Batalyon Infanteri 515
Batalyon Infanteri 515/Ugra Tapa Yudha (sebelumnya bernama Yonif 515/Ugra Tapa Yudha) adalah Batalyon Infanteri Raider yang berada di bawah komando Brigif Raider 9/Dharaka Yudha, Divisi Infanteri 2/Kostrad. Sebelumnya, batalyon ini merupakan satuan organik Kodam VIII/Brawijaya, sebelum akhirnya berdasarkan surat perintah Pangdam VIII/Brawijaya Nomor: Sprin/416/III/1978 Batalyon Infanteri 515 diubah statusnya menjadi satuan Kostrad. Tak kurang 138 prajurit gugur di berbagai medan tugas sejak tahun 1945 sampai sekarang. Markas Batalyon saat ini berkedudukan di Desa Pakistaji, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur. Pembentukan RaiderLatihan raider Batalyon Infanteri 515/9/2 Kostrad secara resmi dibuka oleh Panglima Divisi Infanteri 2/Kostrad Mayjen TNI Bambang Haryanto, S.Sos., M.M Pada 8 Agustus 2015 di lapangan Sidodadi, Kabupaten Malang.[1] Dan Pada tanggal 30 Oktober 2015, seluruh prajurit Yonif 515/Ugra Tapa Yudha telah menyelesaikan latihan Raider di Pantai Tamban, Malang selama 3 bulan, sehingga "Yonif 515/Ugra Tapa Yudha" berhak menyandang nama "Yonif Raider 515/Ugra Tapa Yudha".[2] SejarahCikal bakal Batalyon ini telah ada sejak zaman kemerdekaan. Diawali dengan terbentuknya Badan Keamanan Rakyat di wilayah Probolinggo, yang anggotanya terdiri atas: PETA, Keigun, Pemuda Pelajar dan Pemuda Pejuang di bawah pimpinan Letkol Soedarsono pada 29 Agustus 1945. Pada Tanggal 5 Oktober 1945 BKR yang berkedudukan di Probolinggo berubah nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Selanjutnya TKR yang berkedudukan di Probolinggo berganti nama menjadi Yon 4/TKR Resimen II Divisi 8 kekuatan 4 Kompi, dipimpin oleh Komandan Batalyon Mayor H. Katamsi, sedangkan Letkol Soedarsono menjadi Komandan Resimen II. Beberapa waktu kemudian, Komandan Batalyon 4 Mayor H. Katamsi diganti oleh Mayor Sunaryo. Tanggal 10 Oktober 1946 Batalyon 4 diubah namanya menjadi Batalyon 138/Macan Kumbang Divisi 8, dengan Komandan Batalyon Kapten Abdul Syarif. Dalam rangka mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Batalyon 138/Macan Kumbang mengirimkan Pasukan ke Front Trawas, Prigen, Surabaya, Wonocolo, Pagerwojo dan Prangsang Tombak untuk merebut kembali Kota Surabaya yang telah diduduki Belanda. Selain itu Yon 138/Macan Kumbang selalu mengadakan taktik-taktik gerilya untuk mempertahankan kota Probolinggo secara mati matian dari serangan Belanda. Walaupun putra-putra Yon 138/Macan Kumbang, telah mengadakan perlawanan secara gigih dan mati-matian tetapi kota Probolinggo tidak dapat di pertahankan, dan jatuh ketangan Belanda pada tanggal 12 Juli 1947. Setelah Kota Probolinggo jatuh ke tangan Belanda Yon 138/Macan Kumbang meninggalkan kota tersebut dengan tujuan untuk melanjutkan perjuangan dengan menggunakan taktik-taktik gerilya didaerah: Pelas, Sukopuro, Gending, Kraksaan, Paiton dan Wonoasih sebagai basis gerakan. Semboyan 138/Macan Kumbang pada waktu itu adalah "Rawe Rawe Rantas Malang Malang Putung" dan "Patah Tumbuh Hilang Berganti" yang artinya serangan–serangan Yon 138/Macan Kumbang silih berganti datangnya, sehingga pasukan Belanda menjadi kacau balao, tetapi sebaliknya tidak sedikit putra-putra Yon 138/Macan Kumbang yang gugur sebagai kusuma bangsa demi mempertahankan keutuhan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, kemudian dimakamkan di Probolinggo (sekarang menjadi TMP Probolinggo).6. Akibat Perjanjian Renville, Februari 1948 Gerilya-Gerilya TNI menghancurkan Kota Probolinggo, sehingga Yon 138/ Macan Kumbang dengan kebesaran jiwanya meninggalkan Kota Probolinggo menuju Ampel Gading, Petung Ombo dan Malang dengan kekuatan Personel 1 Kompi di bawah Pimpinan Kapten Abdul Syarif. Hari JadiPada tanggal 19 Desember 1948, Belanda melanggar Perjanjian Renville, sehingga 21 Desember 1948, dengan kekuatan yang ada Yon 138/Macan Kumbang di bawah pimpinan Kapten Abdul Syarif segera bergerak kembali dari daerah hijrahnya untuk menyusup ke kota Probolinggo guna mengadakan serangan balasan. Namun Yon 138/Macan Kumbang dinyatakan bubar. Setelah Perundingan KMB, atas perintah Komandan Brigade 4 Divisi 1 semua tenaga bersenjata yang berada di Probolinggo disusun menjadi 1 batalyon dengan kekuatan 4 Kompi. Pada tanggal 12 Desember 1949 batalyon tersebut diresmikan menjadi Batalyon 105/Macan Kumbang dengan Komandan Batalyon Infanteri Kapten Abdul Syarif. Penyerahan kedaulatan terjadi pada tanggal 27 Desember 1949, bersama dengan itu Batalyon 105/Macan Kumbang diubah namanya menjadi Batalyon 134, dan akhirnya menjadi Batalyon Infanteri 515/Ugratapa Yudha. Hari ulang tahun Batalyon berpedoman pada akhir jadinya Yon 105, yaitu pada tanggal 12 Desember 1949. Adapun Sesanti/Tunggul Batalyon "Ugra Tapa Yudha", yang melambangkan waspada dalam pertempuran dan berani dalam kebenaran. Masuk Jajaran KostradYonif 515/Ugra Tapa Yudha masuk organik Kostrad berdasarkan surat perintah Pangdam VIII/Brawijaya Nomor: Sprin/416/III/1978. Dislokasi SatuanMarkas Batalyon saat ini berkedudukan di Tanggul, Jember, Jawa Timur. setelah sebelumnya berpindah pindah. Pada awal terbentuk :
Yonif Raider 515/Kostrad Mulai dipindah di Kabupaten Banyuwangi tepatnya berada di Desa. Pakistaji, Kec. Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur.[3] pada tahun 2023 dimana kompi yg pertama pindah adalah Kompi Senapan A kemudian disusul oleh Kompi Senapan B dipimpin oleh Lettu Inf Amran Saleh Ramadha S.T.Han sebagai pejabat definitif Danki pertama yang berada di Banyuwangi.[4] Tugas & Operasi
Satgas Tinombala – Tim Alfa 29Tim Alfa 29 Yonif Raider 515/Ugra Tapa Yudha dibawah pimpinan Sersan Dua Firman W (Danru 2/III/A) Batalyon Infanteri Raider 515 Kostrad berhasil menembak mati Santoso, pimpinan Kelompok Teroris Santoso di wilayah Pegunungan Poso Pesisir, Sulawesi Tengah pada tanggal 19 Juli 2016.[6] Tim Alfa 29 terdiri dari sembilan prajurit Kostrad, diantaranya 2 orang berpangkat Prajurit Kepala dan 6 orang berpangkat Prajurit Satu. Komandan Yonif Raider 515 Ugra Tapa Yudha Dari Masa Ke Masa
Referensi
Pranala luar
|