Wahyu 13
Wahyu 13 (disingkat "Why 13") adalah bagian dari Wahyu kepada Yohanes, kitab terakhir dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.[1][2] Penulisnya diyakini adalah Yohanes bin Zebedeus, seorang dari Keduabelas Rasul Yesus Kristus.[3][4][5] Teks
StrukturPembagian isi pasal:
Ayat 1
Seekor binatang yang keluar dari dalam laut itu adalah pemerintahan dunia yang besar dan terakhir dalam sejarah, yang terdiri atas sepuluh kerajaan di bawah kuasa antikristus (lihat Wahyu 17:12; Dan 2:40–45; 7:24–25; 11:36–45).[6] "Laut" melambangkan banyak bangsa (bandingkan Wahyu 17:15). Iblis memberikan kuasanya kepada pemerintahan ini dan menggunakannya untuk melawan Allah dan umat-Nya (Wahyu 13:2). Wahyu 17:8–11 mencatat penjelasan malaikat mengenai binatang tersebut.[6] Ayat 11Bahasa Indonesia
Ayat 16Bahasa Indonesia
Tanda binatangAntikristus akan berusaha untuk memperoleh kuasa total atas dunia ekonomi. Semua orang harus menyembahnya dan menerima suatu tanda pada tangan atau dahi mereka agar dapat membeli atau menjual (Wahyu 13:16–17), dan menunjukkan para pengikut agama dunia yang diperkenalkan oleh antikristus itu. Mereka yang menolak tanda ini akan dikejar untuk dibunuh (Wahyu 13:15).[6] Segel Kerajaan"Tanda" (bahasa Yunani: χάραγμα, kharagma) dalam ayat ini pernah ditafsirkan sebagai "Segel Kerajaan" atau "Meterai Kerajaan" (Imperial seal) dari Kekaisaran Romawi yang digunakan untuk mengesahkan dokumen-dokumen resmi selama abad ke-1 dan ke-2 Masehi.[10] Pada masa pemerintahan Kaisar Decius (249–251 M), barangsiapa tidak memiliki sertifikat pengorbanan (libellus) terhadap Kaisar Romawi, tidak dapat berdagang, suatu larangan yang dapat dilacak sebelumnya dari pemerintahan kaisar Nero. Nilai penting segel kerajaan ini paralel dengan apa yang dicatat dalam ayat 17 pasal ini.[11] Mata uangPada tahun 66, ketika Nero memerintah sebagai Kaisar, kira-kira waktu penulisan Kitab Wahyu menurut sejumlah pakar, orang Yahudi memberontak terhadap Kekaisaran Romawi dan mencetak mata uang mereka sendiri. Kata Yunani χάραγμα, kharagma, selain berarti "tanda" juga dapat berarti "mata uang yang dimeterai" atau "koin", maupun bermakna "cetakan (meterai)" pada suatu koin, jadi ayat 17 dapat ditafsirkan "tidak seorangpun yang dapat membeli atau menjual selain daripada mereka yang memakai "uang" itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya."[12] Pakar Perjanjian Baru Craig C. Hill berpendapat bahwa "tanda" itu melambangkan kekuasaan ekonomi Romawi yang menyeluruh, yang mata uangnya memuat gambar kaisar dan menyampaikan klaim ketuhanannya (misalnya memuat gambar cahaya matahari pada lukisan wajah kaisar).[13] Zealot Christians from the 1st century refused to carry, look at, or manufacture coins bearing any sort of idolatrous image.[14] Sehingga makin sulit bagi orang Kristen untuk berfungsi dalam dunia yang kehidupan masyarakatnya, termasuk kehidupan ekonomi perdagangan, membutuhkan partisipasi dalam penyembahan berhala.[13] Adela Yarbro Collins lebih jauh mengemukakan bahwa penolakan menggunakan mata uang Romawi menyebabkan situasi di mana "tidak seorangpun yang dapat membeli atau menjual" (Wahyu 13:17).[15] Pandangan serupa diutarakan oleh Craig R. Koester, "Ketika terjadi penjualan, orang menggunakan mata uang yang memuat gambar dewa-dewa dan kaisar Romawi. Dengan demikian setiap transaksi yang menggunakan mata uang tersebut merupakan ingatan bahwa orang memajukan hidup secara ekonomi dengan bersandar pada kekuatan politik yang tidak mengakui Allah yang sejati."[16] Bagian ini dapat dipandang sebagai paralel antithesis terhadap tefillin (tempat kulit hitam yang berisi gulungan perkamen yang ditulisi dengan ayat-ayat dari Taurat). Biasanya tefillin diikatkan pada lengan dan dahi sebagai tanda kesetiaan kepada Allah, namun terancam digantikan oleh tanda binatang pada lengan dan dahi sebagai tanda kesetiaan kepada binatang (iblis) itu.[17] Ayat 17
Ayat 18
Ayat 18 bahasa YunaniTextus Receptus
Ayat 18 bahasa Ibrani
Ayat 18 bahasa LatinBiblia Sacra Vulgata
Ayat 18 catatan
666 atau 616Menurut “The Text of the New Testament” karya Kurt Aland, di antara lebih dari 2300 naskah bahasa Yunani yang ada sekarang, lebih dari 280 naskah memuat sebagian atau seluruh Kitab Wahyu. Ternyata ada perbedaan mengenai penulisan "Bilangan binatang" yang hanya tercatat pada ayat 18, beberapa menuliskan angka tersebut dengan kata-kata untuk mengeja lengkap, namun sebagian besar menggunakan huruf-huruf Yunani yang melambangkan angka (yaitu "χξς" untuk 666). Meskipun mayoritas naskah mencatat angka "666" (dengan kedua macam cara penulisan), terdapat empat naskah (dua yang masih tersimpan baik bertarikh sebelum abad ke-6, dan dua lagi setelah abad ke-8 tetapi sekarang hilang) yang mencatat angka "616", sedangkan ada satu naskah dari abad ke-11 mencatat "665". Hal ini menimbulkan perdebatan apakah naskah aslinya mencatat "666" atau "616".[20] Bahkan ada yang berpendapat bahwa "bilangan 666 telah digunakan untuk menggantikan 616 baik karena analogi dengan bilangan 888, yaitu jumlah nilai huruf yang membentuk nama "Yesus" dalam bahasa Yunani (menurut Deissmann), atau karena angka 666 merupakan "bilangan triangular", yaitu jumlah dari 36 bilangan asli pertama (1+2+3+4+5+6...+36 = 666)".[21] 666Penulisan angka "666" dalam bahasa Yunani adalah dengan 3 huruf, yaitu χ (bernilai 600), ξ (bernilai 60), dan ϛ (bernilai 6),[22] atau kadang dieja penuh sebagai "ἑξακόσιοι ἑξήκοντα ἕξ", hexakósioi hexēkonta héx, "enam-ratus enam-puluh enam".[23][24] Ada sejumlah tafsiran-terjemahan mengenai makna frasa "Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu" dimana kata Yunani yang unik ψηφισάτω (psefisato) digunakan dalam arti "menghitung". Terjemahan lain dari kata ini mungkin juga "memperhitungkan", atau "mengambil keputusan" ataupun "memberi suara atau persetujuan".[25] Dalam Textus Receptus, yang diturunkan dari naskah-naskah jenis Teks Bizantin, angka 666 ditulis dalam bentuk tiga huruf χξς, yaitu kata terakhir dalam ayat ini:
Dalam Novum Testamentum Graece, yang lebih condong kepada jenis Teks Alexandria, angka 666 ditulis dengan tiga kata, ἑξακόσιοι ἑξήκοντα ἕξ, yang berarti "enam-ratus enam-puluh enam":
Salah satu naskah papirus kuno dari abad ke-3, yaitu Papirus 47 (P47), memuat pasal 9-17 Kitab Wahyu. Bacaan ayat 18 menunjukkan angka 666, dengan huruf-huruf Yunani. Di antara naskah uncial tertua, Codex a(Alef – huruf pertama abjad Ibrani), juga dikenal sebagai "Sinaiticus", bertarikh abad ke-4 dan paling lengkap, menunjukkan bilangan 666 dengan menuliskan lengkap menggunakan tiga kata Yunani. Codex Alexandrinus (A/02), uncial dari abad ke-5, maupun Codex P/025 dari abad ke-9, serta Codex 046 dan Codex 051 dari abad ke-10 semua menunjukkan angka 666 (dengan sedikit perbedaan). Ketika pengetahuan bahasa Yunani menurun di dunia kuno, banyak terjemahan Perjanjian Baru dibuat ke dalam bahasa yang umum dipakai di waktu kemudian. Antara lain naskah terjemahan Armenia dari abad ke-5, bahasa Suryani dari abad ke-6, bahasa Latin kuno dari abad ke-13, bahasa Koptik, dan bahasa Latin Vulgata, semuanya sependapat bahwa bilangan binatang itu adalah 666. 616Dua naskah Yunani yang memuat Kitab Wahyu, yaitu Papirus 115 dan Codex Ephraemi Rescriptus (C; Paris), menunjukkan bilangan binatang itu dalam ayat 18 sebagai "616". P115 (P. Oxy. 4499), yang sekarang disimpan pada Ashmolean Museum di Oxford University, bertarikh sekitar tahun 300 M. Naskah ini merupakan salah satu fragmen tertua Kitab Wahyu yang memuat pasal 2-15.[29][30] Bersesuaian baik dengan Codex Alexandrinus dan Codex Ephraemi Rescriptus, dua saksi terbaik untuk Kitab Wahyu.[31] Namun, hanya Codex Ephraemi yang memuat angka 616, sehingga ada orang yang menduga angka inilah yang merupakan bacaan asli dalam bahasa Yunani,[32][33][34] ditulis sebagai: "ἑξακόσιοι δέκα ἕξ", hexakosioi deka hex (terjemahan harafiah: "enam-ratus sepuluh enam", sama dengan "enam ratus enam belas").[35] Bilangan 616 juga ditemukan dalam versi Latin dari Tyconius dari abad ke-4[36] dan sebuah versi Armenia kuno.[37] Penegasan dari sumber-sumber lainTulisan-tulisan dari Origen dan Hippolitus (keduanya dari abad ke-3) dengan kuat mendukung bilangan 666 sebagai bacaan yang benar (Burgon 136). Yang paling terkenal adalah pernyataan Irenaeus, uskup di Lyons yang hidup pada abad ke-2. Irenaeus dikenal sebagai murid Polikarpus yang diketahui merupakan murid langsung dari rasul Yohanes, salah satu dari keduabelas Rasul Yesus, yang menulis Kitab Wahyu. Dalam karyanya "Melawan Ajaran Sesat" (~tahun 180 M) Irenaeus membahas mengenai Kitab Wahyu pasal 13 dan bilangan binatang itu. Dalam jilid ke-5, pasal 28, Irenaeus menyatakan bahwa bilangan binatang itu adalah 666. Tambahan pula, pada pasal 30 jilid yang sama Irenaeus menulis mengenai bilangan 666 sebagai berikut:
Ireneus menegaskan dalam paragraf berikutinya:
Dalam kutipan di atas dengan jelas Irenaeus menyatakan bahwa 666 adalah bacaan yang dijumpai dalam naskah-naskah paling tepercaya, yaitu disalin oleh orang-orang yang pernah bertemu Yohanes, sang pengarang, muka dengan muka. Tambahan pula, Irenaeus mengakui adanya bacaan 616, tetapi menganggapnya keliru, dan menurutnya adalah kesalahan penyalinan serta kegagalan sejumlah orang untuk memeriksa keaslian bacaan tersebut dibandingkan naskah-naskah lain. Meskipun demikian, pada permulaan abad ke-5, ketika mengoreksi versi Latin kuno Perjanjian Baru, yang disebut Vetus Latina, Hieronimus membiarkan bilangan 616 tetap di sana, sekalipun dalam versi karyanya, Vulgata, ia menggunakan bilangan 666.[43] Penafsiran sebagai Kaisar NeroSejumlah sarjana,,misalnya Beale, berpendapat bahwa seorang penyalin mungkin secara sengaja mengubah 666 menjadi 616 karena pengaruh perbedaan tulisan Latin dan Yunani nama "Nero".[44] Pada abad ke-19 M James Austin Bastow telah mengidentifikasi bilangan ini mempunyai kaitan simbolik dengan kaisar Romawi, Nero, di mana nama Yunaninya jika dialihaksarakan ke dalam bahasa Ibrani mempunyai nilai huruf 666, sedangkan nama Latinnya jika ditransliterasi kepada bahasa Ibrani mempunyai nilai 616.[45] Dalam Kitab Wahyu "tanda binatang" dengan bilangan itu digunakan untuk mengidentifikasi para pengikut binatang itu. Sejak saat itu semakin banyak pakar yang menerima bahwa Nero (memerintah tahun 54–68 M) adalah binatang pertama dalam Wahyu 13. Penafsiran ini didukung dengan enumerasi (perhitungan nilai dari suatu huruf) nama dan gelarnya Neron Caesar[46] menjadi "Bilangan binatang".[45][47][48] Sebuah gulungan bertulisan bahasa Aram dari Wadi Murabba'at, bertarikh menurut yang tertera di gulungan itu "pada tahun kedua Kaisar Nero", merujuk Nero dengan nama dan gelarnya[49] di mana dalam bahasa Aram Ibrani adalah Nron Qsr (dilafalkan "Nerōn Kaisar"), dan dalam bahasa Latin adalah Nro Qsr (dilafalkan "Nerō Kaisar").[50]
Versi bahasa Yunani untuk nama dan gelar Kaisar Nero dialihaksarakan ke dalam abjad Ibrani sebagai נרון קסר, dan menghasilkan jumlah nilai-nilai huruf "666":[45][49]
Versi bahasa Latin untuk nama "Nero" tidak menyertakan huruf Nun (נ) kedua sebagaimana dalam bahasa Yunani, jadi dalam tulisan Ibrani hanya muncul sebagai Nro dan ditransliterasikan ke dalam abjad Ibrani sebagai נרו קסר, menghasilkan nilai "616":[45]
Referensi
Lihat pula
Pranala luar
|