Selaku keturunan penguasa melalui garis nasab laki-laki, para Adipati York menyandang lambang-lambang kebesaran kerajaan dengan ciri khusus berupa label argent (keperakan) bercanggah tiga, masing-masing memuat tiga torteaux gules (bundaran merah)
^ ablebih merupakan klaim titular ketimbang de facto
Wangsa York adalah cabang kadet dari Wangsa Plantagenet, salah satu wangsa penguasa Inggris. Tiga putra wangsa ini menjadi Raja Inggris pada akhir abad ke-15. Wangsa York adalah keturunan menurut garis nasab laki-laki dari Edmund, Adipati York Pertama, putra keempat Raja Edward III yang bertahan hidup sampai dewasa. Wangsa York juga masih terhitung keturunan menurut garis nasab kognatis dari Lionel, Adipati Clarence, putra kedua Raja Edward III yang bertahan hidup sampai dewasa. Kedua garis nasab inilah yang menjadi dasar klaim hak waris wangsa York atas takhta Kerajaan Inggris.[1][2] Dibanding Wangsa Lancaster, Wangsa York lebih berhak atas takhta Kerajaan Inggris berdasarkan hak kesulungan kognatis (hak senioritas leluhur laki-laki atau perempuan), akan tetapi kurang berhak berdasarkan hak kesulungan agnatis (hak senioritas leluhur laki-laki saja). Zaman kekuasaan raja-raja dari Wangsa York berakhir dengan mangkatnya Raja Richard III pada 1485. Garis nasab laki-laki dari wangsa ini punah setelah Edward Plantagenet, Earl Warwick ke-17 wafat pada 1499.
Kaum keturunan Raja Edward III
Edmund dari Langley (5 Juni 1341 – 1 Agustus 1402), penyandang gelar Adipati York Pertama, Earl Cambridge Pertama, dan Kesatria Garter, adalah salah seorang putra Raja Edward III dan permaisurinya, Philippa dari Hainaut. Edmund adalah putra keempat dari pasangan ini yang bertahan hidup sampai dewasa.
Edmund dari Langley adalah leluhur pendiri Wangsa York, tetapi klaim hak waris Wangsa York atas takhta Kerajaan Inggris dalam Perang Mawar bukan didasarkan atas hak waris yang dirunut melalui garis nasab Edmund, melainkan melalui garis nasab Anne Mortimer, istri Richard dari Conisburgh, putra kedua Edmund. Seteru Wangsa York dalam Perang Mawar, yakni Wangsa Lancaster, adalah keturunan dari abang kandung Edmund, John dari Gaunt. Putra John merebut takhta Kerajaan Inggris dari Raja Richard II pada 1399, dan naik tahta menjadi Raja Henry IV.
Richard dari Conisburgh, putra kedua Edmund dari Langley, dihukum mati karena terlibat dalam Persekongkolan Southampton yang berencana menggulingkan Raja Henry V dan menggantikannya dengan Earl March. Dengan wafatnya Richard dari Conisburgh, gelar Adipati York pun turun kepada putranya, Richard dari York. Melalui garis nasab ibunya, Richard dari York juga mewarisi gelar Earl March dan klaim hak waris keluarga Mortimer atas takhta Kerajaan Inggris.
Meskipun berjabatan tinggi, Richard Plantagenet tidak diizinkan memegang jabatan dalam pemerintahan oleh para penasihat Raja Henry VI, khususnya John Beaufort, Adipati Somerset pertama, dan permaisuri, Margaret dari Anjou. Perombakan-perombakan yang dilakukannya selaku Pelindung Negeri selama Raja Henry VI berhalangan memerintah (1453-1454), dimentahkan kembali oleh kubu Adipati Somerset begitu raja kembali memerintah.
Perang Mawar bermula pada tahun berikutnya, dengan Pertempuran Pertama Saint Albans. Mula-mula Richard hanya berniat untuk menyingkirkan orang-orang Lancaster, yakni lawan-lawan politiknya, dari jabatan-jabatan yang berpengaruh terhadap keputusan raja. Ia baru menuntut hak waris wangsa York atas takhta Kerajaan Inggris pada bulan Oktober 1460. Pada tahun itu juga, bala tentara York berhasil menawan raja dalam Pertempuran Northampton, tetapi kemenangan ini tidak bertahan lama. Richard dan putra keduanya, Edmund, gugur dalam Pertempuran Wakefield pada 30 Desember.
Klaim hak waris Richard atas takhta Kerajaan Inggris diwarisi oleh putranya, Edward. Dengan dukungan Richard Neville, Earl Warwick ke-16, dan sesudah menunjukkan bakat kepemimpinannya yang besar, Edward berhasil mengalahkan kubu Lancaster dalam serangkaian pertempuran. Sementara Raja Henry VI dan Margaret dari Anjou sedang berperang di wilayah utara, Earl Warwick merebut kendali atas ibu kota dan mengatur agar Edward dinobatkan menjadi raja di London pada 1461. Edward mengukuhkan klaimnya dengan kemenangan mutlak dalam Pertempuran Towton pada tahun itu juga yang nyaris menyapu bersih seluruh bala tentara Lancaster.
Masa pemerintahan raja-raja dari wangsa York
Pada masa-masa awal pemerintahannya, Raja Edward IV harus menghadapi persekongkolan dan pemberontakan-pemberontakan para pendukung Raja Henry VI. Earl Warwick sendiri berbalik mendukung Margaret dari Anjou dan adik Sang Raja yang penuh dengki, George, Adipati Clarence, serta memulihkan kedudukan Raja Henry VI, meskipun hanya bertahan dalam jangka waktu yang singkat (1470-1471). Edward segera merebut kembali takhta kerajaan, dan wangsa Lancaster pun tersapu bersih setelah Raja Henry VI mangkat di Menara London pada 1471. Pada 1478, rongrongan terhadap kekuasaan raja yang dilakukan oleh Adipati Clarence berakhir dengan pelaksanaan hukuman mati atas dirinya di Menara London; menurut desas-desus yang beredar luas, ia ditenggelamkan dalam sebuah tahang anggur malmsey.
Setelah Raja Edward IV mangkat pada 1483, mahkota kerajaan turun kepada putranya yang baru berumur dua belas tahun, Edward. Adik mendiang Raja Edward IV, yakni Richard, Adipati Gloucester, yang ditunjuk sebagai pelindung raja yang baru, menjebloskan Sang Raja yang masih belia itu bersama adiknya, Richard, ke Menara London. Kedua anak laki-laki yang dijuluki "pangeran-pangeran di menara" ini tidak pernah terlihat lagi. Tidak ada yang tahu, apakah keduanya mati dibunuh, atau siapa saja yang menghendaki kematian mereka. Parlemen Inggris menerbitkan dokumen Titulus Regius yang menyatakan bahwa kedua anak laki-laki itu dilahirkan di luar ikatan pernikahan, dengan alasan pernikahan Raja Edward IV tidak sah, dan oleh karena itu Richard, Adipati Gloucester, berhak mewarisi takhta. Ia dinobatkan menjadi Raja Richard III pada bulan Juli 1483.
Kekalahan wangsa York
Raja Richard III memiliki banyak musuh. Sekalipun wangsa Lancaster sudah binasa, para simpatisan mereka masih hidup dan melanjutkan perlawanan mereka di bawah panji-panji Henry Tudor, salah seorang putra keluarga Beaufort, cabang sah dari wangsa Lancaster. Selain itu, keluarga Raja Edward IV, dan para pendukung setia Raja Edward, sudah tentu menentangnya, dan dengan demikian memecah belah kubu York yang menjadi pangkal kekuatannya. Suatu upaya makar pada penghujung 1483 berakhir dengan kegagalan, tetapi pada 1485, Raja Richard III harus menghadapi Henry Tudor dalam Pertempuran Bosworth. Dalam pertempuran ini, sejumlah pendukung utama Raja Richard menyeberang ke pihak lawan atau sengaja menahan bala tentara mereka agar tidak ikut maju ke medan pertempuran. Raja Richard sendiri tewas terbunuh. Ia adalah Raja Inggris terakhir dari wangsa Plantagenet, dan Raja Inggris terakhir yang gugur dalam pertempuran.
Henry Tudor menyatakan diri sebagai Raja Inggris, dan menikahi Elizabeth dari York, anak sulung Raja Edward IV. Tindakan ini secara simbolis mempersatukan sisa-sisa kaum keturunan wangsa York dan wangsa Lancaster. Henry Tudor naik takhta menjadi Raja Henry VII, pendiri wangsa Tudor, wangsa yang berkuasa di Inggris sampai dengan 1603.
Keturunan wangsa York
Keluarga de la Pole adakalanya digadang-gadang sebagai waris dan penerus perjuangan wangsa York, akan tetapi Henry Tudor dan putranya, Raja Henry VIII, secara efisien menekan semua sikap oposisi semacam itu.
Cabang lain dari wangsa York adalah kaum keturunan George Plantagenet, Adipati Clarence pertama, adik kandung Raja Edward IV. Ahli waris cabang ini adalah penyandang gelar Earl Loudoun, yang kini disandang oleh Simon Abney-Hastings. Pada masa pemerintahan Raja Edward IV, merebak kecurigaan bahwa Sang Raja adalah anak luar nikah. Pada 2004, stasiun berita Inggris Channel 4 menghidupkan kembali wacana hak waris dari kaum keturunan George Plantagenet ini dalam program bertajuk "Britain's Real Monarch" (Kepala Monarki Britania Yang Sesungguhnya). Menurut wacana ini, para penyandang gelar Earl Loudoun sekurang-kurangnya adalah para waris wangsa York.[3]
Tinggalan sejarah
Setelah Henry Tudor mempersatukan wangsa Lancaster dan wangsa York, gelar Adipati York menjadi gelar kerajaan dan turun-temurun disandang oleh putra kedua dari kepala monarki yang berkuasa. Mulai dari Richard dari Shrewsbury (putra Raja Edward IV, salah seorang dari "pangeran-pangeran di menara"), tak seorangpun penyandang gelar ini yang dapat mewariskannya; semuanya wafat tanpa waris laki-laki atau naik takhta menjadi Raja Inggris. Gelar ini sekarang disandang oleh Pangeran Andrew, putra kedua dari Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip, Adipati Edinburgh.
Lambang mawar putih wangsa York masih digunakan sebagai lencana Yorkshire dan Yakobitisme. Kota York, Pennsylvania, dijuluki sebagai Kota Mawar Putih menurut lambang wangsa York. Persaingan antara kubu York dan Lancaster, yang pada zaman modern telah menjadi County Yorkshire dan County Lancashire, masih berlanjut sampai sekarang namun dalam suasana yang lebih bersahabat.
Putra dari: Richard dari Conisburgh, Earl Cambridge merangkap Adipati York dan Anne Mortimer.
Pengasas klaim Wangsa York atas takhta Kerajaan Inggris, dengan menggabungkan hak waris wangsa Clarence (dari garis nasab ibunya) dan hak waris wangsa York (dari garis nasab ayahnya).
Kaum keturunan Richard dari York, Adipati York ke-3
Dipenjarakan pada 1540 atas perintah Raja Henry VIII karena diputuskan bersalah melakukan makar. Wafat dua hari setelah menerima kabar akan segera dibebaskan.
Kaum keturunan George Plantagenet, Adipati Clarence pertama
Lambang Wangsa York yang terpopuler adalah Mawar Putih York. Warna putih digunakan karena dalam simbolisme peribadatan Kristen, putih melambangkan terang, menyiratkan kepolosan dan kemurnian, suka cita dan kemuliaan.[9] Sewaktu perang-perang saudara berkecamuk di Inggris pada abad ke-15, Mawar Putih digunakan sebagai lambang pasukan-pasukan York, berlawanan dengan lambang seterunya, Wangsa Lancaster. Lambang mawar merah diciptakan lebih kemudian sebagai lambang Wangsa Lancaster, tetapi belum digunakan selama perang saudara. Warna-warna mawar yang berbeda ini menjadi cikal bakal dari nama perang saudara antara kedua wangsa ini, yakni Perang Mawar (nama ini baru diciptakan pada abad ke-19).
Lencana Mawar Putih York.
Lencana Matahari York.
Lencana Mawar dan Matahari York (Rose en Soleil).
Lencana Singa Putih Mortimer milik Raja Edward IV.
Lencana Alap-Alap dan Belenggu Kuda milik Raja Edward IV.
Lencana Banteng Hitam Clarence milik Raja Edward IV.
Lencana Celeng Putih milik Raja Richard III (Loyaulte Me Lie).
^ abcdEdward sempat dilengserkan untuk jangka waktu yang singkat oleh Henry VI. Lundy, Darryl. "thePeerage.com - Person Page 10164". Diakses tanggal 25 Oktober 2007.
^ abEdward V dilengserkan oleh Richard III, yang merebut takhta dengan alasan bahwa Edward adalah anak luar nikah. "EDWARD V - Archontology.org". Diakses tanggal 25 Oktober 2007.