Stephen Tong
Pdt. Dr. (H.C.) Stephen Tong Tjong Eng (Hanzi: 唐崇榮; Pinyin: Táng Chóngróng, lahir 22 Maret 1940) adalah seorang pendeta, penginjil, dan musikus Kristen Tionghoa-Indonesia. Ia adalah salah satu tokoh teologi Reformed yang terkemuka di dunia. Ia menggembalakan Gereja Reformed Injili Indonesia yang berpusat di Katedral Mesias, Kemayoran, Jakarta Pusat. Ia sering berkhotbah dan mengadakan seminar-seminar di seluruh dunia secara teratur setiap tahunnya. Selain itu, ia adalah pendiri sekaligus presiden dari Stephen Tong Evangelistic Ministries International (STEMI) dan anggota Konsultan Internasional dari Lausanne Committee of World Evangelization. Selain seorang pendeta dan penginjil, ia juga adalah seorang komposer, konduktor, seniman, dan arsitek. Ia dikenal sebagai pengkritik keras gerakan Karismatik, gerakan zaman baru, Postmodernisme, seni kontemporer, psikologi, budaya Barat, budaya Timur, filsafat, dan teologi kemakmuran. Sebagai pendeta, ia memiliki pengetahuan luas di bidang seni, musik, filsafat, sejarah, dan arsitektur. Ia telah menulis banyak lagu gereja, menulis banyak buku rohani dan merancang beberapa bangunan gereja.[1] Latar belakangStephen Tong lahir pada 1940 di Xiamen, provinsi Fujian, Tiongkok.[2] Ayahnya, Tong Pai Hu, adalah seorang pebisnis yang terpandang di Tiongkok.[3] Ibunya adalah Tan Tjien Nio (Dorcas Tanjowati).[4] Orang tuanya memiliki total 10 anak (2 meninggal), tujuh anak laki-laki: Tony (Tong Tjong-Po), John (Tong Tjong-Tjoe), Peter (Tong Tjong-Ping), Caleb (Tong Tjong-Ming), Solomon (Tong Tjong-An), ia sendiri, Joseph (Tong Tjong-Hway), dan seorang anak perempuan, Mary (Tong Tjong Hwa). Lima di antara 10 bersaudara, termasuk Stephen, menjadi pendeta di kemudian hari. Pada usia tiga tahun, ayahnya meninggal dunia, dan kekayaan keluarganya mulai terkikis selama pendudukan Jepang.[5] Ibunya sendirian dalam membesarkannya dan saudara-saudaranya.[6] Pada tahun 1949, ketika ia berusia 9 tahun, keluarganya bermigrasi ke Surabaya, Indonesia, untuk mencari tempat hidup yang lebih baik selama Revolusi Komunis Tiongkok.[5] Ia menyelesaikan pendidikan dasar di SD Min Guang dan lulus dari SMA Chung Hwa (中華高中學) pada tahun 1958. Meskipun ia belum lulus, ia telah mengajar sebagai asisten atau guru formal dari tahun 1957 hingga 1960 di Sekolah Zhong Guo Nui Xue dan Sekolah Malam Yi Xing.[2] Pada usia 12 tahun, ia menyatakan tekad untuk mengabdi pada Kristus setelah mengikuti KKR selama 8 malam yang diselenggarakan oleh Dr. Andrew Gih selama 15 malam di KKR di GPIB Immanuel, di Jl. Bubutan, Surabaya. Namun, saat ia berusia 15 tahun, ia memiliki keyakinan yang kuat terhadap komunisme, yang ia sebut sebagai materialisme dialektis Karl Marx. Dia percaya kepada teori evolusi Charles Darwin dan memiliki kebencian yang mendalam terhadap Kekristenan.[7] Meskipun begitu, ia tetap menghargai ibunya yang memiliki kehidupan rohani yang saleh, yang mendoakan ia dan saudara-saudaranya.[8] Di tahun 1957, ibunya meminta dirinya untuk mengikuti retret pemuda yang diadakan oleh Madrasah Alkitab Asia Tenggara (sekarang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, SAAT) di Malang. Pada hari terakhir retret, tanggal 9 Januari, Dr. Andrew Gih mengadakan sebuah KKR, di mana ia menjadi seorang Kristen dan menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan.[9] Ia mulai memberitakan Injil dan mengajar anak-anak kecil di sekolah-sekolah Kristen. Dan, pada tahun 1960, ia masuk ke SAAT.[10] PendidikanStephen Tong memperoleh gelar Bachelor of Theology (B.Th.) dari Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) di Malang, Indonesia, di mana ia kemudian melayani sebagai dosen selama 25 tahun. Pada tahun 1985, Stephen Tong dianugerahi gelar doktor kehormatan dalam kepemimpinan dalam penginjilan Kristen / Doctor of Leadership in Christian Evangelism (D.L.C.E.) dari La Madrid International Academy of Leadership di Manila, Filipina. Pada bulan Mei 2008, ia menerima gelar kehormatan Doctor of Divinity (D.D.) dari Westminster Theological Seminary, Philadelphia, USA.[11] PelayananStephen Tong selama 25 tahun mengajar teologi dan filsafat di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. Saat itu, ia juga melayani sebagai penginjil tetap di THKTKH (Min Nan: Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee [中华基督教会]); (bahasa Indonesia: Gereja Kristen Tionghoa, sekarang GKT (Gereja Kristus Tuhan)) di Jl. Samudra, Surabaya. Ia melayani GKT jemaat Fuchow Kuoyu (yang kemudian akan memisahkan diri dari sinode GKT, menjadi GKA Gloria). Setiap minggunya, ia melakukan perjalanan antara Malang dan Surabaya dari 1964 hingga 1979.[12] Pada saat itu, ia sudah memimpin kebaktian kebangunan rohani (KKR) di berbagai kota di Indonesia. Sejak 1969, ia menerima undangan untuk memimpin KKR di berbagai negara, termasuk Amerika, Australia, Jepang, Hong Kong, Taiwan, Thailand, Vietnam, Filipina, Malaysia, Singapura, negara-negara di Eropa, dan sebagainya, khususnya bagi pendengar Tionghoa atau Indonesia. Sejak 1974, ia mulai mengadakan seminar untuk memberikan pengajaran doktrinal bagi gereja-gereja.[2] Pada tahun 1978, ia bersama Jahja Ling mendirikan Stephen Tong Evangelistic Ministries International (STEMI).[2] Pada tahun 1982, ia ditahbiskan menjadi pendeta. Ia pernah melayani di Gereja Kristus Tuhan (GKT) dan Gereja Kristen Abdiel (GKA). Ia menyampaikan khotbah dalam bahasa Indonesia, Mandarin, Hokkien, dan Inggris.[13] Seminar-seminarnya diadakan di berbagai kota di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya. Sejak itu, ia juga diundang untuk menjadi dosen tamu di bidang teologi dan menyampaikan khotbah di berbagai universitas ternama seperti China Graduate School of Theology (Hong Kong), China Evangelical Seminary (Taiwan), Trinity Theological College (Singapura), Regent College (Kanada), dan universitas-universitas di Amerika Serikat, termasuk: Westminster Theological Seminary, Harvard, MIT, Columbia University, UC Berkeley, Yale, Stanford, University of Maryland, dan Cornell University.[2] Sejak ia mendirikan Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) pada tahun 1989, pelayanannya diperluas ke kota-kota besar di Indonesia seperti Surabaya, Medan, Malang, Bandung, khususnya saat momen Natal dan Paskah.[14][15] Untuk menjaga hubungan dengan kota-kota di luar Jakarta, ia mendirikan kantor cabang STEMI di setiap daerah. Ia juga menambahkan kantor di Amerika Serikat dan Uni Eropa.[16] Sejak tahun 2000, ia melakukan perjalanan setiap minggu ke sekitar 5 negara (Indonesia, Singapura, Malaysia, Hong Kong, Taiwan) untuk melayani sekitar 6000 pendengar.[2] Gerakan Reformed InjiliTong mengamati bahwa banyak gereja telah dipengaruhi oleh filsafat duniawi, dan gereja yang setia pada ajaran Alkitab yang asli sangat jarang. Pada tahun 1984, ia memulai Gerakan Reformed Injili dengan tujuan menjawab tantangan dari gerakan Kharismatik dan juga Liberalisme.[17] Tong mengadakan seminar-seminar teologi seperti Seminar Pembinaan Iman Kristen (SPIK) untuk memperkenalkan teologi Reformed kepada orang-orang di Jakarta. Seminar pertamanya, "Iman dan Agama", dihadiri oleh sekitar 1.200 perserta, dan seminar-seminar berikutnya dihadiri oleh masing-masing 1.800 peserta, 2.600 peserta, 3.200 peserta, dan 3.600 peserta.[18] Ia kemudian mengadaptasi seminar-seminar tersebut menjadi buku-buku dan multimedia.[19] Seminar-seminar SPIK menjadi awal bagi Lembaga Reformed Injili Indonesia (LRII), yayasan yang ia dirikan bersama Pdt. Caleb Tong dan Pdt. Yakub Susabda pada tahun 1986.[20] Pada tahun 1986, Tong mendirikan Sekolah Teologi Reformed Injili (STRI) untuk orang awam di Surabaya. Pada tahun 1987, ia memulai sekolah teologi serupa di Jakarta, pada tahun 1988 di Malang, dan pada tahun 1989 di Palembang, Bandung, Semarang, Solo, dan Yogyakarta.[18] Pada tahun 1988, Tong mendirikan Penerbit Momentum yang mengisi kebutuhan akan adanya buku-buku Kristen yang berteologi Reformed dalam bahasa Indonesia. Pada tahun 1989, Toko Buku Momentum didirikan pertama kali di Surabaya yang terbeban melihat kebutuhan akan adanya literatur Kristen yang baik dan bisa menunjang pertumbuhan iman orang percaya. Saat ini Outlet Momentum berkembang di berbagai kota-kota di Indonesia berupa Jakarta, Surabaya, Malang, Yogyakarta, Batam dan lain-lain.[21] Pada tahun 1989, Tong mendirikan Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) untuk menegakkan gereja yang "berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositori, dan jemaat yang berkomitmen mengabarkan Injil".[17] Saat ini, ia menggembalakan GRII Pusat yang berada di Kemayoran, Jakarta Pusat. Ia secara pribadi merancang Katedral Mesias, yang proposalnya membutuhkan waktu 15 tahun untuk disetujui.[22] Pada tahun 1996, Tong mendirikan sebuah seminari untuk gerejanya, Institut Reformed, di Jakarta. Institut Reformed kemudian berganti nama menjadi Sekolah Tinggi Teologi Reformed Injili Internasional (STTRII). Pada tahun 2008, STTRII dipindahkan ke Reformed Millennium Center Indonesia (RMCI) di Jakarta. STTRII telah menandatangani MoU dengan Westminster Theological Seminary (2011), Theologische Universiteit Kampen (2014), dan Theologische Universiteit Apeldoorn (2017).[23] Ia juga mendirikan Reformed Institute for Christianity and 21st Century di Washington D.C., Amerika Serikat.[24] Pada tahun 2006, Tong dan Pdt Benyamin F Intan mendirikan lembaga Pusat Pengkajian Reformed untuk Agama dan Masyarakat (bahasa Inggris: Reformed Center for Religion and Society, RCRS); tujuannya adalah untuk memajukan mandat budaya.[25] RCRS telah mengadakan seminar-seminar dengan berbagai pembicara, yang meliputi mantan presiden Abdurrahman Wahid, pakar hukum J.E. Sahetapy, tokoh Kristen S.A.E. Nababan, mantan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, budayawan Franz Magnis-Suseno, menteri Muhammad A.S. Hikam dan Luhut B. Pandjaitan.[26] Pada tahun 2008, Tong menjalankan mandat budaya bidang pendidikan dasar melalui Sekolah Kristen Calvin (SKC), di Reformed Millennium Center Indonesia (RMCI), Jakarta Pusat. Pada tahun 2023, SKC dipindahkan ke gedung sekolah SKC di Sunter, Jakarta Utara.[27] Pada tahun yang sama, Tong mendirikan mandat budaya bidang musik melalui orkestra Jakarta Simfonia Orchestra (JSO) Pada bulan Oktober 2009 Aula Simfonia Jakarta yang baru selesai dibangun di RMCI, Kemayoran didedikasikan untuk Tuhan dan seluruh pecinta musik klasik Indonesia. Pada tahun yang sama, Tong juga menjalankan mandat budaya pada bidang seni melalui Galeria Sophilia di RMCI. Pada tahun 2018, Tong menjalankan mandat budaya bidang pendidikan perguruan tinggi melalui Calvin Insitute of Technology (CIT), di Reformed Millennium Center Indonesia (RMCI), Jakarta Pusat. Pada tahun 2023, mahasiswa angkatan pertama CIT telah dinyatakan lulus setelah menuntut ilmu selama empat tahun perkuliahan. Pada tahun 2026/2027, CIT direncanakan untuk dipindahkan ke gedung kampus CIT di BSD.[28] Pada tahun 2019, Tong mulai menjalankan mandat budaya bidang musik di lapangan umum melalui acara Konser Akbar Monas yang didukung oleh Aula Simfonia Jakarta dan dipentaskan oleh Jakarta Simfonia Orchestra dan Jakarta Oratorio Society. Konser Akbar Monas ini juga menjadikan Jakarta sebagai tuan rumah musik klasik. Konser Akbar Monas dijalankan setiap tahun sekali dengan setia di lapangan Monas. Institusi lainPada tahun 1991, Lembaga Reformed Injili Indonesia (LRII) mendirikan sebuah seminari yang kemudian bernama Sekolah Tinggi Teologi Reformed Indonesia (STTRI). Ia menjabat sebagai rektor pada tahun 1991 hingga 2006, kemudian digantikan oleh Pdt. Yakub Susabda. Pada tahun 2000, Stephen Tong menghadiri pertemuan perdana World Reformed Fellowship, yang bertujuan untuk meresmikan Pengakuan Iman Reformed di Abad ke-21. Pada tahun 2006, mereka membuat pernyataan iman dan menunjuk anggota untuk komisi teologi mereka.[29] Ia bergabung dengan teolog Reformed Gerald Bray, A. T. B. McGowan, Peter Jones, dan Samuel Logan sebagai anggota komisi tersebut.[30] Karier musikSelain sebagai pendeta, Dr. Stephen Tong juga dikenal sebagai seorang konduktor musik. Sejak kecil, ia memiliki sensitivitas yang sangat tinggi terhadap segala bentuk seni, termasuk musik, lukisan, arsitektur, dan seni pahat. Ia mengamati dan mempelajari seni-seni tersebut sejak kecilnya secara otodidak. Ia telah menciptakan musik sejak usia 16 tahun dan memimpin oratorio sejak umur 17. Sejak saat itu, ia telah memimpin oratorio dan musik gerejawi baik di Seminari Alkitab Asia Tenggara maupun gereja-gereja yang ia layani. Ia memecahkan rekor pada 1985 dengan menarik 27.000 pengunjung pada konser di tujuh kota (Malang, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Solo, Bandung, dan Jakarta) untuk memperingati seratus tahun J.S. Bach dan G.F. Handel. Konser tur tersebut menuai banyak pujian dari berbagai kritikus dan pecinta seni. Pada tahun 1986 ia mendirikan Jakarta Oratorio Society yang melakukan penampilan di Jakarta dan di kota-kota besar lainnya di Indonesia, Singapura, Kuala Lumpur, Hong Kong, Taiwan, dan Malaysia. Konser-konser tersebut dihadiri oleh ribuan orang dan mendapatkan sambutan yang positif. Pada bulan Desember 2008, Dr. Stephen Tong kembali membuat rekor dengan menarik 9.000 pengunjung ke pagelaran musik lengkap Messiah oleh Handel di Katedral Mesias. Ini adalah rekor penampilan musik klasik terbesar di Indonesia. Dalam acara tersebut Dr. Stephen Tong memimpin 200 orang lebih anggota koor Jakarta Oratorio Society dan orkestra Jakarta Simfonia Orchestra. Pada bulan Oktober 2009 Aula Simfonia Jakarta yang baru selesai dibangun di kawasan Kemayoran didedikasikan untuk Tuhan dan seluruh pecinta musik klasik Indonesia dengan konser yang dipimpin oleh Dr. Jahja Ling, music director San Diego Symphony, dan Dr. Stephen Tong yang memainkan karya G.F. Handel Organ Concerto in B flat major Op. 4 No. 6 HWV 294 dan F.J. Haydn The Creation Pada bulan September 2019, Dr. Stephen Tong kembali membuat rekor dengan menarik sekitar 20.000 pengunjung ke Konser Akbar Monas. Konser ini merupakan pertama kalinya konser musik klasik di ruangan terbuka di Indonesia. BibliografiBuku-buku yang ditulis oleh Stephen Tong dalam bahasa Indonesia di bawah ini diterbitkan oleh Penerbit Momentum: 1. Seminar Pembinaan Iman Kristen (SPIK)
4. Kebaktian Kebangunan Rohani di berbagai Kota
5. Seri Persekutuan Doa Momentum (PDM)
6. Hard Cover
Lagu Gubahan
CatatanReferensiCatatan kaki
Daftar Pustaka
Pranala luar
|