Pandemi Covid-19 di Nepal
Pandemi koronavirus di Nepal pertama kali dikonfirmasi pada tanggal pada 24 Januari 2020 di Kathmandu. Pasien menunjukkan gejala ringan dan telah dipulangkan seminggu sebelumnya dengan instruksi untuk melakukan karantina sendiri di rumah; dia kemudian dikonfirmasi telah sepenuhnya pulih. Antara Januari dan Maret, Nepal mengambil langkah-langkah untuk mencegah merebaknya wabah penyakit ini, sambil mempersiapkannya dengan pengadaan pasokan, peralatan, dan obat-obatan yang penting, meningkatkan infrastruktur kesehatan, melatih tenaga medis, dan menyebarkan kesadaran masyarakat. Kasus kedua dikonfirmasi pada 23 Maret 2020 di Kathmandu. Pada 7 Mei 2020, 99 kasus tambahan telah dikonfirmasi; mempengaruhi 15 Kabupaten di enam Provinsi. Kasus penularan lokal pertama dikonfirmasi pada 4 April di Kailali. Sembilan belas pasien telah dipastikan pulih. Karantina wilayah di seluruh negara mulai berlaku pada 24 Maret, dan dijadwalkan berakhir pada 18 Mei.[2] Nepal mendirikan meja kesehatan di bandara internasional dan juga di pos pemeriksaan perbatasan dengan India, mulai pertengahan Januari. Perbatasan darat dengan India dan Tiongkok kemudian ditutup sepenuhnya, dan semua penerbangan internasional ditangguhkan. Semua ujian akademik dibatalkan, dan sekolah serta perguruan tinggi ditutup. Pusat karantina dan rumah sakit sementara sedang disiapkan di seluruh negeri. Fasilitas laboratorium sedang ditingkatkan dan diperluas. Rumah sakit telah menyiapkan unit ICU dan tempat tidur isolasi. Negara-negara SAARC telah berjanji untuk bekerja sama dalam mengendalikan penyakit di wilayah tersebut. India, Amerika Serikat dan Jerman telah meningkatkan dukungan mereka terhadap sektor kesehatan Nepal.[3] Nepal membatalkan kegiatan promosi internasionalnya yang berkaitan dengan Visit Nepal Year 2020. Ekonominya diperkirakan akan sangat terpengaruh oleh pandemi ini karena dampaknya terhadap lapangan kerja asing, pariwisata, manufaktur, konstruksi dan perdagangan. Ada lebih banyak kasus di antara orang Nepal di luar negeri daripada di dalam negeri, dengan 2.000 kasus yang dikonfirmasi secara global, dan puluhan kematian.[4] Referensi
|