Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Jalur kereta api Semarang–Vorstenlanden

Jalur kereta api Semarang–Vorstenlanden
Ikhtisar
JenisJalur kereta api lintas utama
SistemJalur kereta api rel berat
StatusBeroperasi
TerminusSemarang Tawang
Solo Balapan
Yogyakarta
Stasiun32
Operasi
Dibangun olehNederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij
Dibuka1867–1887
Ditutup1914 (hanya Stasiun Samarang NIS)
PemilikDirektorat Jenderal Perkeretaapian
Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
OperatorPT Kereta Api Indonesia
Daerah Operasi IV Semarang (Semarang Tawang–Gundih)
Daerah Operasi VI Yogyakarta (Monggot–Solo Balapan–Yogyakarta)
Data teknis
Panjang rel167 kilometer (104 mi)
Lebar sepur1.435 mm (4 ft 8+12 in) (1867–1942)
1.067 mm (3 ft 6 in) (1899–sekarang)
Kecepatan operasi90–120 kilometer per jam (56–75 mph) (Semarang Tawang–Brumbung dan Gundih–Solo–Yogyakarta)
30–40 kilometer per jam (19–25 mph) (Brumbung–Gundih)
Peta rute
elev (M)
atau panjang (m)
dalam meter

ke Semarang Poncol
(Up arrow CN–SMT)
0+000
Semarang Tawang
Bank Jateng
+2 M
0+000
Samarang NIS
1+320
Semarang Gudang
Nasional 1 Jl. Raya Kaligawe
Jalan Tol Semarang
4+850
Ngablak
7+113
Alastua
+6 M
10+385
Jamus
13+093
Brumbung
+16 M
ke Tegowanu
(Up arrow BBG-GBN)
20+205
Telogotirto
24+695
Tanggung
+20 M
ke Tempuran
(Up arrow KEJ–SCA)
34+131
Kedungjati
+36 M
BH ?
Kali Tuntang
55 m
38+162
Padas
+42 M
41+815
Gedangan
+66 M
47+712
Telawa
+63 M
52+945
Jetis
+60 M
56+169
Karangsono
+48 M
58+721
Jambean
+36 M
ke Ngemplak
(Up arrow GD-SBI)
65+857
Gundih
+54 M
Daop 4 SM
Daop 6 YK
68+794
Monggot
+61 M
72+130
Goprak
+74 M
79+878
Sumberlawang
+126 M
83+418
Sokojengkilong
86+472
Bogorame
88+867
Salem
+146 M
92+206
Saren
97+191
Kalioso
+117 M
99+950
Siwal
Jalan Tol
Solo–Ngawi
ke
Bandara
Adi Soemarmo
104+447
Kadipiro
+102 M
Layang
Simpang Joglo
270 m
BH?
Kali Anyar
83,5 m
Masjid
Sheikh Zayed
ke Solo Jebres
(Up arrow SLO-WO)
107+914
Solo Balapan
awal
elektrifikasi
+93 M
110+750
Purwosari
+93 M
Jalan Slamet
Riyadi
113+015
Pajang
Mayang
117+389
Gawok
+118 M
119+869
Wonosari
121+130
Tegalgondo
122+932
Delanggu
+133 M
127+900
Ngawonggo
129+203
Ceper
+133 M
134+691
Ketandan
+148 M
138+482
Klaten
+151 M
145+220
Srowot
+152 M
151+070
Brambanan
+146 M
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
BH?
Kali Opak
140 m
155+578
Kalasan
+126 M
158+975
Maguwo
Airport interchange
+118 M
Flyover
Janti
Balai Yasa
Yogyakarta
Flyover
Jl. Dr. Soetomo
165+774
Lempuyangan
+114 M
BH 732
Jembatan Kewek
72 m
Right arrow Jl. Malioboro
Left arrow Jl. Margo Utomo
167+081
Yogyakarta
+113 M
ke Patukan
(Down arrow CP–YK)

elev. (M)
atau panjang (m)
dalam meter




 
elev (M)
atau panjang (m)
dalam meter

Jalur kereta api Semarang–Vorstenlanden adalah jalur kereta api di Indonesia yang memiliki panjang panjang kurang lebih 167 kilometer (104 mi), menghubungkan Stasiun Semarang Tawang, Stasiun Solo Balapan, dan Stasiun Yogyakarta. Jalur kereta api ini termasuk dalam Daerah Operasi IV Semarang pada segmen Semarang Tawang–Gundih dan VI Yogyakarta pada segmen Gundih–Solo Balapan–Yogyakarta. Hampir seluruh jalur kereta api ini masih aktif, dengan pengecualian Stasiun Samarang yang ditutup pada tahun 1914.

Secara kolektif, untuk segmen Semarang Tawang–Brumbung, merupakan bagian dari lintas utara Jawa, sedangkan ntuk segmen Yogyakarta–Solo, merupakan bagian dari lintas selatan Jawa. Segmen Brumbung–Gundih–Solo Balapan merupakan penghubung kedua segmen di atas.

Pada segmen Yogyakarta–Solo, jalur ini membentang dari barat ke timur yang melayani kereta api penumpang maupun kereta api barang yang menghubungkan DKI Jakarta beserta wilayah penyangganya atau Jawa Barat[a] dengan Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur meskipun rute utama Jakarta–Surabaya adalah jalur utara Jawa melalui Kota Semarang. Pada segmen ini, terdapat banyak titik berpemandangan indah, terutama di daerah sekitar Candi Prambanan (dapat terlihat beberapa puncak candi Prambanan tersebut) dan di antara Stasiun Klaten dan Stasiun Delanggu dengan pemandangan gunung kembar (Gunung Merapi dan Gunung Merbabu) yang tampak sempurna dilatardepani oleh persawahan yang terhampar luas.

Segmen pertama di jalur ini, yakni Samarang NIS–Tanggung, merupakan jalur kereta api umum pertama di Indonesia, mulai dibangun pada 17 Juni 1864, Dalam perkembangan berikutnya lintas kelanjutannya rampung: Kedungjati rampung 1868, Solo Balapan rampung 1870, dan terakhir sampai di Yogyakarta. Jalur ini dibina oleh Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Semarang.[1] Uniknya, seluruh jalur kereta api di Daerah Istimewa Yogyakarta berstatus sebagai Sultan Ground dan Paku Alam Ground.[2]

Sejarah

Perkembangan awal

Pembangunan Stasiun Kedungjati

Dalam buku Stoom-spoorweg Vervoer op Java, jalur kereta api di Jawa telah digagas sejak 1840-an, tepatnya dengan terbitnya besluit tertanggal 28 Mei 1842, No. 207, yang disahkan oleh Raja Belanda, Willem II, dengan rute Samarang–Vorstenlanden.[3] Saat Sistem Tanam Paksa (cultuurstelsel), muncul gagasan untuk meningkatkan ekspor tanaman komoditas, terutama tebu, serta untuk meningkatkan mobilitas militer. Namun, konsesi tersebut banyak dikritik karena dibangun dalam skala yang terlalu kecil. Beberapa konsesi lain, seperti Batavia–Buitenzorg dan Pasuruan–Malang juga tidak dapat segera dilaksanakan, meski jalur tersebut berpotensi menghasilkan lalu lintas penumpang yang cukup besar dan angkutan barang yang sangat produktif di Jawa. Para pemegang konsesi tersebut, memahami situasi ini dan mereka juga bergegas untuk mengajukan konsesi bagi jalur Batavia–Buitenzorg.[4]

Barulah pada bulan Agustus 1861, konsesi kemudian diajukan lagi dan pada tanggal 28 Agustus 1862 disahkan oleh Gubernur Jenderal yang berkuasa saat itu, Ludolph Anne Jan Wilt Baron Sloet van de Beele.[5] Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) kemudian dibentuk untuk menyelenggarakan proyek lintas tersebut. Pada tanggal 27 Agustus 1863, status badan hukum NIS dikukuhkan sebagai Naamloze Vennootschap (N.V.) melalui akta notaris Amya Esser di Amsterdam, dan segera melaksanakan proyek pembangunan lintas Samarang hingga Vorstenlanden (Solo dan Yogyakarta).[6]

Jalur ini mulai dibangun pada hari Jumat pada tanggal 17 Juni 1864 di Kemidjen (km 0), dan peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Gubernur Jenderal Baron van de Beele. Di km ini, stasiun kereta api pertama di Indonesia, Stasiun Samarang, dibangun. Pembangunan dilanjut hingga ke Tangoeng hingga akhirnya dibuka untuk umum pada tanggal 10 Agustus 1867. Secara keseluruhan, NIS membangun jalur Samarang–Vorstenlanden dalam empat seksi:[7]

  1. Samarang–Kedungjati
  2. Kedungjati–Solo
  3. Solo–Yogyakarta
  4. Percabangan menuju Willem I
Kereta api pertama NIS melaju menuju Stasiun Tanggung

Pembangunan seksi pertama diarahkan melalui dataran rendah, pedesaan, dan hamparan sawah, hingga akhirnya sampai di Stasiun Tanggung. Pada mil 28 (km 45), jalur ini mulai menyusuri hutan jati. Meskipun awalnya akan dibuka sepaket sebagai seksi pertama, Stasiun Kedungjati yang selesai 1867 belum juga dijalankan, karena seringnya insiden longsor di segmen Tanggung–Kedungjati.[8] Kelandaian pada segmen yang sedang dibangun tidak lebih besar dari 1/120. Pembangunan tubuh baan dilakukan pada porsi relatif kecil dan sering mengalami penundaan. NIS terus membujuk para pekerja pribumi untuk berpartisipasi dalam proyek. Meski peningkatan upah telah diupayakan oleh NIS, masih saja ada keberatan. Tanah yang digunakan untuk membangun jalur ini justru berkualitas buruk dan labil. Karena curah hujan yang tinggi antara 1867 hingga 1868 di Grobogan selatan, tanah sering kali bergeser atau bahkan longsor di beberapa tempat dan upaya perbaikan masih terus dilakukan meski bahan bangunan yang didatangkan ke lokasi proyek masih seadanya.[9] Upaya ini membuahkan hasil, karena tanggal 19 Juli 1868, jalur ini dibuka,[10] dan sehari sesudahnya, jalur ini diresmikan melalui perayaan yang cukup meriah dan dihadiri 280 warga lokal di Semarang. Dari Stasiun Kedungjati, jalur bercabang dua, yakni satu ke Stasiun Willem I (Ambarawa) dan satunya lagi menuju Solo.[11] Selain membuka jalur tersebut, pada 20 Juli 1868 NIS juga membuka jalur menuju Kanal Pelabuhan Timur (Oostzijde Havenkanaal) agar kereta api angkutan barang dapat langsung menuju pelabuhan sisi timur kota Semarang.[12]:119

Pekerjaan dilanjut kembali pada seksi kedua. Dalam laporan yang dibuat NIS tahun 1869, muncul tantangan. Cuaca tidak menentu menghambat proyek, dan pembangunan bangunan hikmat berupa jembatan terhambat karena seringnya banjir bandang, terkhususnya pada awal musim penghujan. Sebagai contoh, terjadi banjir yang disebabkan luapan Kali Monggot, yang membuat jembatan di atasnya rusak. Perbaikan jembatan Kali Serang juga diupayakan selesai. Jembatan sementara di atas Kali Tuntang, yang dibangun untuk membantu proses pembangunan jembatan permanen, dibongkar. Kricak juga ditabur di sepanjang jalur. Pada 1868, bangunan Stasiun Padas, Gundih, dan Solo sudah rampung sehingga menyisakan pekerjaan rel.[8] Jalur seksi kedua ini rampung pada 10 Februari 1870,[12]:119 dan diresmikan penuh pada delapan hari berikutnya (18 Februari).[13][10]

Pekerjaan dilanjutkan kembali pada seksi ketiga, dengan bagian pertama adalah segmen Solo–Ceper. Pekerjaan pada segmen Delanggu–Ceper sempat terhenti pada Februari 1871 karena jembatan yang dibangun di atas Sungai Ceper, rusak karena terkena banjir. Akibatnya, penyelesaian segmen Ceper–Delanggu menjadi tertunda dan harus menjalani perbaikan besar. Padahal, anggaran pemerintah yang akan dikucurkan ke NIS sebesar ƒ200.000 untuk pembangunan segmen Ceper–Klaten terpaksa dialihkan pada perbaikan jembatan tersebut. Hal ini menimbulkan kerugian dan kekecewaan besar tidak hanya bagi NIS, tetapi juga bagi masyarakat sekitar proyek.[14] Hingga pertengahan Maret 1871, wesel di Stasiun Ceper sudah mulai dipasang, segmen Ceper–Delanggu sudah tabur kricak, dan kabel telegraf telah dipasang.[15] Sekitar sepekan sebelum pembukaan, NIS memasang iklan di beberapa koran, bahwa pada 27 Maret 1871, NIS membuka segmen Solo–Ceper.[16] Kemudian dilanjutkan dengan segmen Ceper–Klaten pada 9 Juli 1871.[17] Terakhir, segmen Klaten–Yogyakarta (Lempuyangan) dibuka 10 Juni 1872.[18]

Pada tahun 1875, NIS bernegosiasi dengan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda sehubungan dengan perkembangan jalur Semarang–Vorstenlanden, sehubungan dengan rencana jalur Solo–Madiun yang nantinya akan disambung dengan Semarang–Vorstenlanden, dengan lebar sepur eksisting diubah dari 1.435 mm (4 ft 8+12 in) menjadi 1.067 mm (3 ft 6 in). Namun, kesepakatan ini belum membuahkan hasil, hingga akhirnya Staatsspoorwegen (SS) melaksanakan proyek Surabaya–Solo.[12]:35

Pada 12 Maret 1883, Samarang–Joana Stoomtram Maatschappij (SJS) membangun jalur kereta api dari Stasiun Samarang SJS (Jurnatan) menuju Stasiun Samarang NIS.[12]:121 Pada 16 Maret 1887, pada rute Solo–Yogyakarta, telah dibuka stasiun baru, Stasiun Gawok.[19]

Pembangunan lebar sepur ganda

Saat Staatsspoorwegen (SS) membangun jalur kereta api Cilacap–Yogyakarta pada 1885–1887, NIS tertarik untuk menyambungkan jalurnya untuk menghubungkan Stasiun Lempuyangan dengan Stasiun Yogyakarta (Tugu) milik SS. Penghubung jalur ini juga akan melintasi sungai utama di Kota Yogyakarta, yaitu Kali Code (kelak dikenal sebagai Jembatan Kewek).[20] Jembatan itu mulai beroperasi pada 7 Juli 1887, memotong Sumbu Filosofis Yogyakarta, sedangkan Stasiun Yogyakarta mulai beroperasi 13 hari kemudian.[12]:116 dan 119

Dengan dibukanya jalur tersebut, hubungan lintas selatan Jawa akhirnya terbentuk pada 1894. Alih-alih melakukan konversi ke lebar sepur Cape pada lintas Solo–Yogyakarta, NIS menawarkan rencana lain, yakni pembangunan lebar sepur ganda agar kereta api milik SS yang sepurnya 1.067 mm (3 ft 6 in) dapan berjalan di atas jalur SS dengan sepur 1.435 mm (4 ft 8+12 in). Adapun syarat yang diajukan NIS adalah, segala bentuk pengangkutan yang terjadi di rute tersebut menjadi sepenuhnya tanggung jawab NIS, begitu pula pendapatan dan laba yang diperoleh. SS dapat menjalankan kereta api jarak jauh untuk penumpang umum di jalurnya, sedangkan Negara Hindia Belanda berhak menjalankan kereta api untuk kepentingan militer (seperti pasukan dan persenjataan), dengan membayar sebesar 50% dari jumlah yang seharusnya diterima NIS. Kereta api lokal SS tidak diperkenankan untuk berjalan di jalur NIS. Dengan dibangunnya lebar sepur ganda tersebut, wisatawan yang memilih untuk tidak singgah di Yogyakarta dapat langsung melanjutkan perjalanannya ke Surabaya, maupun ke Batavia. Sebulan setelah rampung proyeknya, Pemerintah Kolonial berhak menjalankan kereta api penumpang, barang ekspres, barang muatan, dan hantaran, serta kereta api kosong maupun lokomotif seruntulan. Pemerintah tidak berkewajiban menjalankan KA khusus.[21] Pada 15 Juni 1899, lebar sepur ganda tersebut sudah bisa dilalui kereta api 1.067 mm milik SS.[22]

Perkembangan abad ke-20

"Sepur kembar" beda perusahaan: sebelah kanan: NIS, kiri: SS.

Seiring dengan perkembangan jalur Yogyakarta–Solo, sejumlah stasiun mendapat perombakan. Pada 1907, Stasiun Kedungjati, Ambarawa, dan Purwosari diubah menjadi bangunan permanen dengan kanopi besar.[23] Sementara itu, Stasiun Maguwo baru dibuka 1 April 1909.[24]

Pada tahun 1911, NIS menyadari bahwa Stasiun Samarang, stasiun kereta api pertama di jalur ini, mulai sering terkena banjir rob dan dianggap tidak nyaman lagi bagi penumpang. Menanggapi masalah tersebut, NIS mulai membangun stasiun kereta api baru di Tawang yang mulai dibangun pada 29 April 1911.[25] Selain membangun Stasiun Tawang, juga membangun jalur cabang dari Samarang NIS (kelak ditata ulang menjadi Semarang Gudang) menuju kanal sisi barat (Westzijde Havenkanaal) pada 16 September 1913. Pada 25 Mei 1914, hubungan antara Semarang Gudang (timur Samarang NIS) dan Tawang akhirnya mulai dioperasikan.[12]:119 Stasiun ini telah selesai dibangun dan diresmikan pada 1 Juni 1914.[26] Pada 1 Januari 1924, dibangun jalur baru dari Semarang Gudang menuju Prauwenhaven (pelabuhan khusus perahu).[12]:119

Karena jalur Yogyakarta–Solo semakin padat dan tidak memungkinkan bagi SS untuk berbagi jalur dengan NIS, pada 1926, NIS menawarkan kepada SS untuk membangun smalspoorbaan tersendiri agar kereta api SS tidak tercampur dengan NIS. Pembangunannya menelan biaya sekitar ƒ5.000.000. Biaya jalur ini menjadi konsekuensi bahwa jalur tersebut memerlukan sedikitnya 450 bangunan hikmat, karena lintasan yang akan disejajarkan dengan jalur NIS eksisting (sehingga disebut "sepur kembar") ini melintasi daerah aliran sungai yang berhulu di Gunung Merapi, dan juga lahan pertanian yang harus dibangunkan saluran irigasi yang sangat banyak. Jalur NIS Semarang–Vorstenlanden diketahui memiliki 700 bangunan hikmat yang lebih dari separuhnya ada di seksi Yogyakarta–Solo saja. Berdasarkan perjanjian, jika "sepur kembar" beda perusahaan yang dikerjakan NIS tersebut selesai, maka jalur tersebut harus diserahkan kepada SS. Pekerjaan pada bangunan hikmat di berbagai lokasi sepanjang jalur tersebut diselesaikan April 1926. Tidak ada kesulitan yang ditemui di bidang penyediaan lapangan kerja.[27] Pada awal April 1929, sehubungan dengan rencana hubungan satu hari Batavia–Surabaya lewat lintas tengah (Purwokerto), NIS melaksanakan serah terima operasional smalspoorbaan tersebut kepada SS.[28]

Pada masa pendudukan Jepang di Hindia Belanda, tepatnya pada Juni 1942, jalur kereta api Kedungjati–Willem I dan Semarang Tawang–Solo Balapan–Yogyakarta yang semula menggunakan sepur 1.435 mm, akhirnya diubah menjadi 1.067 mm.[29] Jalur smalspoorbaan tersebut tak lagi digunakan untuk lalu lintas, meski jembatannya, jejak rel, dan emplasemen, masih bertahan, hingga setidaknya akhir tahun 1950-an.[butuh rujukan]

Setelah SS dan NIS dilebur dan dinasionalisasi menjadi Djawatan Kereta Api, timbul upaya pengambilalihan seluruh jalur KA menjadi milik Indonesia. Jalur ini, bersama dengan Kutoarjo–Yogyakarta, merupakan jalur bersejarah karena pernah dibom pada zaman Perang Kemerdekaan. Setelah perang usai, jalur dan stasiun kemudian direnovasi. Pada tanggal 3 Januari 1946 kereta api luar biasa (KLB) Presiden Soekarno melewati jalur ini dengan penuh risiko dalam rangka memindahkan ibukota ke Yogyakarta. Perjalanan ini berakhir dengan selamat hingga Stasiun Tugu dan disambut oleh Sri Sultan Hamengkubuwana IX.[30]

Pembangunan jalur ganda dan elektrifikasi

Jalur ganda Yogyakarta–Solo

Jalur ini secara bertahap ditingkatkan menjadi jalur ganda sejak 2001, diawali dengan segmen Stasiun Srowot sampai Stasiun Ketandan, yang segera dilanjutkan menjadi segmen Stasiun Brambanan sampai Stasiun Delanggu. Selanjutnya, pembangunan dilanjutkan ke barat maupun ke timur. Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Darat kala itu, Iskandar Abubakar, mengatakan saat melakukan inspeksi di Stasiun Gawok pada 2 Agustus 2002 sore itu, bahwa jalur ini memang dibangun untuk meningkatkan kelancaran kereta api di koridor jalur selatan. Sementara itu, Sutrisno, yang kala itu menjabat sebagai Pimpinan Proyek Operasional Kereta Api Yogyakarta, mengatakan bahwa kapasitas lintas Yogyakarta–Solo pada waktu masih jalur tunggal adalah 64 lintasan per hari, sedangkan jumlah kereta api yang lewat mencapai 90 per hari. Dengan adanya jalur ganda ini, ia berharap kapasitas lintasnya dapat meningkat menjadi 128 lintasan per hari.[31] Adapun tanggal switch-over jalur ganda tersebut adalah:

  • Srowot–Ketandan, pada 2001.[32]
  • Brambanan–Srowot dan Ketandan–Delanggu, pada 15 Desember 2003. Diresmikan oleh Menteri Perhubungan saat itu, Agum Gumelar, ditandai dengan prasasti yang sekarang diletakkan di Stasiun Brambanan.[butuh rujukan]
  • Brambanan–Maguwo, Delanggu–Gawok, dan Solo Balapan–Gawok, pada 2004.[32]
  • Maguwo–Lempuyangan, pada 9 Januari 2007.[32]

Karena terbatasnya biaya, jalur ganda ini masih menggunakan perangkat sinyal mekanik. Namun, mulai 2013, stasiun-stasiun di lintas Yogyakarta–Solo mulai dipasangi sinyal elektrik produksi Len Industri.[33][34] Sinyal ini baru dinyalakan pada akhir 2015 untuk rute Delanggu–Purwosari dan dicatatkan dalam aset KAI pada 2016.[35] Pada Oktober 2018 hingga Februari 2019, sinyal yang belum aktif akhirnya dinyalakan.[36]

Terkait dengan rencana pengembangan jalur, Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) memutuskan untuk mengelektrifikasi jalur ini untuk segmen Yogyakarta–Solo, sehubungan dengan rencana pengoperasian Commuter Line Yogyakarta. Wacana tersebut sudah dimasukkan dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (Ripnas) 2030.[37] Selain itu, elektrifikasi ini juga tertuang dalam Matriks Pembangunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024.[38] Elektrifikasi tersebut mulai diwujudkan dengan adanya tiang-tiang listrik aliran atas yang ditumpuk di bekas lapangan bongkar-muat peti kemas Stasiun Solo Jebres.[39][40] Per akhir Januari 2020, konstruksi listrik aliran atas sudah dimulai untuk segmen Yogyakarta–Klaten.[41][42] Pada 10 Februari 2021, kereta rel listrik (KRL) mulai beroperasi di segmen Yogyakarta–Solo.[43]

Jalur ganda Solo–Kalioso

Pada 2022, segmen Solo Balapan–Kalioso mulai dibangun proyek jalur ganda sekaligus pembangunan rel layang di kawasan Simpang Joglo. Pembangunan rel layang ini bertujuan untuk mengurai kemacetan yang sering terjadi di perlintasan sebidang berpalang di dekatnya.[44]

Proyek ini menemui masalah, karena pada tanggal 13 April 2023, Komisi Pemberantasan Korupsi menangkap 25 pegawai Direktorat Jenderal Perkeretaapian di Jakarta, Depok, Semarang, dan Surabaya, dengan sepuluh orang ditetapkan sebagai tersangka dalam dugaan suap proyek kereta api. Dugaan korupsi di Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) yang tengah diendus oleh KPK tersebut terkait proyek pembangunan dan pemeliharaan jalur kereta api di lingkungan DJKA pada tahun anggaran 2018–2022. Termasuk yang terkena kasus ini adalah proyek jalur ganda ini, proyek jalur kereta api Trans-Sulawesi, empat konstruksi jalur kereta api lainnya, dua proyek supervisi di Lampegan, serta proyek perbaikan dan pemeliharaan perlintasan sebidang di Jawa dan Sumatra.[45][46]

Hanya satu petak jalur yang sudah terbangun jalur ganda sejak akhir Oktober 2024, yaitu antara Stasiun Kadipiro dan Stasiun Kalioso.[47]

Jalur terhubung

Lintas aktif

Lintas nonaktif

Layanan kereta api

Penumpang

Antarkota

Lintas selatan Jawa
Nama kereta api Relasi perjalanan
Eksekutif
Argo Bromo Anggrek GambirSurabaya Pasarturi
Sembrani
Pandalungan Gambir–Surabaya Pasarturi–Jember
Manahan
Argo Wilis BandungSurabaya Gubeng
Turangga
Argo Semeru Gambir–Surabaya Gubeng
Bima
Gajayana Gambir–Malang
Brawijaya GambirSemarang TawangMalang
Eksekutif-bisnis
Gumarang Pasar SenenSurabaya Pasarturi
Eksekutif-Ekonomi Premium
Sancaka YogyakartaSurabaya Gubeng
Fajar dan Senja Utama Solo Pasar SenenSolo Balapan
Mutiara Selatan Bandung–Surabaya Gubeng
Malabar Bandung–Malang
Wijayakusuma Cilacap–Surabaya Gubeng–Ketapang
Harina BandungCirebonSurabaya Pasarturi
Eksekutif-Ekonomi
Lodaya BandungSolo Balapan
Malioboro Ekspres PurwokertoMalang
Kertanegara
Mataram Pasar Senen–Solo Balapan
Bangunkarta Pasar Senen–Jombang
Ranggajati CirebonSurabaya GubengJember
Gaya Baru Malam Selatan Pasar Senen–Surabaya Gubeng
Singasari Pasar Senen–Blitar
Brantas Pasar SenenSemarang TawangBlitar
Dharmawangsa Pasar SenenSurabaya Pasarturi
Jayabaya Pasar Senen–Surabaya Pasarturi–Malang
Blambangan Ekspres Pasar Senen–Surabaya Pasarturi–Ketapang
Ekonomi Premium
Jayakarta Pasar SenenSurabaya Gubeng
Ambarawa Ekspres Semarang PoncolSurabaya Pasarturi
Kertajaya Pasar Senen–Surabaya Pasarturi
Ekonomi
Ambarawa Ekspres Semarang PoncolSurabaya Pasarturi
Airlangga Pasar Senen–Surabaya Pasarturi
Bengawan
Sri Tanjung LempuyanganSurabaya KotaKetapang
Logawa PurwokertoSurabaya GubengJember
Majapahit Pasar SenenSemarang TawangMalang
Matarmaja

Lokal

Nama kereta api Kelas Relasi
Banyubiru Eksekutif dan ekonomi Semarang Tawang Solo Balapan
Joglosemarkerto Solo Balapan
Semarang Tawang (searah jarum jam via Solo Balapan dan Yogyakarta)
Solo Balapan (berlawanan jarum jam via Tegal dan Purwokerto)

Kereta komuter

Nama kereta api Relasi
Y Commuter Line Yogyakarta Yogyakarta Palur

Barang

Nama kereta api Relasi perjalanan
Lintas selatan Jawa
Angkutan semen Solusi Bangun Indonesia Karangtalun Lempuyangan
Solo Balapan
Brambanan
Angkutan avtur Pertamina Cilacap Rewulu
Angkutan pupuk Pupuk Indonesia Ceper
Angkutan BBM Pertamina Rewulu Madiun
Angkutan logistik ONS Parcel Selatan Bandung Surabaya Kota
Angkutan logistik ONS Parcel Tengah Kampung Bandan Malang
Lintas utara Jawa
Angkutan semen Solusi Bangun Indonesia Brumbung Karangtalun
Angkutan semen Indocement Nambo Brambanan via Semarang Poncol
Arjawinangun

Daftar stasiun

Segmen lama

Nomor Nama stasiun Singkatan Alamat Letak Ketinggian Status Foto
Lintas SamarangGoendihSolo BalapanDjokdjakarta
Segmen Samarang–Tangoeng
Diresmikan pada tanggal 10 Agustus 1867
oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij
Termasuk dalam Daerah Operasi IV Semarang
- Samarang NIS - Kampung Spoorland, Kemijen, Semarang Timur, Semarang km 0+000 Tidak beroperasi
2531 Semarang Gudang SMG Kemijen, Semarang Timur, Semarang km 1+320 +1 m? Tidak beroperasi

Segmen aktif

Nomor Nama stasiun Singkatan Alamat Letak Ketinggian Status Foto
Segmen Semarang Tawang–Semarang Gudang
Diresmikan pada tanggal 25 Mei 1914
2530 Semarang Tawang
Bank Jateng
SMT Jalan Taman Tawang 1, Tanjung Mas, Semarang Utara, Semarang km 0+000 (semua lintas)
km 1+749 penghubung Poncol–Tawang
+2 m Beroperasi
Segmen Semarang Gudang–Tanggung
Diresmikan pada tanggal 10 Agustus 1867
2531 Semarang Gudang SMG Kemijen, Semarang Timur, Semarang km 1+320 +1 m? Tidak beroperasi
- Ngablak NGL km 4+850 Tidak beroperasi
2602 Alastua ATA Tlogomulyo, Pedurungan, Semarang km 7+113 +6 m Beroperasi
2603 Jamus JMS km 10+385 Tidak beroperasi
2604 Brumbung BBG Kembangarum, Mranggen, Demak km 13+093 +16 m Beroperasi
2631 Telogotirto TGT km 20+205 Tidak beroperasi
2632 Tanggung TGG Tanggungharjo, Tanggungharjo, Grobogan km 24+695 +20 m Beroperasi
Segmen TanggungKedungjati
Diresmikan pada tanggal 19 Juli 1868
3201 Kedungjati KEJ Kedungjati, Kedungjati, Grobogan km 34+131 lintas Semarang Tawang-Brumbung-Gundih-Solo Balapan-Solo Jebres/Yogyakarta
km 0+000 lintas KedungjatiBringinAmbarawa
+36 m Beroperasi
Segmen KedungjatiGundih
Diresmikan pada tanggal 10 Februari 1870
3202 Padas PDS Padas, Kedungjati, Grobogan km 38+162 +42 m Beroperasi
3203 Gedangan GN Gunungtumpeng, Karangrayung, Grobogan km 41+815 +66 m Tidak beroperasi
3204 Telawa TW Jalan Juwangi, Pilangrejo, Juwangi, Boyolali km 47+712 +63 m Beroperasi
3218 Jetis JIS Jetis, Karangrayung, Grobogan km 52+945 +60 m Tidak beroperasi
3205 Karangsono KSO Suru, Geyer, Grobogan km 56+169 +48 m Beroperasi
3206 Jambean JBE Ngleses, Juwangi, Boyolali km 58+721 +36 m Tidak beroperasi
3207 Gundih GD Geyer, Geyer, Grobogan km 65+857 lintas Semarang Tawang-Brumbung-Gundih-Solo Balapan-Solo Jebres/Yogyakarta
km 0+000 lintas Gundih-Gambringan-Bojonegoro-Surabaya Pasarturi
+54 m Beroperasi
Termasuk dalam Daerah Operasi VI Yogyakarta
3208 Monggot MGT Monggot, Geyer, Grobogan km 68+794 +61 m Tidak beroperasi
3209 Goprak GPK Juworo, Geyer, Grobogan km 72+130 +74 m Beroperasi
3211 Sumberlawang SUM Mojopuro, Sumberlawang, Sragen km 79+878 +126 m Beroperasi
3212 Sokojengkilong SKG km 83+418 Tidak beroperasi
3213 Bogorame BOR km 86+472 Tidak beroperasi
3214 Salem SLM Jalan Raya Solo–Purwodadi, Kwangen, Gemolong, Sragen km 88+867 +146 m Beroperasi
3215 Saren SRN km 92+206 Tidak beroperasi
3216 Kalioso KO Tuban, Gondangrejo, Karanganyar km 97+191 +117 m Beroperasi
3217 Siwal SIW km 99+950 Tidak beroperasi
- Kadipiro KDO Jalan Manunggal, Kadipiro, Banjarsari, Surakarta km 104+447 +102 m Beroperasi
Layang Simpang Joglo
3130 Solo Balapan SLO Jalan Wolter Monginsidi 112, Kestalan, Banjarsari, Surakarta km 262+720 lintas Surabaya Kota-Kertosono-Madiun-Solo Balapan
km 107+914 lintas Semarang Tawang-Brumbung-Gundih-Solo Balapan-Solo Jebres/Yogyakarta
+93 m Beroperasi
Segmen Solo BalapanCeper
Diresmikan pada tanggal 27 Maret 1871
3120 Purwosari PWS Jalan Slamet Riyadi 502, Purwosari, Laweyan, Surakarta km 110+750 lintas Semarang Tawang-Brumbung-Gundih-Solo Balapan-Yogyakarta
km 5+840 lintas Solo Kota-Purwosari-Boyolali
+98 m Beroperasi
Pajang PJG km 113+015 Tidak beroperasi
Mayang MYG Tidak beroperasi
3117 Gawok GW Luwang, Gatak, Sukoharjo km 117+389 +118 m Beroperasi
Wonosari (Sukoharjo) WSI km 119+869 Tidak beroperasi
Tegalgondo TLO km 121+130 Tidak beroperasi
3114 Delanggu DL Jalan Stasiun Delanggu, Gatak, Delanggu, Klaten km 122+932 +133 m Beroperasi
Ngawonggo NGO km 127+900 Tidak beroperasi
3112 Ceper CE Jalan Stasiun Ceper, Klepu, Ceper, Klaten km 129+203 +133 m Beroperasi
Segmen CeperKlaten
Diresmikan pada tanggal 9 Juli 1871
3111 Ketandan KET Ketandan, Klaten Utara, Klaten km 134+691 +148 m Tidak beroperasi
3110 Klaten KT Jalan K.H. Samanhudi, Tonggalan, Klaten Tengah, Klaten km 138+482 +151 m Beroperasi
Segmen CeperKlaten
Diresmikan pada tanggal 10 Juni 1872
3104 Srowot SWT Jalan Stasiun Srowot, Gondangan, Jogonalan, Klaten km 145+220 +152 m Beroperasi
3103 Brambanan BBN Jalan Stasiun Prambanan, Kebon Dalem Kidul, Prambanan, Klaten km 151+070 +146 m Beroperasi
Perbatasan Provinsi Jawa Tengah
Perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta
3102 Kalasan KLS Tirtomartani, Kalasan, Sleman km 155+578 +126 m Tidak beroperasi
3101 Maguwo MGW Maguwoharjo, Depok, Sleman km 158+975 +118 m Beroperasi
3030 Lempuyangan LPN Jalan Lempuyangan, Bausasran, Danurejan, Yogyakarta km 165+774 lintas Semarang Tawang-Brumbung-Gundih-Solo Balapan-Yogyakarta +114 m Beroperasi
Segmen LempuyanganYogyakarta
Diresmikan pada tanggal 7 Juli 1887
BH 732
Jembatan Kewek
3020 Yogyakarta YK Jalan Margo Utomo 1, Sosromenduran, Gedongtengen, Yogyakarta km 167+081 lintas Semarang Tawang-Brumbung-Gundih-Solo Balapan-Yogyakarta
km 542+494 lintas Bogor-Bandung-Banjar-Kutoarjo-Yogyakarta
km 1+040 lintas Yogyakarta-Magelang Kota-Ambarawa
km 0+067 lintas Yogyakarta-Palbapang
+113 m Beroperasi

Percabangan menuju Bandara Adi Soemarmo

Untuk mempermudah mobilitas penumpang antarmoda dari dan ke Bandar Udara Adi Soemarmo, saat ini di petak jalan antara Kalioso–Solo Balapan sudah terdapat percabangan jalur menuju bandara tersebut. Percabangan itu tersambung dengan jalur ini di wilayah Kadipiro, Banjarsari, Surakarta. Untuk menunjang operasional percabangan tersebut, Direktorat Jenderal Perkeretaapian memutuskan untuk membangun dua stasiun baru: Stasiun Bandara Adi Soemarmo dan Stasiun Kadipiro. Percabangan ini sejajar dengan Jalan Tol Solo–Ngawi dan merupakan jalur layang. Di samping membangun jalur layang, DJKA juga membangun terowongan di bawah Gerbang Tol Ngemplak.[48][49]

Jalur menuju bandara ini telah selesai sepenuhnya pada Desember 2019. Mulai tanggal 29 Desember 2019, KA Bandara Adi Soemarmo resmi beroperasi.[50][51]

Nomor Nama stasiun Singkatan Alamat Letak Ketinggian Status Foto
Lintas Percabangan menuju Bandara Adi Soemarmo
Diresmikan pada tanggal 29 Desember 2019
oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian
Termasuk dalam Daerah Operasi VI Yogyakarta
- Kadipiro KDO Jalan Manunggal, Kadipiro, Banjarsari, Surakarta km 0+200 lintas percabangan menuju Bandara Adi Soemarmo
km 104+700 lintas Semarang Tawang-Brumbung-Gundih-Solo Balapan-Solo Jebres/Yogyakarta
+102 m Beroperasi
- Bandara Adi Soemarmo SMO Kompleks Bandara Internasional Adi Soemarmo, Ngesrep, Ngemplak, Boyolali km 9+740 +131 m Beroperasi

Percabangan menuju Pelabuhan Tanjung Emas

Percabangan menuju Pelabuhan Tanjung Emas
TG–BBG
ke Semarang Poncol, Pekalongan, Jakarta
SMT
Semarang Tawang
TG–BBG
ke Brumbung, Ngrombo, Surabaya
SMG
Semarang Gudang
Samarang NIS
Nasional 1 Jl. Yos Sudarso
Jl. Coaster (Akses Pelabuhan)
SMH
Semarang Tanjungmas

Segmen baru ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian untuk meningkatkan arus pengangkutan peti kemas di rute Semarang–Jakarta maupun Semarang–Surabaya pp. Wacana ini ternyata sudah muncul dari 2014, dengan ditandatanganinya nota kesepahaman (memorandum of understanding) antara DJKA, PT KAI, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dan Pelindo III selaku operator Pelabuhan Tanjung Emas pada tanggal 21 Maret 2014.[52] Dengan begitu, diharapkan volume angkut peti kemas dapat ditargetkan menjadi 1 juta TEUs dari sebelumnya 640 ribu TEUs.[53]

Jalur kereta apinya sendiri sedang dalam tahap pembangunan sejak Mei 2016,[54] namun sayangnya pembangunan jalur KA ini terhenti karena masalah sengketa lahan walaupun jalurnya sendiri kini sudah tersisa 200 meter.[55][56]

Daftar stasiun

Trase NIS

Nomor Nama stasiun Singkatan Alamat Letak Ketinggian Status Foto
Segmen Semarang Pelabuhan–Semarang Gudang
Diresmikan pada tanggal 10 Agustus 1867
oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij
2521 Semarang Pelabuhan SMH Tanjung Mas, Semarang Utara, Semarang Tidak beroperasi
2531 Semarang Gudang SMG Kemijen, Semarang Timur, Semarang km 1+320 +1 m Tidak beroperasi

Trase DJKA

Nomor Nama stasiun Singkatan Alamat Letak Ketinggian Status Foto
2530 Semarang Tawang SMT Jalan Taman Tawang 1, Tanjung Mas, Semarang Utara, Semarang km 0+000 lintas Semarang Tawang-Gundih-Solo Balapan-Yogyakarta, Semarang Tawang-Brumbung-Gambringan, dan Semarang Tawang-Tegal-Cirebon +2 m Beroperasi
2521 Semarang Pelabuhan SMH Tanjung Mas, Semarang Utara, Semarang Tidak beroperasi

Keterangan:

  • Stasiun yang ditulis tebal merupakan stasiun kelas besar dan kelas I.
  • Stasiun yang ditulis biasa merupakan stasiun kelas II/menengah, III/kecil, dan halte.
  • Stasiun yang ditulis miring merupakan halte atau stasiun kecil yang nonaktif.

Referensi:

  • Stasiun aktif: [57]
  • Stasiun nonaktif: [58][59]
  • Pengidentifikasi stasiun: [60]
  • Penomoran lintas:
  • Tanggal pembukaan jalur: [12]:106-124


Catatan kaki

  1. ^ Tidak termasuk wilayah Bodebek

Referensi

  1. ^ PUSDATIN. "PM 36 TAHUN 2022". jdih.kemenhub.go.id. Diakses tanggal 2025-01-28. 
  2. ^ Karjoko, Lego (2006). "Komparasi Antara Sistem Hukum Tanah Nasional dengan Sistem Hukum Tanah Keraton Yogyakarta". Yustisia. 68 (05–08): 60. 
  3. ^ Stoom-spoorweg vervoer op Java. Leiden: Firma van den Heuvell & Van Santen. 1861. hlm. 61. 
  4. ^ Banck 1869, hlm. 28.
  5. ^ Banck 1869, hlm. 5-6.
  6. ^ Banck 1869, hlm. 21.
  7. ^ Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij 1869, hlm. 1.
  8. ^ a b "Verslag van de werkzaamheden aan den spoorweg Samarang-Vorstenlanden, over de maand December 1867". Javasche Courant. 21 Februari 1868. 
  9. ^ Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij 1869, hlm. 2.
  10. ^ a b Vereniging voor de Statistiek in Nederland (1872). "de Indische Spoorweg 1867-71". Staatkundig en Staathuishoudkundig Jaarboekje voor 1872. Amsterdam: E.S. Witkamp. hlm. 337. 
  11. ^ "Samarang, 20 Julij". Bataviaasch Handelsblad. 25 Juli 1868. 
  12. ^ a b c d e f g h Reitsma, S.A. (1928). Korte Geschiedenis der Nederlandsch-Indische Spoor- en Tramwegen. Weltevreden: G. Kolff & Co. 
  13. ^ "Nederlandsch-Indische Spoorweg-Maatschappij lijn Samarang-Vorstenlanden (Advertentie)". de Locomotief. 16 Februari 1870. 
  14. ^ "Samarang, 1 Februarij". Bataviaasch Handelsblad. 6 Februari 1871. 
  15. ^ "3de Sectie: Solo - Djokdjo". Bataviaasch Handelsblad. 18 Maret 1871. 
  16. ^ "Nederlandsch-Indische Spoorweg-Maatschappij (Advertentie)". de Locomotief. 25 Maret 1871. 
  17. ^ "Mail Overzigt". Javabode. 8 Juli 1871. 
  18. ^ "Aan het Verslag van de Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij". Dagblad van Zuidholland en 's Gravenhage. 21 Juni 1872. 
  19. ^ "Verspreide Indische berichten". de Locomotief. 11 Maret 1887. 16 Maart a. s, zal de halte Gawok van de N. Ind. Spoorwegmaatschappij tusschen Poerwodadi en Delangoe, voor het publiek verkeer worden geopend. 
  20. ^ "Uit Djokja". de Locomotief. 25 Februari 1885. hlm. 5. 
  21. ^ "Derde Rail Solo-Djokja". de Locomotief. 11 Juli 1898. 
  22. ^ "Spoorwegen". de Locomotief. 15 Juni 1899. 
  23. ^ "Nieuw station te Ambarawa". de Locomotief. 6 April 1907. 
  24. ^ Comite van Bestuur NIS (27 Maret 1909). "Ned. Indische Spoorweg Maatschappij (advertentie)". Bataviaasch nieuwsblad. Diakses tanggal 2024-11-10. 
  25. ^ Kompas., Penerbit Buku ([2008]). Ekspedisi Anjer-Panaroekan : laporan jurnalistik Kompas : 200 tahun Anjer-Panaroekan, jalan untuk perubahan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. ISBN 9797093913. OCLC 298706775. 
  26. ^ 1895-1963., Liem, Thian Joe, (2004). Riwayat Semarang (edisi ke-Cet. 2). Jakarta: Hasta Wahana. ISBN 9789799695215. OCLC 60326750. 
  27. ^ "de Spoorweg van Djokja naar Solo". Tilburgsche courant. 11 Agustus 1926. hlm. 4. 
  28. ^ "Overname van de smalspoorbaan Djokja-Solo over de S.S." Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië. 23 Maret 1929. 
  29. ^ Tim Telaga Bakti Nusantara & Asosiasi Perkeretaapian Indonesia 1997, hlm. 144.
  30. ^ Soviana, N. (2015). "KLB Presiden 3 Januari 1946: Sebuah Sejarah Penting yang Terlupakan". Majalah KA. 96: 28–29. 
  31. ^ "Jalur Ganda Tunjang Kelancaran Lintas KA". Suara Merdeka Online. Suara Merdeka. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-24. Diakses tanggal 2014-12-18. 
  32. ^ a b c "Uji Coba Rel Ganda Yogya-Solo Bikin Bikers Senewen". detikcom. 2007-01-09. Diakses tanggal 2019-08-25. 
  33. ^ Mohamad, Ardyan (21 Juni 2013). Pratomo, Harwanto Bimo, ed. "Kalahkan Siemens, BUMN elektronik raup pendapatan Rp 2,3 triliun". Merdeka.com. Merdeka.com. Diakses tanggal 5 Oktober 2017. Saat ini, masih ada pesanan proyek dari Kemenhub untuk menggarap persinyalan kereta di jalur Jogja-Solo, Duri-Tangerang, dan Parung-Maja. 
  34. ^ "Len Tandatangani Dua Kontrak dengan Nilai Total Rp 464 Milyar | PT Len Industri (Persero)" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-02-12. 
  35. ^ Data Aset Prasarana Produksi Edisi Januari 2016. Bandung: Railways Assets, PT Kereta Api Indonesia (Persero). 2016. 
  36. ^ Laporan Tahunan DJKA 2018 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian. 2018. 
  37. ^ Rencana Induk Perkeretaapian Nasional 2030 (PDF). Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. 2011. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2020-03-31. Diakses tanggal 2020-02-20. 
  38. ^ "LAMPIRAN III PERATURAN PRESIDEN NOMOR 18 TAHUN 2020 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN 2020-2024 MATRIKS PEMBANGUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN 2020-2024". hukumonline.com. ISBN. Diakses tanggal 29-02-2020.  line feed character di |title= pada posisi 13 (bantuan); [pranala nonaktif permanen]
  39. ^ JawaPos.com (2018-03-30). "Proyek KRL Molor, Tiang Mangkrak di Stasiun Solo Jebres". JawaPos.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-20. Diakses tanggal 2020-02-12. 
  40. ^ Media, Harian Jogja Digital (2019-08-22). "KRL Solo-Jogja Ditarget Beroperasi 2020, Saat Ini Masuk Tahap Lelang Elektrifikasi". Harianjogja.com. Diakses tanggal 2020-02-12. 
  41. ^ Media, Rohmah Ermawati-Solopos Digital (2019-10-16). "Jaringan Listrik KRL Solo–Jogja Dibangun Akhir Tahun 2019". SOLOPOS.com. Diakses tanggal 2020-02-12. 
  42. ^ JawaPos.com (2020-02-12). "Proyek KRL Solo-Jogja Masih Tahap Konstruksi". JawaPos.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-20. Diakses tanggal 2020-02-12. 
  43. ^ "Jadwal KRL Solo-Jogja Februari 2021: Harga dan Cara Beli Tiket". Tirto.id. Diakses tanggal 2021-02-09. 
  44. ^ Solopos, Tim (2022-06-14WIB11:54:54+00:00). "Macet Sejak Dulu, Simpang Joglo Solo Tetap Jadi Primadona". Solopos.com. Diakses tanggal 2023-10-28. 
  45. ^ Sandi, Ferry. "Baru Diresmikan Jokowi, Proyek Kereta Sulawesi Kena OTT KPK". CNBC Indonesia. Diakses tanggal 2023-04-17. 
  46. ^ Saputra, Mariyana Ricky P. D/Dany (2023-04-13WIB10:34:10+00:00). "Proyek Kena OTT KPK: Jalur Ganda Solo-Kalioso Termasuk Rel Layang Simpang Joglo". Solopos.com. Diakses tanggal 2023-10-28. 
  47. ^ Wasito, A. (2024-10-30). Suyitno, H., ed. "Kemenhub switch over jalur ganda Solo-Semarang fase I". Antara Jateng. Diakses tanggal 2025-01-30. 
  48. ^ Pool. "Bandara Adi Soemarmo Tak Lama Lagi Terhubung Kereta". detikfinance. Diakses tanggal 2019-08-03. 
  49. ^ Okezone. "Menhub Targetkan Proyek KA Bandara Adi Soemarmo Selesai Tahun Depan : Okezone Economy". Okezone.com. Diakses tanggal 2019-08-03. 
  50. ^ Kontributor (2019-12-29). "KA BIAS-Solo Balapan Siap Dioperasikan". Bisnis Jakarta. Diakses tanggal 2019-12-29. 
  51. ^ Media, Adib M. Asfar-Solopos Digital. "Uji Coba KA Bandara Solo, Stasiun Kadipiro-Adi Soemarmo 12 Menit". SOLOPOS.com. Diakses tanggal 2019-12-29. [pranala nonaktif permanen]
  52. ^ Sudarsih, A. (2014). "Menanti Jalur KA ke Pelabuhan Tanjung Emas Aktif Lagi". Majalah KA. 94: 26. 
  53. ^ Yogya, LN Idayanie (2015-08-04). Yogya, LN Idayanie, ed. "Proyek Rel Kereta ke Pelabuhan Tanjung Emas Terhalang Lahan". Tempo.co. Diakses tanggal 2019-10-18. 
  54. ^ admin (2017-05-21). "Reaktivasi Rel KA Tawang-Tanjung Emas". JawaPos.com. Diakses tanggal 2019-10-18. [pranala nonaktif permanen]
  55. ^ Ulum, Miftahul. Supriyanto, Yudi, ed. "Penyelesaian Proyek Jalur KA ke Pelabuhan Tanjung Emas Tunggu Status Lahan". Bisnis.com. Diakses tanggal 2019-10-18. 
  56. ^ "Koneksi Tanjung Emas dengan Jalur KA Terkendala Sengketa Tanah | Industri". Bisnis.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-18. Diakses tanggal 2019-10-18. 
  57. ^ Grafik Perjalanan Kereta Api pada Jaringan Jalur Kereta Api Nasional di Sumatra Bagian Selatan Tahun 2023 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian. 14 April 2023. Diakses tanggal 12 Mei 2023. 
  58. ^ Subdirektorat Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  59. ^ Perusahaan Umum Kereta Api (1992). Ikhtisar Lintas Jawa. 
  60. ^ Arsip milik alm. Totok Purwo mengenai Nama, Kode, dan Singkatan Stasiun Kereta Api Indonesia

Daftar pustaka

Pranala luar

Peta rute:

KML is not from Wikidata
Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia

Kembali kehalaman sebelumnya