Pemilihan umum Presiden Indonesia di Bali 2024
Pemilihan umum Presiden Indonesia di Bali 2024 berlangsung pada tanggal 14 Februari dan merupakan bagian dari pemilu presiden Indonesia yang diadakan secara serentak di 38 provinsi. Di Bali pada tahun 2024, terdapat 12.809 tempat pemungutan suara serta 3.269.516 orang yang masuk ke dalam daftar pemilih tetap. Pemilihan presiden dan wakil presiden Indonesia 2024 diikuti oleh 3 pasangan kandidat. Adapun ketiga pasangan kandidat yakni nomor urut 1 dengan calon presiden Anies Baswedan dan calon wakil presiden Muhaimin Iskandar. Nomor urut 2, dengan calon presiden Prabowo Subianto dan calon wakil presiden Gibran Rakabuming. Dan nomor urut 3 dengan calon presiden Ganjar Pranowo dan calon wakil presiden Mahfud MD. Penetapan nomor urut diadakan pada 14 November 2023, di kantor Komisi Pemilihan Umum, Jakarta.[5] Jajak pendapatBerdasarkan data dari Indikator Politik, pasang calon presiden nomor urut satu tidak terlalu mendapatkan suara, tingkat kepercayaan masyarakat cenderung tidak berubah banyak, kemudian untuk calon dari nomor urut dua mengalami peningkatan karena berhasil menggaet pemilih yang belum menentukan pilihannya, sedangkan calon nomor urut tiga mengalami penurunan kepercayaan di masyarakat. Berikut merupakan jajak pendapat dari responden untuk pasangan calon di Bali.
KampanyePasangan 01Pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut satu Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar dijadwalkan kampanye terbuka di Bali tanggal 18 Januari 2024, namun dibatalkan dikarenakan tim pemenangan lebih memilih berkampanye di Jakarta dengan jumlah pemilih yang lebih besar.[7] Pada akhirnya kampanye pasangan ini diwakili oleh Muhaimin Iskandar pada tanggal 26 Januari 2024, kampanye di Bali dilaksanakan 2 tempat yakni Badung dan Buleleng, pada kesempatan lainnya pria yang panggil Cak Imin itu menyempatkan bertemu raja-raja puri yang ada di Bali di Puri Anom Tabanan,[8] dalam kampanyenya Muhaimin Iskandar sempat menyampaikan pesan terutama tuduhan tentang Anies Baswedan yang dianggap tokoh intoleransi.[b] Untuk pasangan ini tim pemenangan Bali yang dipimpin oleh Ahmad Baraas menargetkan perolehan satu juta suara atau peringkat dua untuk daerah pemilihan Bali.[10] Pasangan 02Pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2 melakukan kampanye dua kali di Bali, pasangan tersebut diwakili oleh calon wakil presiden Gibran Rakabuming, waktu kampanye pertama tanggal 9 Januari 2024 tersebut dilakukan di dua tempat yakni Bali Selatan tepatnya Denpasar dan Bali Utara tepatnya di Buleleng, kampanye perdana Gibran disambut oleh spanduk sindiran terkait dengan putusan MK yang membuat dirinya bisa maju sebagai calon wakil presiden,[11] pada sesi kampanye tersebut banyak berdiskusi terkait pariwisata, sedangkan saat kampanye di Bali Utara banyak berdiskusi dan menjanjikan pemerataan terutama isu pembangunan Bandara Bali Utara. Pada kampanye kedua tanggal 26 Januari 2024, lebih mengarah ke diskusi dengan penggiat pariwisata dan seni.[12] Ketua tim pemenangan daerah Bali yang dipimpin oleh Made Muliawan Arya menargetkan 50 persen suara sebagai target realistis, mengingat pada pemilu sebelumnya perolehan pasangan yang diusung PDI-P meraup 90 lebih suara di Bali.[13] Pasangan 03Sebelum masa kampanye resmi, diwarnai beberapa kejadian perusakan dan penurunan baliho pasangan calon presiden dan wakil presiden Ganjar Pranowo dan Mahmud MD, namun insiden tersebut tidak mempengaruhi jalannya kampanye.[14] Kampanye pasangan ini diwakili oleh Ganjar Pranowo melalui acara pesta rakyat, yang digelar pada tanggal 20 Januari 2024 berlokasi di lapangan puputan Badung Denpasar. Dalam acara tersebut turut mengundang musisi seperti NDX A.K.A, Tipe-X, Lolot Band, Johny Agung and Double T, Bagus Wirata, dan Dj Mahesa, serta mengundang 115 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).[15] Ketua tim pemenangan I Wayan Koster sendiri optimis pasangan tersebut bisa meraup suara diatas 90 persen seperti periode pemilu presiden sebelumnya, yang diusung oleh PDI-P meraih kemenangan mutlak 90 persen di Bali.[16] PemilihanJumlah daftar pemilih tetap Provinsi Bali sebanyak 3.269.516 orang, dimana terbagi menjadi pemilih perempuan sebanyak 1.652.240 dan laki-laki sebanyak 1.617.276, terdapat 15.986 pemilih dengan disabilitas. Total jumlah pemilih di Bali mewakili 1,6 persen suara nasional.[17][18] Kabupaten Buleleng menjadi daerah dengan jumlah pemilih tetap terbanyak yakni 611.901, dengan jumlah tempat pemungutan suara sebanyak 2.275, kemudian disusul oleh Kota Denpasar dengan 495.896 serta sejumlah 1.887 tempat pemungutan suara, yang ketiga Kabupaten Badung dengan jumlah pemilih 403.326 tersebar di 1.485 tempat pemungutan suara, Kabupaten Gianyar memiliki jumlah pemilih tetap 390.424 dengan jumlah tempat pemungutan suara 1.519, keempat diisi Kabupaten Karangasem dengan jumlah pemilih sebesar 388.854 yang tersebar di 1.677 tempat pemungutan suara, Kabupaten Tabanan menjadi daerah kelima terbanyak dengan jumlah 372.372 pemilih di 1.545 tempat pemungutan suara, Kabupaten Jembrana menjadi ketiga terkecil dengan jumlah 243.797 pemilih tersebar di 898 tempat pemungutan suara, disusul oleh Kabupaten Bangli sejumlah 195.894 pemilih di 802 tempat pemungutan suara, dan paling kecil Kabupaten Klungkung sebanyak 167.052 pemilih yang mencoblos di 649 tempat pemungutan suara.[17][3] Pemilihan presiden dan wakil presiden di Bali tidak mengalami banyak hambatan, sebelum pemilu dilaksanakan KPU Bali telah memusnahkan 6.039 surat suara yang rusak dan berlebih,[19] kemudian terdapat pemungutan suara ulang di lima tempat pemungutan suara dengan sebaran empat di Buleleng dan satu di Gianyar, untuk pemilihan DPRD pada empat tempat karena insiden surat suara DPRD yang tertukar seluruhnya berada di Buleleng yakni di Desa Pedawa dan Temukus, sedangkan dua tempat melakukan pemilihan ulang presiden dan wakilnya masing-masing satu tempat di Temukus, Buleleng dan Pering, Gianyar dikarenakan terdapat kelalaian petugas yang mengizinkan pemilih dari luar provinsi memilih tanpa surat pindah memilih.[20][21] Selanjutnya terdapat beberapa pemilih luar yang tidak mengurus surat pindah memilih sehingga tidak bisa menggunakan hak pilihnya secara penuh di Bali.[22] Pada proses penghitungan suara terdapat 20 petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang jatuh sakit serta dua orang petugas Linmas Panitia Pemungutan Suara (PPS) yang meninggal dunia.[23] Pemilihan umum di Bali dikunjungi oleh delapan belas negara delegasi dalam program 2024 Election Visit Program (EVP), dalam kunjungannya para peserta mengapresiasi metode pemilu di Indonesia yang masih menggunakan metode lama, kunjungan tersebut dilaksanakan di tiga tempat yakni Penglipuran, Denpasar dan dekat GWK, selain itu kunjungan tersebut menjadi ajang promosi wisata kepada delegasi yang hadir.[24][25] HasilMeskipun hasil hitung cepat dari 2 lembaga yakni PRC dan Charta Politika menunjukkan sisi pemilihan legislatif didominasi oleh partai PDI-P, pada hitung cepat pemilihan eksekutif menunjukkan bahwa terjadi perubahan arus dimana calon presiden dan wakil presiden yang diusung oleh partai PDI-P tidak mampu menang mutlak seperti pemilihan presiden sebelumnya.[26] Hasil hitung cepat Pada proses penghitungan suara pada tingkat kecamatan sempat dihentikan, dikarenakan terdapat kesalahan sistem KPU, sehingga data yang masuk tidak sesuai dengan formulir, untuk menanggulangi hal tersebut dilakukan penghentian sementara guna memperbaiki dan memverifikasi data yang sudah masuk.[21]
Berdasarkan Kabupaten dan KotaBerikut adalah hasil resmi perolehan suara yang bersumber dari situs KPU Republik Indonesia, berdasarkan Kabupaten/Kota di Bali:
TanggapanTim pemenangan calon nomor urut satu Ahmad Baraas menanggapi hasil hitung cepat bahwasanya perhitungan tersebut meleset dari target yang ditetapkan, menurutnya terdapat dua hal besar penyebab perolehan tidak maksimal yakni saksi tidak disiplin dan pemilih kehilangan hak suara, beliau pun menargetkan perolehan suara bisa diatas 10%.[30] Tim pemenangan pasangan calon nomor urut tiga I Wayan Koster menanggapi hasil hitung cepat, beliau mengatakan bahwa hasil hitung cepat merupakan ujian dan pembelajaran untuk tim pemenangannya, namun ia masih menunggu hasil resmi dari KPU, hasil hitung cepat sendiri sangat meleset dari target yang ditetapkan tim yang pada awalnya menargetkan 95% kemudian menjadi 80%, namun pada hasil hitung cepat malah menempatkan pasangan nomor urut dua menggungguli pasangan nomor urut tiga.[31] Menurut sekertaris tim pemenangan I Gusti Ngurah Kesuma Kelakan menyatakan bahwa hasil hitung cepat di Bali dan Jawa Tengah merupakan anomali, perlu di analisa oleh para ahli, menurutnya timnya sudah berjuang mengkampanyekan pasangan calon nomor urut tiga sampai ke akar rumput. Namun dirinya bingung karena mereka kalah dari cara kampanye yang hanya mengandalkan pesta rakyat.[32] Terdapat surat instruksi dari PDI-P untuk menangguhkan pelantikan calon legislatif yang terpilih pada pemilu ini, jika perolehan suaranya melebihi perolehan calon presiden yang diusung.[33] Disisi lain target yang ditetapkan oleh tim kampanye Prabowo - Gibran sebesar 40 persen dikarenakan Bali terkenal sebagai kandang banteng, namun hasil hitung cepatnya melebihi harapan, ketua tim relawan pemenangan Prabowo-Gibran Dewa Nyoman Sukrawan menyatakan terima kasih kepada rakyat Bali dan beliau berpesan untuk tetap menjaga kerukunan seusai pemilu, kemudian dikutip dari Nusa.com bahwasanya timnya akan mengingatkan Prabowo-Gibran untuk merealisasikan janji kampanyenya selama di Bali, seperti makan siang gratis, susu gratis, pembangunan Bandara Bali Utara hingga Jalan Tol Denpasar Gilimanuk.[32] Menurut pakar senior dari Badan Riset dan Inovasi Nasional Siti Zuhro, efek ekor jas (coattail effect) tidak berlaku di Bali, menurutnya pemilih lebih cenderung memilih figur, partai hanya sebagai pengaman kemenangan. Pemilih di Bali menurut pakar sebelumnya merupakan pemilih berdasarkan partai, namun Siti menyakini bahwa sejatinya pemilih di Bali memilih figur terlihat dari hasil dimana kemenangan PDI-P pada pemilihan legislatif tidak berbanding lurus dengan hasil pemilihan presiden atau tidak sesuai dengan teori efek ekor jas, partai hanya menjadi pelengkap kemenangan saja, namun beliau juga menyakini ada faktor lain seperti banyaknya pelanggaran dalam proses pemilu menyebabkan terjadinya perubahan pilihan oleh masyarakat.[34] Catatan
Referensi
Pranala luar
|