepada Tuhaha. Matalete didiami oleh fam Pollatu. Selain itu ada pula fam Taribuka. Sementara fam Taribuka adalah orang Iha yang mengungsi dari kejaran Belanda dan kemudian menggabungkan diri ke dalam masyarakat Tuhaha. Kondisi wilayahGeografiSecara geografis Negeri Tuhaha terletak di Jazirah Hatawano, Pulau Saparua dan berada di tepian Teluk Tuhaha. Tuhaha merupakan negeri pesisir, dengan permukiman masyarakatnya berada di tepi pantai dan sebagian di antaranya berprofesi sebagai nelayan. Pertuanan Tuhaha meliputi daerah rawa dan dataran rendah, hutan dan perbukitan di pedalaman. Batas-batasNegeri ini memiliki batas-batas, yakni sebagai berikut.
Secara astronomis Negeri Tuhaha terletak antara 3o 32’ 00” sampai 3o 34’ 00” Lintang Selatan dan 128o 40’ 30” Bujur Timur. DemografiFamFam-fam asliFam-fam asli dari Tuhaha adalah fam yang mendiami negeri lama (Huhule, Amapatal, Amapuano, Matalete, Apalili, Tahapau) sebelum turun ke pantai dan membentuk negeri yang sekarang. Berikut adalah fam-fam asli Tuhaha.
Fam-fam yang berdomisiliFam-fam yang berdomisili adalah fam yang berasal dari negeri lain, tetapi sudah menetap secara turun temurun di Tuhaha. Beberapa di antaranya bahkan telah bergabung menjadi masyarakat Tuhaha sejak masih berada di negeri lama (sebelum tahun 1670). Berikut adalah fam-fam yang berdomisili di Tuhaha.
Hubungan sosialHubungan dengan negeri-negeri tetanggaTuhaha-IhamahuTuhaha rutin menggelar adat tutu baileu atau perbaikan baileu. Salah satu persyaratan dalam perbaikan baileu adalah persembahan berupa buah kelapa yang harus diambil dari Ihamahu. Sejarah di balik "kewajiban" menggunakan kelapa dari Ihamahu untuk perbaikan baileu Tuhaha bermula pada masa sebelum kolonial Belanda. Masyarakat Tuhaha memiliki tradisi berburu kepala dan kepala tersebut dipersembahkan di baileu. Dan sesuai tradisi lama, kepala yang dipersembahkan berasal dari masyarakat Ihamahu. Praktik ini pada akhirnya dihapus tatkala Belanda berhasil mengkristenkan Tuhaha. Kepala manusia diganti menjadi buah kelapa. Namun, persyaratan bahwa persembahan itu harus diambil dari Ihamahu tidak berubah. Dalam acara perbaikan baileu tahun 2018, Tuhaha mengutus beberapa orang untuk pergi mengambil beberapa buah kelapa di petuanan Ihamahu. Untung tak dapat ditolak, pada masa yang bersamaan Ihamahu tengah mengadakan sasi kelapa. Kewang negeri beserta beberapa warga bersiaga dan berjaga-jaga terhadap orang yang akan melakukan pencurian di petuanan Ihamahu. Pada saat itulah, 5 Januari 2018, orang Tuhaha dan Ihamahu terlibat adu perkataan dan saling menyerang dengan senjata tajam. Bentrokan yang tidak seimbang menyebabkan seorang warga Negeri Ihamahu meninggal dunia. Hal ini membuat masyarakat kedua negeri yang letaknya berdekatan tersebut menjadi tegang. Untuk sementara waktu, warga Ihamahu tak dapat pergi ke Saparua menggunakan jalan darat karena mereka harus melewati Tuhaha. Pun siswa-siswi asal Ihamahu yang bersekolah di SMP dan SMA di Tuhaha pun terpaksa libur. Berbagai upaya untuk mediasi dilakukan dan berakhir dengan kesepakatan dua negeri untuk berdamai.[10] Tuhaha-SaparuaTuhaha terbilang memiliki hubungan yang baik dan harmonis dengan Negeri Saparua. Hubungan baik keduanya dapat ditarik ke zaman kolonial. Disebutkan bahwa beberapa negeri membantu Belanda mengalahkan Kerajaan Iha dan sebagai hadiahnya, tanah-tanah milik Iha dibagikan kepada pihak yang membantu Belanda. Tuhaha dan Saparua adalah dua di antaranya. Tuhaha menurut cerita mendapatkan Tanah Matalete yang di kemudian hari didiami oleh fam Pollatu. Sedangkan Tanah Hatala yang terletak berdekatan diserahkan kepada Negeri Saparua. Namun, ditolak negeri tersebut sehingga kepemilikannya diserahkan kepada Tuhaha. Selain itu, Tuhaha juga berterima kasih terhadap Saparua karena Saparua yang menjadi saksi di pengadilan kolonial memenangkan Tuhaha dalam persengketaannya dengan Negeri Sirisori Amalatu terkait tanah di sekitar Waihenahia. Sebagai balas jasa atas kemenangan tersebut, Tuhaha mengangkat sumpah untuk membantu Saparua dalam pekerjaan umum yang terjadi di Saparua seperti pendirian gereja, tutu baileu (perbaikan baileu), dan keja bakti lainnya. Hubungan PelaTuhaha memiliki hubungan pela keras (pela batu karang) dengan Rohomoni.[11] Ikatan pela tersebut terbentuk tatkala Tuhaha membantu Amarima Hatuhaha berperang melawan Portugis dan Belanda. Amarima Hatuhaha saat ini terpecah menjadi lima negeri yakni Rohomoni, Pelauw, Kailolo, Kabauw, dan Hulaliu. Oleh sebab itu, sebenarnya Tuhaha memiliki ikatan pela tak hanya dengan Rohomoni melainkan pula Pelauw, Kailolo, Kabauw, dan Hulaliu. Meskipun di antara kelimanya hubungan itu hanya dipelihara oleh Rohomoni. Sebagai peringatan hubungan pela antarkedua negeri, di dalam Gereja PNIEL di Tuhaha terukir nama Rohomoni pada salah satu tiangnya. Selain dengan Rohomoni, Tuhaha juga mengikat pela tampa siri dengan Negeri Kulur.[11] Latar belakang hubungan pela Tuhaha-Kulur adalah karena bantuan Kulur berupa kayu-kayu dari hutan pertuanan Kulur, yang digunakan dalam pembangunan gereja dan sekolah di Tuhaha. Hubungan pela kedua negeri ini tidak sekuat hubungan pela dengan Rohomoni. Hubungan GandongNegeri ini memiliki hubungan gandong (atau disebut pula adik-kaka atau wari wa'a) dengan Iha, Ullath, dan Itawaka.[11] KelembagaanRajaTuhaha diperintah oleh raja yang berasal dari matarumah parentah (fam) Sasabone dan atau Tanalepy. Raja Negeri Tuhaha bergelar Upulatu Beinusa Amalatu yang saat ini dijabat oleh Raja Yance Sasabone.[12] SoaDi negeri Tuhaha terdapat sembilan soa. Dua di antaranya dinyatakan hilang bahkan sebelum masyarakat Tuhaha turun ke pantai.[13] Soa AmutaiDinyatakan hilang atau punah. Soa Kelluhu
Soa Louhena
soa Lounusa
Matita
Soa Polouluw
Soa Samasulu
Soa Silouw
Soa SoupakeDinyatakan hilang atau punah Tokoh Terkenal
Referensi
|