Stasiun Jakarta Gudang
Stasiun Jakarta Gudang (JAKG) adalah stasiun kereta api kelas besar tipe C yang khusus dipergunakan untuk angkutan barang, terutama peti kemas dan parcel/barang hantaran potongan (BHP), dan terletak di Ancol, Pademangan, Jakarta Utara; termasuk dalam pengelolaan KAI Logistik. Pada setiap musim mudik Lebaran serta Natal-Tahun Baru, stasiun ini menjadi terminus awal pemberangkatan kereta-kereta api yang mengangkut sepeda motor di lintas utara dan tengah Jawa.[3] Meskipun stasiun ini merupakan stasiun besar, stasiun ini tidak memiliki kendali wesel dan persinyalan, sama seperti halnya Stasiun Pidada di Bandar Lampung, karena seluruh wesel dan persinyalan di stasiun ini masih dikendalikan penuh dari Stasiun Kampung Bandan. Sebagai akibatnya, seluruh kereta api barang yang hendak masuk atau berangkat dari stasiun ini diwajibkan berhenti terlebih dahulu di Stasiun Kampung Bandan. KAI Logistik mengoperasikan fasilitas pengangkutan barang yang ada di Stasiun Jakarta Gudang. Untuk mempermudah layanan, Kalog menyediakan los-los pergudangan yang nantinya disewa oleh pihak ketiga (perusahaan jasa ekspedisi pengiriman barang). Selain itu, Kalog juga menyediakan fasilitas antarmoda.[4] SejarahStasiun Jakarta Gudang awalnya bernama Station Heemradenplein, dibangun bersama dengan pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok serta jalur menuju pelabuhan tersebut. Dibangun di atas lahan bekas bengkel untuk pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok. Bangunan tersebut diresmikan 28 Maret 1878, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Johan Wilhelm van Lansberge, sekaligus meresmikan pelabuhan Tanjung Priok, serta menguji coba kereta api Batavia–Priok. Kala itu, titik keberangkatan awalnya bukan di Batavia NIS, melainkan di Heemradenplein.[5] Alasan yang menyebabkan pembangunan stasiun ini adalah karena tanah tempat Heemradenplein dan Stasiun Batavia berdiri merupakan tanah milik dua pihak berbeda: Stasiun Batavia dimiliki oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) yang merupakan perusahaan swasta, sedangkan Heemradenplein berstatus tanah negara. Pemerintah Kolonial bermaksud menugasi perusahaan swasta untuk mengoperasikan kereta api di jalur Priok, dengan catatan, sekaligus mengoperasikan pelabuhan. Semula, NIS menyatakan bahwa mereka tidak berminat untuk mengeksploitasi Priok, sedangkan Bataviasche Oosterspoorweg Maatschappij yang baru berdiri, masih pikir-pikir untuk menjalankan jalur sekaligus pelabuhan tersebut. Tarik ulur antara NIS dan BOS yang tak kunjung selesai membuat Pemerintah Kolonial menugasi Staatsspoorwegen (SS), untuk mengoperasikan jalur tersebut mulai 2 November 1885.[6] Pada 15 Maret 1887, SS mengalihkan pengangkutan penumpang di Heemradenplein ke Stasiun Batavia NIS, dan kemudian menjadikan Heemradenplein sebagai stasiun sekaligus gudang untuk KA barang.[7] Stasiun ini kemudian berkembang menjadi pusat pergudangan terpadu, terlebih setelah SS melakukan penataan Stasiun Batavia Zuid dan Heemradenplein sehingga Batavia Zuid tak lagi melayani KA barang mulai 1 Februari 1922.[8] Layanan kereta apiBerikut ini adalah layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini sesuai Gapeka 2023.[9]
InsidenPada tanggal 21 April 2010, tiga gerbong dari sebuah rangkaian kereta api Antaboga dengan nomor KA 2012 terguling setelah baru saja meninggalkan Stasiun Jakarta Gudang, sekitar pukul 22.50 WIB. Diduga disebabkan rel patah sehingga gerbong nomor 13, 14, dan 15 terguling, sehingga gerbong 13 hingga 20 tidak jadi melanjutkan perjalanan. Sedangkan gerbong nomor 1 hingga 12 sudah bisa diberangkatkan kembali.[10] Referensi
Daftar pustaka
|