Beroperasi (jalur utama) Reaktivasi (jalur percabangan menuju Pelabuhan Tanjung Emas) Tidak beroperasi (Kalibodri–Kendal–Kaliwungu dan Waruduwur–Bedilan)
Jalur kereta api Cirebon–Semarang adalah koridor jalur kereta api aktif yang menghubungkan Stasiun Cirebon dengan Semarang Tawang. Jalur ini merupakan bagian dari segmen jalur kereta api lintas utaraPulau Jawa yang sekarang sudah menjadi jalur ganda. Jalur ini termasuk dalam Daerah Operasi III Cirebon pada segmen Cirebon–Tegal dan Daerah Operasi IV Semarang pada segmen Tegal–Semarang. Jalur ini dibina oleh Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Bandung pada segmen Cirebon–Losari dan Semarang pada segmen Tanjung–Semarang Tawang.[1]
Jalur ini menghubungkan DKI Jakarta serta Jawa Barat dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun, rute utama Bandung–Surabaya adalah jalur selatan Pulau Jawa melalui Yogyakarta. Jalur tersebut termasuk jalur yang pemandangannya paling beragam, mulai dari persawahan, tengah kota, hutan jati, hingga pemandangan tepi laut di petak antara Pekalongan-Semarang.
Pada tahun 1884, diajukan konsesi jalur kereta api Semarang–Cirebon yang diajukan oleh Tuan Ruyl dkk. (besluit tanggal 23 Februari 1884 No. 8). Namun, konsesi ini belum bisa diwujudkan.[2]:40-41 Selama beberapa tahun tanpa kabar, Tuan Ruyl dkk. diberi perpanjangan waktu satu tahun untuk mulai melaksanakan konsesi jalur Semarang–Cirebon. Perpanjangan dilaksanakan 1 Juli 1891, atas desakan Menteri Baron Mackay, yang diminta untuk segera merampungkan permohonan jaminan bunga. Namun akhirnya konsesi ini ditolak setahun kemudian setelah mempertimbangkan hasil konsultasi dengan Menteri Van Dedem. Batalnya konsesi Ruyl (besluit September 1893 No 12), modal jaminan sebesar ƒ250.000 yang sebelumnya disetor kepada Negara batal; dikembalikan kepada pemegang konsesi.[2]:56
Proposal konsesi baru kemdian diajukan oleh Financiëele Maatschappij van Nijverheidsondernemingen, yang disetujui menurut besluit tertanggal Desember 1893 No. 1. serta dibentuk Semarang–Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS). SCS mengambil alih konsesi tersebut dan segera memulai pembangunannya, sehingga dari total panjang jalur 245,5 km, segmen pertama sepanjang 29,7 km ke Kendal selesai dibangun pada tanggal 2 Mei 1897. Pekerjaan dilanjutkan dari kedua sisi (Cirebon dan Semarang). Segmen terakhir yang menghubungkan Pekalongan dan Pemalang (33,8 km), dapat dibuka untuk lalu lintas umum pada tanggal 1 Februari 1899.[2]:56-57
Secara rinci, tanggal pembukaan masing-masing segmen dirinci sebagai berikut:[2](hlm.120-121)
Segmen Semarang West (Pendrikan)–Kaliwungu–Kendal, dibuka 2 Mei 1897
Segmen Kendal–Kalibodri–Weleri, dibuka 1 November 1897
Segmen Weleri–Pekalongan, dibuka 1 Desember 1898
Segmen Pekalongan–Pemalang, dibuka 1 Februari 1899
Segmen Pemalang–Tegal, dibuka 23 Juni 1898
Segmen Tegal–Brebes, dibuka 15 November 1897
Segmen Brebes–Losari, dibuka 8 Mei 1898
Segmen Losari–Ciledug, dibuka 10 Oktober 1897
Segmen Ciledug–Sindanglaut, dibuka 8 Juli 1897
Segmen Sindanglaut–Mundu–Cirebon SCS, dibuka 1 Mei 1897
Menjadi jalur rel berat
Dengan meningkatnya kebutuhan akan pelayanan kereta api di lintas Cirebon–Semarang, SCS mengubah status jalur trem uapnya menjadi jalur kereta api. SCS mengajukan proposal kepada Pemerintah Hindia Belanda, pada tanggal 23 Maret 1909, sehubungan dengan rencana proyek konversi jalur trem uap menjadi kereta api agar kereta api Batavia–Semarang dapat ditempuh dalam satu hari. Namun, proyek ini dimulai pada tahun 1911, sehingga ketika jalur kereta api Cikampek–Cirebon rampung, proyek konversi jalur ini masih belum rampung. Sebagian jalur kereta api ini diganti trasenya agar kereta api yang lebih cepat dan berat dapat melintas, tanpa mengganggu Jalan Raya Pantura. Hal ini memungkinkan jalur lama yang panjangnya 245 km kemudian dipangkas menjadi 222 km saja. Adapun pembangunan jalur pintasan tersebut di antaranya:[3][4][2](hlm.77-78)
Kalibodri–Kaliwungu tanpa via Kendal, dibuka 1 Januari 1914
Segmen Mundu–Losari, dibuka 1 Mei 1915.
Segmen-segmen yang telah eksis sejak 1890-an kelak berubah menjadi lintas cabang, atau bahkan tak lagi digunakan oleh SCS (lihat jalur kereta api Bedilan–Waruduwur dan jalur kereta api Kalibodri–Kendal–Kaliwungu).[5] Pada tanggal 1 November 1914, SCS menjajaki kemitraan dengan Staatsspoorwegen (SS) untuk membuka kereta api Semarang–Batavia pp, sehubungan dengan rampungnya jalur menuju Pelabuhan Cirebon dan penghubung Cirebon SS dengan Cirebon SCS.[6]
Di samping membangun jalur baru, juga melakukan penataan stasiun, dengan rincian sebagai berikut:
Untuk hubungan antara Stasiun Semarang NIS (Tawang) dan Semarang SCS (Poncol) belum dapat dilaksanakan, meskipun jaraknya berdekatan. Hubungan itu baru terwujud pada 4 Januari 1941. Penghubung ini bertujuan untuk mengintegrasikan jalur SCS dengan jalur NIS dan SJS.[9]
Pembangunan jalur ganda
Pembangunan jalur ganda di lintas ini dimulai tahun 2002. Segmen pertamanya adalah segmen Brebes–Tegal yang dibuka 15 Desember 2003.[10] Selanjutnya, proyek ini dilanjutkan lagi pada tahun 2007, dengan dibangunnya jalur Petarukan menuju Pemalang. Proyek ini dianggarkan tahun 2007, diuji coba pada tanggal 30 Oktober 2008[11] serta dilanjut menuju Tegal pada tahun 2009.[12] Pada tanggal 9 September 2009, jalur kereta api Tegal menuju Pekalongan akhirnya diresmikan oleh Presiden RI saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono.[13]
Progres pembangunan jalur ganda dilanjut lagi pada tahun 2012-2013, dengan total pembebasan tanah seluas 1.165.395 meter persegi.[14] Pembangunan jalur ini termasuk di dalamnya mengganti rel, bantalan, hingga mengepras bukit di Plabuan. Adapun rincian penyelesaian jalur ganda ini adalah:
Losari–Waruduwur dioperasikan mulai 17 Juni 2013[15]
Ujungnegoro–Weleri dioperasikan mulai 14 Maret 2014[22]
Jerakah–Semarang Poncol dioperasikan mulai 28 Maret 2014[23]
Total panjang lintas Pantura yang telah digandakan mencapai 727 km. Proyek ini akhirnya selesai pada 2014 dengan menghabiskan biaya Rp9,8 triliun. Istimewanya lagi, kisah seru pembangunan jalur ganda ini kemudian dibukukan dalam buku Jalur Ganda Lintas Utara: Percepatan dan Manfaatnya yang ditulis oleh Hermanto Dwiatmoko, Dirjen Perkeretaapian pada masa itu.[24]
Segmen ini dimiliki oleh Semarang–Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS) sejak 1897 hingga 1942. Jalur ini menghubungkan Halte Bedilan dengan Stasiun Waruduwur dan dahulu difungsikan untuk mengangkut penumpang dan tebu. Dahulu jalur tersebut memiliki percabangan ke tiga pabrik gula yaitu Pabrik Gula Sindanglaut, Ciledug, dan Karangsembung.[25]
Walaupun jalur tersebut telah beroperasi, segmen Bedilan–Waruduwur tetap digunakan sebagai jalur untuk mendukung pengangkutan tebu dari pabrik-pabrik gula tersebut. Namun sayangnya, jalur ini dinonaktifkan karena telah dibongkar pekerja romusha Jepang pada tahun 1942(?). Nama-nama stasiun di jalur ini tidak dicatatkan dalam Nama, Kode, dan Singkatan Stasiun, tetapi dicatatkan dalam Buku Jarak.[25]
Beberapa stasiun yang masih ada sisa bangunannya antara lain Stasiun Ciledug SCS dan Stasiun Sindanglaut SCS.
Segmen lama ini dahulu melalui tengah kota Tegal dan sejajar dengan jalan raya Brebes–Tegal. Terhitung pada 1 Mei 1918, segmen ini digantikan dengan segmen Brebes–Tegal yang baru seiring peningkatan kapasitas lintas dari trem uap menjadi kereta api rel berat.[26]
Segmen ini dibangun oleh SCS menghubungkan Stasiun Kalibodri dengan Stasiun Kaliwungu melalui Stasiun Kendal. Bentuk jalur ini mirip dengan Kandangan–Gresik–Sumari, yaitu sama-sama melingkari sebuah kota. Walaupun demikian, Stasiun Kendal tetap dipertahankan sebagai stasiun utama di Kabupaten Kendal hingga akhirnya ditutup tahun 1980. Jalur ini dinonaktifkan seluruhnya pada tahun 1978-1980 karena selisih jarak antara Stasiun Kalibodri–Stasiun Kendal–Stasiun Kaliwungu dengan jalur aktif mencapai sekitar 5 km dibandingkan dengan jalur eksisting yang saat ini digunakan.
^Raap, O.J. (2017). Sepoer Oeap di Djawa Tempo Doeloe. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 239. ISBN9786024243692.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abLaksana, A.D.; Wijokangko, G.R.; Hartono, T.; Suprayitno, D. (2016). Susur Jejak Kereta Api Cirebonan(PDF) (Laporan). Kereta Anak Bangsa. Diakses tanggal 2020-05-04.
^Subdirektorat Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).Parameter |link= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Perusahaan Umum Kereta Api (1992). Ikhtisar Lintas Jawa.