Xaverius Dotulong
Tololiu Hermanus Willem Dotulong, yang dikenal sebagai Groot-Majoor Dotulong atau Xaverius Dotulong, lahir pada 12 Januari 1795 di Kema, Minahasa, Sulawesi Utara. Ia tumbuh di tengah keluarga pemimpin tradisional Minahasa yang memiliki pengaruh besar di wilayah tersebut. Dotulong dikenal sebagai pemimpin pasukan tulungan yang berjasa dalam menangkap pangeran diponegoro [1] Pemimpin Pasukan TulunganNama Dotulong mencuat saat ia dipercaya memimpin Pasukan Tulungan, satuan militer Minahasa yang dibentuk oleh pemerintah Hindia Belanda. Pasukan ini bertugas membantu Belanda dalam Perang Jawa (1825-1830) melawan Pangeran Diponegoro.[2] Di medan perang, Dotulong menunjukkan keberanian dan kecerdasannya dalam strategi militer, membuatnya dihormati oleh kawan maupun lawan. Menariknya, Pangeran Diponegoro sendiri disebut hanya bersedia menyerah kepada Pasukan Tulungan Minahasa, bukan kepada pasukan Belanda lainnya. Beberapa versi cerita bahkan menyebutkan bahwa Dotulong-lah yang secara langsung menangkap dan menyerahkan Diponegoro kepada panglima Belanda. Keberhasilan besar ini memperkuat posisi Dotulong sebagai sosok penting dalam sejarah perang dan hubungan kolonial Belanda dengan Minahasa. Karier SipilSetelah Perang Jawa berakhir, Dotulong tidak pulang dengan tangan kosong. Ia dianugerahi gelar “Majoor” oleh pemerintah kolonial Belanda, sebuah gelar kehormatan yang hanya diberikan kepada para pemimpin walak (distrik) di Minahasa. Tak hanya itu, ia juga diangkat menjadi Kepala Distrik Sonder pada tahun-tahun berikutnya. Sebagai kepala distrik, ia memainkan peran sentral dalam mengelola pemerintahan dan mengawasi perkembangan sosial dan ekonomi wilayahnya. Dotulong dianggap sebagai simbol keberhasilan orang Minahasa dalam sistem kolonial. Di masa itu, kepala-kepala distrik dari kalangan elit Minahasa mendapatkan keistimewaan tertentu, termasuk penggunaan gelar tituler “Mayor” yang menandakan status sosial tinggi. Posisi ini diwariskan kepada keturunannya, yang juga mendapatkan peran penting dalam pemerintahan distrik. Akhir HayatTololiu H.W. Dotulong pensiun pada tahun 1861 dan menghabiskan masa tuanya di Sonder. Ia meninggal dunia pada 18 November 1888. Makamnya menjadi simbol penting dalam sejarah Minahasa dan hingga kini tetap dihormati oleh masyarakat setempat. Namanya dikenang sebagai pejuang, pemimpin, dan simbol kebanggaan di Minahasa. Peran besarnya dalam Perang Jawa serta posisinya sebagai kepala distrik mengukuhkan namanya dalam sejarah Indonesia.
Pranala luar
|