Sun Quan
Dia memerintah sebagai raja Wu dari tahun 220 sampai 222, kemudian naik tahta sebagai kaisar Wu dari tahun 222 sampai 252. Sun Quan menghabiskan masa kecilnya di kota kelahirannya, Fuchun. Sejak ayahnya (Sun Jian) meninggal pada tahun 191, dia berpindah dari kota ke kota di daerah bawah sungai Yangtze. Kakaknya, Sun Ce mendirikan negara bagian yang terbentuk dari beberapa daerah kecil di sekitarnya. Pada tahun 200, sejak Sun Ce terbunuh, Sun Quan yang baru berumur 18 tahun mewarisi wilayah di daerah tenggara sungai Yangtze. Dalam pemerintahannya yang cukup aman dan stabil, Sun Quan dibantu oleh beberapa bekas pejabat Sun Ce, seperti Zhou Yu,Zhang Zhao,Zhang Hong dan Cheng Pu. Selama beberapa tahun, Sun Quan mampu membangun angkatan perang yang kuat dengan bantuan para perwiranya sehingga pada tahun 207, pasukannya mampu mengalahkan Huang Zu, perwira dari Liu Biao yang menguasai sungai Yangtze bagian tengah. Pada musim dingin tahun 207, Cao Cao memimpin sekitar 200.000 tentara untuk menguasai wilayah Selatan sebagai bagian dari rencana penyatuan seluruh Tiongkok. Di satu pihak, Zhang Zhao sebagai penasehat urusan dalam negeri Wu menyarankan untuk menyerah, sedangkan di lain pihak, Zhou Yu dan Lu Su menyarankan untuk melawan. Akhirnya Sun Quan memilih untuk mengusung bendera perang. Bersama Liu Bei yang saat itu berstatus pengungsi di negerinya, Sun Quan menggabungkan 2 ahli strategi terbesar, Zhuge Liang dan Zhou Yu, dibantu oleh siasat jebakan Huang Gai, Kan Ze dan Pang Tong untuk menghancurkan seluruh bala tentara Cao Cao pada Pertempuran Chibi. Kehidupan awal dan karirCatatan Sejarah Tiga Negara mencatat bahwa ayah Sun Quan, Sun Jian adalah seorang keturunan Sun Tzu, seorang ahli militer pada Zaman Musim Semi dan Gugur dan penulis Seni Berperang. Sun Quan lahir pada 182 saat Sun Jian masih menjabat sebagai pejabat tingkat rendah di pemerintahan Dinasti Han. Ia adalah anak kedua dari Sun Jian dan Nyonya Wu; kakaknya adalah Sun Ce dan ia memiliki dua adik laki-laki sedarah, Sun Yi dan Sun Kuang, dan adik perempuan sedarah yang tidak diketahui namanya. Pada 184, dua tahun setelah Sun Quan lahir, Han dilanda Pemberontakan Serban Kuning yang dilancarkan oleh Zhang Jiao. Sun Jian ikut berjuang dibawah Jenderal Zhu Jun untuk menumpas pemberontakan dan memindahkan keluarganya untuk tinggal di Shouchun. Saat kakaknya Sun Ce bertemu Zhou Yu pada 189, Sun Ce memutuskan untuk membawa Nyonya Wu, Sun Quan dan keluarga untuk tinggal di Kabupaten Shu, kampung halaman Zhou Yu. Disana, keluarga Sun menjadi dekat dengan Zhou Yu. Saat Sun Jian wafat pada 191, keluarga Sun pindah ke Jiangdu untuk berkabung. Dua tahun kemudian, Sun Ce memutuskan untuk bekerja untuk Yuan Shu dan ia memerintah Lü Fan untuk membawa keluarganya untuk tinggal bersama pamannya Wu Jing di Danyang. Namun, Liu Yao, Gubernur Provinsi Yang (牧) marah saat Sun Ce dan Yuan Shu mengalahkan Bupati Lujiang, Lu Kang pada 194. Dia merasa khawatir mereka akan menyerangnya lebih jauh sehingga dia mengusir Wu Jing dari Danyang. Karena Sun Quan dan ibunya masih berada di wilayah Liu Yao, Zhu Zhi mengirim orang untuk menyelamatkan mereka. Sun Quan dan ibunya kemudian pindah ke Fuling. Ketika Sun Ce mengalahkan Liu Yao pada tahun 195, dia memerintahkan Chen Bao untuk membawa keluarganya kembali ke Danyang. Saat Sun Quan tumbuh dewasa, dia melayani saudaranya selama penaklukan wilayah selatan Sungai Yangtze. Dia diangkat menjadi hakim Kabupaten Yangxian pada tahun 196, pada usia 14 tahun, dan terus naik pangkat seiring saudaranya memberinya tugas yang semakin penting. Karena dia bersemangat mengumpulkan para pengikut seperti Pan Zhang dan Zhou Tai, ketenarannya segera mendekati ayah dan kakak laki-lakinya. Zhu Ran dan Hu Zong, pria yang ditemuinya semasa sekolah, kemudian menjadi menteri Wu Timur. Dia dicintai oleh saudaranya Sun Ce, yang berkata bahwa dia akan menempatkan anak buahnya di bawah manajemen Sun Quan di masa depan. Pada tahun 199, Sun Quan dipromosikan menjadi Kolonel (校尉) dan mengikuti saudaranya menaklukkan Lujiang dan Yuzhang. Saat Cao Cao berusaha untuk lebih memperkuat aliansi dengan Sun Ce, baik Sun Quan dan adiknya Sun Yi diundang menjadi pejabat di Xuchang, tapi mereka menolak. Meneruskan Sun CeSun Ce dibunuh pada tahun 200 di kecelakaan berburu. Di ranjang kematiannya, Sun Ce mengetahui bahwa secara realistis putranya tidak bisa memerintah secara realistis karena usia yang masih kecil, sehingga ia meminta Sun Quan untuk menggantikannya. Awalnya Sun Quan tidak bisa berhenti menangis saat berkabung kematian Sun Ce, namun atas nasihat Zhang Zhao, ia keluar dari rumah duka memakai baju militer dan pergi berkeliling bertemu jenderal perang di wilayah yang Sun Ce telah kuasai. Banyak pejabat mengira bahwa Sun Quan terlalu muda untuk mempertahankan wilayah Sun Ce sehingga banyak yang meninggalkannya, termasuk Li Shu yang menjadi Bupati Lujiang kemudian membelot ke Cao Cao. Sun Quan menulis surat ke Cao Cao memberitahunya mengenai tindakan kejahatan yang dilakukan Li Shu dan kemudian memimpin pasukan untuk merebut Lujiang kembali dan mengalahkan Li Shu. Zhang Zhao dan Zhou Yu melihat potensi di Sun Quan yang belia tersebut dan menyatakan ketersediaannya untuk tetap melayaninya. Zhang Hong yang Sun Ce memerintahnya untuk menjadi sambungan ke Cao Cao juga kembali melayani Sun Quan. Atas permintaan Zhang Hong, Cao Cao, atas nama Kaisar Xian yang saat itu dikuasai oleh Cao Cao, menugaskan Sun Quan sebagai Jenderal Penyerang Orang Barbar (討虜將軍), sebuah gelar yang membuatnya dikenal sejak lama. Sun Quan tetap mendengarkan nasihat bijak dari Nyonya Wu dan memercayai Zhang Zhao dan Zhang Hong dalam hal sipil dan Zhou Yu, Cheng Pu, dan Lü Fan dalam hal militer. Ia juga mencari pemuda berbakat untuk melayaninya sebagai penasihat pribadi dan di dalam masa itu ia berteman dengan Lu Su dan Zhuge Jin yang memainkan peran penting di pemerintahannya. Ia juga kemudian merekrut Lu Xun, Gu Yong, Bu Zhi, Shi Yi, Yan Jun, Xu Sheng dan Zhu Huan. Selama periode ini dan dekade-dekade mendatang, kepemimpinan Sun Quan ditandai dengan kemampuannya menemukan orang-orang yang berkarakter dan mempercayakan hal-hal penting kepadanya, serta kemampuannya bereaksi cepat terhadap berbagai peristiwa. Selama beberapa tahun berikutnya, Sun Quan sangat tertarik untuk melakukan ekspansi melawan Shanyue, suku pegunungan yang menguasai bagian paling selatan Tiongkok dan di luar jangkauan pemerintahan Han, untuk memastikan wilayah kekuasaannya. Sun Quan melancarkan banyak kampanye melawan Shanyue. Pada tahun 206, ia menaklukkan benteng Shanyue di Matun dan Baodun dan menangkap lebih dari 10.000 orang. Selain itu, ia secara bertahap berusaha untuk melecehkan dan melemahkan bawahan utama Liu Biao, Huang Zu (yang menguasai wilayah timur laut wilayah kekuasaan Liu Biao) – terutama karena Huang Zu telah membunuh ayahnya dalam pertempuran. Dia berperang melawan Huang Zu dua kali pada tahun 203 dan 207. Pada tahun 208, dia akhirnya mampu mengalahkan dan membunuh Huang Zu dalam pertempuran, dan sebagai hasilnya, dia memperoleh sebagian besar wilayah Jiangxia. Segera setelah itu, Liu Biao meninggal ketika Cao Cao sedang mempersiapkan kampanye besar-besaran untuk menundukkan Liu Biao dan Sun Quan di bawah kendalinya, yang memicu konfrontasi besar. Kepercayaan pribadiSun Quan awalnya menganut Taoisme dan sering berkomunikasi dengan pendeta Taoisme seperti Ge Xuan, Yao Guang, dan Jie Xiang. Namun pada 247, seorang bhikkhu dari Jiaozhi (Vietnam utara masa kini), Kang Senghui, tiba di Wu, Sun Quan mengadakan percakapan dengannya dan akhirnya ganti agama menuju Buddhisme. Dengan dukungan Sun Quan, kuil Buddha Jianchusi terletak di wilayah Jiangnan.[1] Nama Era
Lihat pula
|